Wednesday, March 31, 2010

MENYUSURI JEJAK PSK ABG

Pekerja Seks Komersial (PSK) yang masih berstatus pelajar belakangan makin marak. Mereka bukan cuma dari kalangan SMU sederajat, tetapi mereka yang masih berstatus pelajar SMP pun sudah banyak yang menjadi PSK.

Di kota besar di Jakarta ini, PSK ABG tentu bukan masalah baru. Anda bisa kencan kapan pun dengan pelajar SMU dimana pun di Jakarta ini. Kebetulan saya kenal dengan seorang mucikari yang sanggup mencarikan PSK ABG berstatus pelajar itu. Cukup tinggal Anda ingin SMU berapa, tunggu di mobil, sepulang sekolah PSK ABG itu langsung masuk ke mobil Anda. Dengan begitu, Anda tidak akan ditipu oleh sang mucikari, karena Anda akan melihat sendiri PSK ABG itu keluar dari gerbang sekolah, masih memakai seragam sekolah, dan teman-teman di sekolahnya memang menengenalnya sebagai pelajar SMU tersebut.

Terget saya dan teman-teman bukan menyusuri PSK ABG di kota besar semacam Jakarta atau Bandung. Sebab, itu sudah ‘lumrah’ dan mudah ditelusuri. Namun target kami adalah mencari PSK ABG di kota kecil kayak Sukabumi, Jawa Barat. Kenapa Sukabumi? Menurut data yang kami dapat, 25% PSK di Sukabumi masih berstatus pelajar. Gokil!


Warung tempat pertama kali kami hendak berjumpa dengan PSK ABG. Di sekitar situ memang banyak sekolah. Jadi begitu sekolah bubar, rencanannya kita langsung menjumpai pelajar-pelajar PSK itu. Tapi nggak berhasil.

Di Sukabumi, kami tidak punya kenalan Mucikari sebagaimana di Jakarta atau Bandung. Oleh karena itu, penyusuran dilakukan dari ‘titik nol’. Sejak awal, sebetulnya saya nggak suka kalo penunyusan target ke Sukabumi tanpa narasumber (narsum) yang jelas. Saya bilang ke tim, kalo ke Sukabumi nggak ketemu mucikari atau lokasi PSK ABG mending nggak usah ke Sukabumi aja? Buang-buang waktu! Masa mau menyusuri PSK ABG baru dapat narsumnya anggota DPRD Sukabumi? Memang sih barangkali anggota DPRD ini punya info, tetapi saya yakin, beliau pasti jaga image (jaim). Mana mau prilakunya diketahui oleh kita?

Sebagai mantan Reporter, akhirnya penyusuran dari ‘titik nol’ ini diawali dari berkenalan dengan tukang ojek. Kenapa pilih tukang ojek? Biasanya tukang ojek selalu mengantar dan menjemput PSK-PSK ke hotel atau lokasi short time. Benar saja! Dari tukang ojek ini, akhirnya kami bisa menemukan lokasi yang biasa tempat kencan maupun proses transaksi sebelum diajak jalan atau ‘bermain’ di hotel. Lokasi itu berada di sebuah warung makanan Sunda yang ada di jalan Raya Sukabumi.


Gunung gede dilihat dari warung tempat awal kami hendak berjumpa dengan PSK ABG yang baru pulang sekolah.

Sepintas warung itu nggak mencerminkan sebagai sarang PSK ABG. Sebab, warung itu terang benderang dan memang menjual makanan Sunda. Namun kalo kita masuk ke belakang warung, di situ tersedia beberapa bilik berukuran 1,5 m2. Di bilik yang temaram itulah, kami menunggu beberapa PSK ABG. Oh iya, di warung itu ada seorang Mucikari di warung itu. Sebut saja Mia (bukan nama sebenarnya). Dari dialah terkumpul sebanyak 4 PSK ABG yang akan kami interview.

Tentu nggak mudah bernego dengan PSK ABG ini, terutama nego soal interview. Kalo nego buat kencan atau ‘bermain’ barangkali kita bisa to the point. Namun kita memang tidak ingin berkencan, apalagi ‘bermain’, wah ini butuh tantangan tersendiri. Oleh karena itulah, kami mengajak keempat ABG ini masuk ke dalam mobil Avanza yang kami bawa dari Jakarta. Apa yang terjadi selanjutnya? Dari 4 PSK ABG, cuma seorang yang bersedia diinterview. Sisanya kabur! Keluar dari mobil dan marah-marah.

“Saya seperti dijebak, nih!” ujar salah seorang PSK ABG.

“Udah cape-cape dateng ke sini, cuma mau ditanya-tanya! Embung, ah!”


Lokasi tempat pertemuan kami dengan 4 PSK ABG di sebuah warung makan Sunda di jalan raya Sukabumi.

Kami akhirnya menjelaskan perlahan-lahan. Kalo mereka emosi, kami tetap sabar. Kami berjanji, wajah mereka tidak akan nampak di layar televisi. Selain wajah, nama pun disamarkan. Yang penting, mereka tetap kami bayar, meski bayarannya tidak sama dengan tarif ‘bermain’ dengan mereka, yakni Rp 500 ribu-an.

“Tigaratus ribu atuh, kang,” tawar Hani (bukan nama sebenarnya), salah seorang PSK ABG, yang minta honor interview segitu.

“Wah, masa cuma 5 menit tarifnya segitu?” tanya saya. “Mending main sekalian!”

“Ya, nggak apa-apa kalo akang mau main sekalian,” ucap Hani lagi.

Waduh!

Setelah harga interview disepakati dan kami berhasil bernegoisasi dengan ketiga PSK ABG yang tadi kabur, akhirnya selesai juga. Kami kemudian jalan mencari vila, dimana di vila ini nantinya kami akan melaksanakan target kami, yakni menggali latarbelakang serta motivasi PSK ABG ini.

Lokasi vila ternyata nggak jauh dari lokasi pertemuan kita di warung makan Sunda itu. Vila itu berada di perkampungan penduduk, namun di samping kiri dan kanan vila itu memang masih banyak tanah kosong. Jadi nggak mungkin banget warga di sekitar mendengar jerit lirih mereka yang sedang melakukan adegan mesum. Lebih dari itu, vila ini cukup luas. Kebetulan ada beberapa rumah di dalam areal vila itu. Tiap-tiap rumah tidak saling berdempetan.

“Keperawanan saya dihargai enambelas juta rupiah,” ungkap Icha (bukan nama sebenarnya). “Waktu itu saya langsung main dengan orang Korea. Tapi saya cuma dapat uang sepuluh juta, karena enam jutanya dibagi-bagi lagi dengan beberapa orang.”


Icha ketika sedang diinterview oleh Hangga di sebuah kamar di vila. "Saya ingin jadi penari," ujarnya. "Di sekolah sih sudah daftar, tetapi belum ada jalan menjadi penari profesional."

Icha yang wajahnya mirip Mulan Jamilaa ini mengaku sudah melakukan ini sejak usia 15 tahun. Dia merasakan kenikmatan tiada tara, apalagi bisa cepat mendapatkan uang. Selain kencan short time, Icha ternyata sempat dikawini oleh orang Arab. Namun cuma kawin kontrak.

Nggak beda dengan Icha, tiga PSK ABG pun mengatakan hal yang sama, bahwa mereka terpaksa melakukan ini, karena alasan ekonomi. Apalagi gaya hidup saat ini tidak memungkin mereka buat ikut serta apabila tidak punya banyak uang. Kapitalisme memang salah satu faktor perubahan prilaku. Media serta sinetron juga bagian dari alasan mereka buat ikut serta menghirup kenikmatan memperoleh uang dengan cara instans. Yang menyedihkan, nggak ada dari mereka yang berhasrat ingin tobat.

Di usia yang rata-rata 16 tahun ini, mereka masih menyukai hidup sebagai PSK ABG. Anda tahu, mereka rata-rata juga sudah bermain dengan lebih dari 30-an tamu, terutama Om-Om. Itu baru PSK ABG di Sukabumi, gimana di Jakarta atau Bandung ya?


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Monday, March 29, 2010

KADO ISTIMEWA DI HARI FILM NASIONAL

Seorang kakek terlentang di sebuah tempat tidur menjelang ajalnya. Ia bernama kakek Zhen. Di samping tempat tidur, ada seorang pria yang tak lain adalah cucu kakek Zhen. Sang cucu menyanyakan apa permintaan terakhir kakek.

”Aku ingin melihat penari erotis,” ujar kakek Zhen.

Dengan diiringi oleh alat tradisional Afrika, muncullah seorang wanita cantik berambut pirang. Menurut cucu Zhen, wanita yang berbusana suster ini adalah wanita Eropa yang paling cantik. Perlahan-lahan, wanita muda ini membuka kancing baju susternya satu persatu. Begitu membuka seluruh kancing, penis si kakek tiba-tiba ’berdiri’. Ia ereksi.


Setelah penutupan bioskop Benhil Raya Theater, kini tinggal 2 bioskop non-21 yang masih bertahan di Jakarta ini.

Kisah di atas adalah opening scene film Temtation Summary yang dibintangi oleh Siao Ze Cin, Wang Ching Ho, Yang Yu Siang, dan Chang Tai. Film Mandarin yang disutradarai oleh Ho Bam ini adalah film terakhir yang diputar di bioskop Benhil Raya Theater yang berlokasi di jalan raya Bendungan Hilir no 1, Jakarta Pusat.

Per 1 April 2010 ini, manajemen bioskop Benhil Raya Theater memang sudah harus mengosongkan bioskop. Mereka harus hengkang, karena manajemen bioskop ini secara resmi sudah menghentikan operasional bioskop yang sudah beroperasi semenjak tahun 1974 ini.

”Kabarnya pimpinan kami terlilit hutang dengan manajemen sebelumnya,” ujar pak Sai’in yang sudah bekerja sejak tahun 1980-an ini sebagai petugas pemutar film dan teknisi.

Yang dimaksud ’terlilit hutang’ adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) gedung bioskop yang belum dibayar selama dua tahun. Menurut pak Sai’in, manajemen sebelumnya tidak membayar PBB dan hal tersebut dibebankan oleh manajemen yang sekarang ini. Kalo PBB-nya cuma limaratus ribu atau dua juta barangkali masih bisa dibayarkan, tetapi lebih dari segitu.

”Setahun PBB bioskop ini sekitar duapuluh juta rupiah,” ungkap pak Sai’in. ”Jadi kalo bioskop ini menunggak dua tahun, manajemen ini hutang 40 juta rupiah.”

Barangkali buat bioskop sekelas Cineplex 21, XXI, atau Blitz, membayar PBB seharga Rp 20 juta nggak masalah. Maklumlah, harga tiket bioskop-bioskop itu antara Rp 15 ribu sampai Rp 35 ribu. Lebih dari itu, jumlah penonton bioskop-bioskop buat kelas menengah ke atas tersebut. Nah, harga tiket bioskop Benhil Raya Theater cuma 3.000 perak!

DARI DULU TETAP BEGITU

Selama ini bioskop Benhil Raya Theater menjadi bioskop kelas bawah. Orang-orang yang berpenghasilan rendah sangat mengandalkan bioskop ini sebagai tempat hiburan. Bahkan dahulu, ketika bioskop non-21 belum memonopoli perbioskopan nasional, bioskop Benhil termasuk bioskop elit.


Kebangkrutan bioskop Benhil Raya Theater membuat pak Sai'in kembali ke kampungnya di Bogor.

”Di sekitar Benhil ini dulu ada dua bioskop,” ujar pak Sai’in. ”Tapi yang bertahan cuma bioskop Benhil ini. Bioskop yang satu lagi sudah berubah menjadi Menara Batavia (persis di samping pintu keluar Sahid Jaya Hotel, jalan Prof. Satrio, Casablanca)”.

Sejak tahun 1974, kondisi gedung dan jumlah bangku bioskop Benhil tidak berubah. Awalnya, bioskop Benhil Raya Theater ini memiliki 1.200 bangku. Sekadar info, bioskop-bioskop ‘tempo doeloe’ memuat 800 sampai dengan 1.000 kursi. Begitu 21 menguasai bioskop di tanah air , jumlah kursi yang banyak itu dibagi menjadi beberapa studio, sehingga jumlah kursi menjadi lebih sedikit, yakni rata-rata menjadi 200 kursi per studio atau per layar. Meski dari segi kursi berkurang, namun dari jumlah layar jadi banyak. Sebab, sebelum 21 merubah bioskop ‘tempo doeloe’ menjadi seperti studio-studio ‘mini’, di satu bioskop cuma memiliki 1 layar. Hal ini menyebabkan film yang diputar cuma 1 judul. Ketika ada judul lain yang ingin diputar, maka dibutuhkan jam putar film yang berbeda.

Jumlah layar bioskop tahun 2008 ini masih jauh dibanding dengan limabelas tahun lalu, yakni tahun 1993. Pada tahun 1993, jumlah layar yang tersedia sebanyak 3.045 layar. Angka 3.045 layar tersebut memang naik dari dua tahun sebelumnya (1991), dimana jumlah layar mencapai 2.853 layar yang tersebar di 2.306 gedung bioskop . Tahun 2007, Indonesia hanya memiliki 327 bioskop berlebel sinepleks 21 dan 146 bioskop yang non-21, dimana total layar yang dimiliki adalah 473 layar.


Ibu penjual tiket bioskop Benhil Raya Theater. Nggak jelas nasibnya.

Jika sebuah bioskop sinepleks memiliki minimal 3 layar, maka jumlah bioskop sinepleks yang berjumlah 327 bioskop itu memiliki 981 layar. Jika ditambah 146 layar dari bioskop non-21 yang rata-rata hanya memiliki satu layar per bioskop, maka akan menghasilkan angka sebanyak 1.127 layar. Namun biskop Benhil Raya Theater tidak seperti bioskop-bioskop lain itu. Dari dulu sampai menjelang 'ajal', biskop ini tetap kayak begitu. Berbeda dengan bioskop Metropole yang dahulu sebelum menjadi sinepleks dan XXI, jumlah kursinya masih 1.446 kursi di tahun 1954.

NASIB KARYAWAN

Menurut Manager bioskop Benhil Raya Theater Yoyo Soenaryo, bioskop ini sudah beberapa kali pindah pengelola. Awalnya, bioskop ini dikelola oleh Tedy Mukti di bawah perusahaan PT Benhil Raya. Namun Tedy tidak sanggup mengelola. Pada tahun 1999, pengelolaan dialihkan ke H, Ridwan Suhadji. Nama pria terakhir ini tercatat pada surat izin tetap usaha pariwisata bidang rekreasi dan hiburan umum yang dikeluarkan Pemerintah DKI Jakarta pada 25 Juli 1999, dengan nomor193/5/1.758.1. Pengelolaan terakhir dipegang oleh pak Yoyo.


Bangku bioskop. Awalnya bioskop ini bisa memuat 1.200 penonton.

“Pada tahun 1997, bioskop ini masih berjaya,” ujar pak Yoyo yang profesi aslinya sebagai kontraktor. “Dengan kapasitas bangku yang cuma 1200, jumlah penonton di tahun itu membludak melebihi jumlah bangku. Pernah kami harus menyediakan bangku tambahan ke dalam bioskop.

“Saya sering ke bioskop ini,” ujar pak Duloh (73 tahun), warga Pasar Minggu. “Apalagi sejak bioskop seperti ini sudah tidak ada lagi di Jakarta. Dulu waktu bioskop model Benhil ini masih ada di Pasar Minggu, saya masih sering nonton di situ. Tapi bioskop itu sekarang sudah tidak ada dan jadi kolam renang.”

Boleh jadi, tanpa pak Yoyo, bioskop ini sudah lama mati beberapa tahun lalu. Menurut pak Sai’in dan juga diakui oleh karyawan lain, pak Yoyo dianggap menyelamatkan ‘nyawa’ bioskop ini plus karyawan bioskop ini.

“Saya kasihan dengan mereka (karyawan bioskop), pak,” ujar pak Yoyo. “Saya mau diangkat menjadi pengelola bioskop ini lebih, karena rasa sosial saya pada mereka. Mereka pun mengandalkan saya dan meminta agar saya mempertahankan bioskop ini.”

Saat ini karyawan bioskop Benhil Raya Theater berjumlah 6 orang, yang terdiri dari 2 pemutar proyektor, 2 penjaga tiket bioskop, dan 2 tenaga keamanan. Sekadar info, mereka ini semua dibayar di bawah Upah Minimum Regional (UMR) yang diterapkan di Provinsi DKI Jakarta ini sebesar Rp 1,5 juta. Jadi kebayang dong berapa penghasilan mereka?

Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bioskop tua ini. Meminta keringanan pajak tontonan misalnya. Menurut pak Yoyo, rata-rata per bulan, manajemen bioskop ini menyetor pajak tontonan senilai Rp 80 ribu. Namun kalo PBB, bioskop ini tetap menyetor cukup besar, yakni sekitar Rp 20 juta per tahun.

Selain strategi meminta keringanan pajak tontonan, pak Yoyo juga memakai strategi dalam hal pemutaran film. Selama ini, buat menarik minat penonton, film-film yang diputar adalah film-film yang bergenre seks atau biasa disebut film ‘esek-esek’, seperti film Temtation Summary yang sore itu saya tonton.

“Kalo kami putar film eksyen apalagi drama, wah pasti nggak ada yang mau nonton,” aku pak Yoyo. “Tetapi kalo film yang berbau seks, pasti ada yang nonton.”

Jangan salah, meski film yang diputar film ‘esek-esek’, namun belum tentu bioskop ini ada penontonnya. Boleh jadi dari 800 bangku yang masih dianggap layak sebagai tempat duduk, ada sekitar 10 penonton yang menyaksikan film tersebut. Namun manajemen bioskop punya kebijakan, kalo jumlah penonton tidak mencapai 10 orang, maka tiket akan dibagikan pada calon penoton yang sudah terlanjut membeli tiket seharga Rp 3.000 itu.

Namun sayang, pak Yoyo tidak mampu mempertahankan keberadaan bioskop tua. Pasalnya hutang PBB selama dua tahun yang harusnya dibayarkan bioskop ini, ternyata tidak dibayarkan. Gara-gara berhutang PBB sebanyak Rp 40 juta, pak Yoyo tidak sanggup lagi mengelola bioskop ini. Itulah yang kemudian pihak manajemen menyerah dan memutuskan buat menutup bioskop ini.

“Saya sangat sedih melihat kenyataan ini,” kata pak Sai’in, bapak 3 anak dan 2 cucu ini. “Saya juga tidak bisa menyalahkan pak Yoyo dalam hal ini. Beliau sudah berusaha mempertahankan bioskop ini, namun ternyata harus menyerah, apalagi diminta untuk membayar PBB.”


Saya dibelakang proyektor tua merek philips
Itulah kenyataan yang harus dialami oleh bioskop Benhil Raya Theater. Per 1 April 2010, mereka harus mengosongkan ruang bioskop. Kabar yang beredar, bioskop ini dan seluruh gedung pasar yang berada di kompleks Pasar benhil akan dirubuhkan dan akan digantikan oleh gedung BRI yang kebetulan lokasinya dekat situ.

Ironis sekali kenyataan ini kalo dikaitkan dengan Hari Film Nasional yang jatuh pada besok, yakni 30 Maret 2010. Kalo saya analogikan, penutupan bioskop ini merupakan ‘kado terindah’ di Hari Film Nasional. Barangkali kalo sekadar penutupan bioskop selama ini sudah dimaklumi. Namun yang menyedihkan adalah nasib 6 karyawan bioskop ini yang masih terkatung-katung.

“Saya sih tidak berharap mendapatkan uang pesangon puluhan juta,” ungkap pak Sai’in.”Tapi setidaknya kami diberikan uang buat pengabdian kami selama ini lah.”


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Wednesday, March 24, 2010

SEMANGAT REFORMASI DARI PETAKSINGKIAN

Tak banyak orang tahu, di daerah Glodok, di tengah-tengah gedung dan perumahaan penduduk, ada sebuah stadion sepakbola tua. Lapangan sepakbola yang berada di jalan Ubi no 10, Mangga Besar, Jakarta Barat ini bernama stadion Union Makes Strength atau disingkat UMS.

Stadion UMS dahulu bernama lapangan Petaksingkian. Lapangan yang semula adalah kebon singkong ini memang sejak lama dikelola oleh UMS. Cikal bakalnya terjadi tahun 1905, dimana sejumlah etnis Tionghoa bermain bola di tempat kebon milik orang Betawi asli bernama Haji Manap.


Pintu depan lapangan Petaksingkian yang sekarang dikenal sebagai stadion UMS. Dari stadion ini, semangat reformasi di tubuh PSSI begitu menggelora.

Tentu gara-gara keseringan pakai kebon, para pemain bola dari etnis Tionghoa tersebut nggak enak hati. Mereka akhirnya menyewa kebon itu pada tahun 1913, dan kemudian disulap menjadi lapangan sepakbola. Empatpuluh tahun kemudian, yayasan UMS membeli lapangan seluas 12.300 m2 itu dengan harga Rp 200 ribu.

Setalah diresmikan berdiri pada tahun 1905, dari stadion inilah muncul pemain-pemain yang masuk ke Tim Nasional (Timnas) PSSI dan membela bangsa Indonesia. Nama seperti Him Tjiang, Kiat Sek, Chris Ong adalah lulusan UMS. Lalu ada juga Mulyadi, Surya Lesmana, Sugeng Haryanto, Yudo Hadiyanto, Risdianto, dimana mereka berkali-kali memperkuat Timnas PSSI. Yang juga nggak bisa dilupakan adalah Fam Tek Fong atau Hadi Mulyadi, stropper andalan mantan Pelatih Nasional PSSI (alm) Endang Witarsa. Sejak dulu, UMS menjadi andalan Persija dalam berbagai kompetisi dan turnamen sepakbola.


"Kepengurusan PSSI memang harus ganti," kata Wahyu Hidayat dengan suara lantang.

Kemarin (Rabu, 24/3/2010) saya berkesempatan mengunjungi stadion yang usianya lebih dari 1 abad ini. Selain bertemu dengan pemain nasional yang menjadi legenda hidup Fam Tek Fong, saya juga ngobrol dengan beberapa pemain di situ. Dua di antaranya adalah mantan pemain nasional PSSI, yakni Bambang Nuswanto dan Wahyu Hidayat.

Bambang Nuswanto adalah mantan pemain Timnas PSSI asal Persiraja Banda Aceh. Sedangkan Wahyu Hidayat adalah pamain Timnas dari Persija Jakarta. Mereka berdua sangat concern dengan prestasi sepakbola saat ini yang nggak bisa dibanggakan lagi seperti dahulu kala. Mereka berniat akan berangkat ke Malang dalam rangka menghadiri Kongres Sepakbola Nasional (HSN) pada 30-31 Maret 2010. Mereka nggak sendirian, tetapi membawa pasukan, dimana pasukan tersebut membawa semangat reformasi di tubuh PSSI.

“Nggak ada kata yang paling tepat, selain mengganti seluruh kepengurusan PSSI yang sekarang,” kata Wahyu Hidayat.


"Sudah ada beberapa nama yang menurut saya pantas jadi Ketua Umum PSSI," ujar Bambang Nuswanto

Tentu apa yang dikatakan Wahyu Hidayat dan teman-temannya beralasan. PSSI yang sudah berdiri sejak 19 April 1930 ini seharusnya sudah matang, baik matang dalam pembinaan sepakbola sehingga berprestasi maupun matang dalam sistem kepengurusan. Namun dalam sepuluh tahun terakhir ini, nggak banyak prestasi PSSI yang dibanggakan, bahkan mayoritas berpendapat nggak ada prestasinya. Nah, baik Wahyu maupun Bambang begitu sedih melihat kenyataan ini. Ia ingin menjadikan lagi PSSI sebagai kebanggaan bangsa.

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

ROY SURYO...ROY SURYO...ADA-ADA SAJA!





Tuesday, March 23, 2010

NEGARA MALING!

Kalo kebetulan melintas di jalan bypass menuju ke arah Cililitan, perhatikan halte-halte busway. Andn akan melihat halte-halte tersebut rusak berat. Sedih banget! Selintas saja, Anda pasti akan melihat kaca-kaca halte tersebut pecah. Kalo masuk ke halte, kondisi lebih parah lagi. Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri lembaran-lembaran yang terbuat dari baja, dimana digunakan sebagai lantai halte, dicopot.

Siapakah yang tega melakukan ini?


Halte di depan kantor beacukai yang rusak berat. Padahal di depan halte ada banyak warung rokok, warteg, tukang ojek. Pasti mereka lihat aksi orang-orang maling, ya nggak? Tetapi pasti mereka punya prinsip, sesama orang miskin dilarang usil. Prinsip ini juga terjadi di kalangan politisi dan pejabat lain, sesama pejabat dilarang mengorek-ngorek hasil korupsi!












Mohon maaf, bukan mau menuduh, tetapi saya yakin adalah mereka yang hidup dari besi, lembaran-lembaran baja, dan alumunium. Mereka mencabut barang-barang itu lalu ditimbang di tempat penimbangan agar bisa mendapatkan uang. Saya nggak yakin mereka yang mencuri ini adalah politisi atau polisi. Saya juga nggak yakin yang nyolong pernak-pernik halte busway ini adalah karyawan kantoran. Yang mencuri pasti orang-orang miskin yang butuh makan, tetapi mendapatkan uangnya dengan cara instan, yakni dengan mencuri. Nyolong.

Indonesia memang negara maling! Nggak kaum politisi, teknokrat, atau pegawai negeri, tetapi juga orang-orang miskin. Mereka pikir, halte yang kosong dan nggak dipergunakan, dianggap bukan milik siapa-siapa dan boleh diambil. Dicolong. Mereka pikir, daripada nggak dipergunakan, pernak-pernik yang ada di halte tersebut bisa dicolong, lalu dijual, dan si miskin pun mendapat makan. Gokil!



Benar-benar negara maling! Jadi benar juga ya kalo ada istilah maling teriak maling. Si miskin teriak, para politisi maling, pejabat maling. Eh, ternyata si miskin juga nggak kalah jagonya soal cabut-mencabut pernak-pernik halte busway. Mereka juga maling. Mau barang kecil atau barang gede, kalo barang itu bukan hak mereka, ya maling kalo diambil. Mau duit cuma puluhan ribu atau triliunan rupiah, kalo bukan hak kita, ya kita adalah maling. Moga-moga Anda bukan termasuk golongan maling-maling ini ya?

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Monday, March 22, 2010

STORY ABOUT ISTRI SUSNO DUADJI: "SUDAH HAMPIR TIGA BULAN TIDAK DIORANGKAN..."

Pernyataan ibu Herawati tersebut diungkapkan di tvOne di acara Opini Selasa (23/3/2010) ini. Baginya, sejak Susno diberhentikan dari institusi Polri, segala penghormatan yang dahulu pernah diterima oleh ia dan sang suami, nggak didapat lagi.

Jangan salah persepsi, kata 'diorangkan' yang dimaksud ibu Herawati adalah nggak ada lagi teman-teman yang dahulu dekat, kini meninggalkan dirinya. Nggak ada orang yang membela dirinya dan suaminya. Ia merasa terhina dan sakit hati.


"Saya sedih dan sempat sakit hati. Kok diperlakukan seperti itu dengan orang-orang yang dulu dekat dengan kami ya?"

Tapi ia sadar, hal tersebut pastilah akan terjadi. Ketika sedang menjabat, banyak orang memberi hormat pada atasan. Mencoba berbuat baik, sopan, dan sebisa mungkin memberikan laporan yang menyenangkan hati atasan. Bahkan seperti di kantor saya, banyak anak buah yang menjilat para atasan.

Ibu Herawati juga mengerti, banyak orang di dalam Polri sendiri yang sebetulnya mendukung Susno, tetapi takut dekat-dekat dengan ibu Herawati apalagi dengan Susno. Mereka yang masih aktif di Polri disebut sebagai 'teman seperjuangan'.

"Kalo saya dekat dengan teman-teman seperjuangan, takut mereka ikut terseret-seret," ujar ibu Herawati dengan mata berkaca-kaca.



"Kalo memang gak terbukti, ya harus dibuktikan di pengadilan. Bukan belum dibuktikan apa-apa, langsung bilang nggak terbukti," kata Susno pada wartawan. "Hebat benar bisa bilang begitu. Pake ilmu apa bisa langsung tahu nggak terbukti? Saya jadi ingin belajar ilmu itu?"

Kini setelah keluar dari anggota wanita Bayangkara, ibu Herawati lebih suka bermain-main dengan cucu. Aktivitas ini menurutnya sangat bermanfaat sekali ketimbang memikirkan hal-hal yang membuatnya sakit hati dan membuatnya gokil. Setuju, bu!

Nggak beda dengan istri tersangka kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen, Wiliardi Wizard, Novarina yang tegar menghadapi masalah yang dihadapi suaminya. ibu Novarina yang juga diundang di tvOne terus percaya bahwa Allah akan memberikan takdir yang terbaik buat diri dan keluarganya.

Beberapa hari lalu, Novarina merayakan ulangtahun 'pernikahan emas' mereka. Yang istimewa dari ultah married ini adalah, mereka merayakannya di 'sangkar emas'. Lebih tepatnya di penjara.

"Saya berharap Allah akan memberikan hadiah terindah, yakni kebebasan suami saya," ujar ibu Novarina. "Saya yakin Allah akan memberikan jalan yang terbaik."

Keyakinan tersebut boleh jadi terbukti. Anak-anak mereka sempar resak dan gundah dengan image keluarga mereka gara-gara Wiliardi masuk penjara. Tapi ibu Novarina bilang: "Yakinkan pada Allah, Nak!"

Eh, benar saja. Anak mereka kemarin dilamar orang. Ini artinya apa? Di tengah musibah yang diderita keluarga Wiliardi, Allah pasti akan memberikan 'hadiah' yang istimewa. Apa lagi hadiah yang akan diterima oleh kedua wanita yang tegar menghadapi cobaan ini? We'll see!

SUSNO 'BERKOAR', PATI DI POLRI 'KEBAKARAN JENGGOT'

Meski nggak semua penjabat tinggi (Pati) di Markas Besar (Mabes) Polisi Republik Indonesia (Polri) memelihara jenggot, namun belakangan mereka 'kebakaran jenggot'. Pasalnya, mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Susno Duadji mengatakan, ada jenderal di Polri yang terlibat makelar kasus (markus). Statement tersebut diucapkan pada saat konfrensi pers di Kantor Satgas Antimafia Hukum.

Menurut Susno, dugaan adanya 'jenderal markus' di Polri berawal dari pernyataan Susno yang mengatakan ketika dirinya masih menjabat sebagai Kabareskrim pada 2009 lalu, ada laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Isi laporan tersebut tentang pembengkakan rekening seorang karyawan pajak sejumlah Rp 25 miliar. Nama karyawan pajak tersebut adalah Gayus M Tampubolon.


Terlepas benar atau sangat benar ucapannya, Susno cukup berani mengatakan soal 'maksus' yang katanya ada di Mabes Polri. Widih!

Penyelidikan pun dilakukan. Sayangnya, dalam penyidikan, uang yang dinyatakan bermasalah cuma Rp 400 juta. Menurut Susno, sisa uang yang Rp 24,6 miliar nggak jelas keberadaannya. Inilah yang membuat Susno menduga, ada Pati yang 'ketiban rezeki'.

Susno pun menyebutkan beberapa nama pejabat polri yang diduga menjadi markus.
Untuk markus yang berada di Mabes Polri, Susno menyebutkan beberapa inisial. "Brigjen EI, yang kemudian digantikan Brigjen RE, KBP E, dan Kompol A," kata dia.
Kasus 'jenderal markus' hanya satu dari beberapa kejutan yang dikeluarkan Susno Duadji. Sebelumnya, mantan Kapolda Jawa Barat itu jadi tokoh sentral dalam kasus Cicak Vs Buaya, bersaksi di sidang Antasari Azhar, bahkan menyebut penyidikan kasus Bank Century tak berlanjut demi Boediono

Apa sih ciri-ciri 'jenderal markus'?

"Suka melepas tanggung jawab, mengorbankan anak buah, antara perbuatan dan perkataan munafik, mendapatkan kekayaan dengan cara ilegal, salah gunakan jabatan, mencari kesalahan orang lain, menutupi kejahatan di tubuh Polri, melindungi judi, preman, narkotika, ilegal logging dan ilegal mining," tambah pria ini dengan gagah perkasa yang belakangan ini sedang dipantau oleh intel.


Banyak Pati di Polri yang masih aktif 'kebakaran jenggot'.

"Saya mengimbau anggota Polri tak malu dan menutupi perbuatan tercela dan pidana yang dilakukan oknum Polri. Justru harus diproses transparan, cepat dan adil," tambah pria penggemar Koes Plus ini. "Apapun pangkat dan jabatannya harus peka terhadap rasa keadilan yang berlaku dalam masyarakat, agar seperti kasus Prita, nenek mencuri kapuk, kaos oblong tak terulang lagi," kata Susno.

Buat saya, terlepas dari kebenaran mutlak atau makian beberapa pihak soal 'maling teriak maling', apa yang sudah diungkapkan Susno adalah sebuah bentuk keberanian yang luar biasa. Mana ada mantan Pati di Polri yang berani 'berkoar-koar' ala Susno? Saya nggak tahu kenapa purnawirawan-purnawirawan Polri yang pensiun dengan pangkat minimal Brigjen nggak punya keberanian kayak Susno?

Saya bukan orang Susno dan tidak dibayar sepersen pun oleh orang yang bernama Susno. Namun kalo ada orang atau institusi yang berani menegakkan kebenaran atau memberantas yang namanya 'markus', korupsi, dan sebangsanya, saya respek sekali. Salut! Untuk Indonesia yang lebih baik.

Sunday, March 21, 2010

Allah Itu Lebih Jenius



Sebagai manusia, kita memiliki sifat sok tahu. Kadang sok tahu masing-masing manusia berbeda. Ada yang cuma sedikit, ada yang mencapai 50%. Gokilnya, ada manusia yang merasa dirinya sejajar dengan Sang Pencipta. Padahal kita ini semua ini adalah mahkluk ciptaan Allah!

Allah itu lebih jenius! Dia lebih bijak dari apa yang kita kira. Nggak heran ada salah satu sifat Allah, yakni Maha Bijak. Allah pasti sangat mengerti mengapa manusia A diberikan takdir miskin, sedangkan manusia B ditakdirkan menjadi orang kaya. Allah juga sangat tahu mengapa hari Selasa hujan, lalu hari Sabtu panas menyengat. Namun manusia nggak sadar kalo takdir yang Allah atur itu adalah sebuah bentuk kebijaksanaan.

Kita seringkali mendengar orang-orang mengeluh tentang takdirnya, tentang cuaca, tentang tubuhnya yang kurang. Tetapi orang nggak punya visi kenapa Allah memberikan takdir kayak begitu. Tukang Es contohnya. Ketika hujan turun, mayoritas Tukang Es akan mengeluh.

"Anjrit! Hujan! Ane jadi nggak bisa jualan es deh, nih!"

Tukang Es ini nggak mengerti kenapa Allah menurunkan hujan. Ia sok tahu, menyalahkan Allah sebagai biang keladi dagangannya jadi gak laku hari itu. Padahal pasti ada hikmah yang tersembunyi di balik hujan tersebut. Misal, Tukang Es ini diliburkan dulu berdagang. Dia diminta Allah buat merenung, sadar, bahwa selama jualan dan dapat untung, ia nggak pernah sholat. Nggak pernah bersyukur.

Lebih dari itu, ternyata ada orang-orang yang sangat menunggu kehadiran hujan. Selain petani yang sawahnya kekeringan, kalo di kota metropolitan kayak Jakarta, Tukang Ojek Payung sangat menunggu datangnya hujan. Gara-gara hujan, Tukang Ojek Payung jadi punya rezeki. Ini membuktikan, Allah lebih jenius. Lebih bijak memberikan cuaca. Ketika hujan, Tukang Es nggak berdagang, tetapi Tukang Ojek Payung mendapat rezeki. Sebaliknya, ketika panas, Tukang Es berlimpah rezeki, sementara Tukang Ojek untuk sementara waktu beristirahat.

Allah sangat jenius! Saking jenius, nggak akan mungkin mahkluk ciptaannya yang bernama manusia melebihi kejeniusannya. Manusia nggak mengerti kenapa diberikan takdir buruk, dan mengapa mendapat takdir baik. Padahal dua-duanya adalah cobaan. Kita menjadi miskin adalah cobaan, begitu pula ketika kita mendapatkan harta benda yang berlimpah juga cobaan.

Tetapi kenapa manusia justru mengingat Allah pada saat mendapatkan takdir jelek?

Itulah sifat manusia. Sok tahu! Sok tahu, bahwa dirinya mengerti Allah. Bahwa ketika mendapatkan takdir buruk, Allah akan menolong. Allah akan memberi solusi jitu mengatasi takdir buruk. Tetapi begitu mendapat takdir baik, kita justru jauh. Lupa! Sengaja lupa! Malas buat bersyukur pada Allah.

"Padahal apa yang kita minta, belum tentu dikabulkan," ujar Ustadz di pengajian rutin Kamis (18/3/10) di kantor saya. "Kita nggak tahu, permintaan yang dikabulkan Allah justru yang terbaik buat si manusia itu."

FILM "AIR TERJUN PENGANTIN" - TAMARA BLEZINSKY



















Saturday, March 20, 2010

MUNGKINKAH KSN MENGGANTIKAN KETUM PSSI?

Pertanyaan tersebut masih sulit dijawab. Pasalnya, nggak semua pihak menyetujui Kongres Sepakbola Nasional (KSN) yang akan berlangsung di Malang ini sebagai upaya pemilihan Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang baru, apalagi mereka yang saat ini masih duduk sebagai pengurus PSSI. Namun nggak sedikit pengurus sepakbola yang menghendaki perubahan.

“PSM akan berada di di barisan terdepan apabila mayoritas anggota PSSI merekomendasi pelaksanaan Kongres Luar Biasa PSSI untuk menurunkan Nurdin Halid,” tutur Pejabat Humas PSM Makassar Nurmal Idrus (Kompas, Sabtu, 13/03/2010).


Sebelum tampil live, Menpora Andi Mallarangeng dan Nurdin Halid nampak akrab. Begitu show berlangsung, mereka saling berdebat. "Prestasi bola kita terpuruk. Jadi nggak usah ngurusin yang lain. Fokus saja pada pembinaan prestasi."


Semangat perubahan juga diungkapkan oleh Ketua Umum Persis Solo FX Hadi Rudyatmo di Solo (Jumat, 12/03/2010). “Ketua Umum harus beda dari sekarang. Namun, kalau Ketua Umum sudah ganti, tetapi masih diikuti gerbong lama, jangan harap kita bisa bicara di tingkat international. Di tingkat nasional saja melempem.”

Dalam program Malam Minggu One yang ditayangkan tvOne Sabtu (20/03/2010), Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng juga nampak gemas dengan kondisi PSSI. Di hadapan Nurdin Halid, Menpora mengatakan, PSSI sudah terpuruh dan harus diadakan perombakan secara struktur dan konsep.

“Saat ini yang harus difokuskan PSSI adalah peningkatan prestasi, bukan hal lain,” ujar mantan Juru Bicara (Jubir) Presiden Susilo Bambang Yudoyono ini. “Lihat apa prestasi PSSI sekarang? Sepakbola hancur lebur! Ini bisa terlihat dari kegagalan beberapa pertandingan. Di SEA Games kita kalah. Asian Games kalah. Kulifikasi Piala Asia kalah. Jadi inisiatif Presiden SBY untuk membuat KSN ini luar biasa sekali.”


"Pers kita tidak seimbang," kata Nurdin. "Harusnya pemberitaan menggunakan cover both side story". Apa hubungannya ya prestasi sepakbola Indonesia yang terpuruk dengan pemberitaan yang menggunakan cover both side?



Sekadar info, meski dalam kondisi terpuruk, Indonesia via Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSI) tertarik menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022. Hal inilah yang bikin sewot seorang Andi Mallarangeng. Prestasi drop terus, eh bisa-bisanya melakukan pitching jadi Tuang Rumah Piala Dunia. Aneh! Untunglah kesewotan Andi nggak bakal berlanjut. Pasalnya kabar terakhir (Kompas, Sabtu, 20/03/2010), FIFA mencoret Indonesia dari bidding Tuan Rumah Piala Dunia 2022.

“Kami telah menginformasikan Indonesia (PSSI) bahwa karena mereka gagal menyediakan sejumlah dokumen dan jaminan sesuai tenggat, Indonesia bukan lagi kandidat untuk 2022,” kata Sekretaris FIFA Jerome Valcke yang disiarkan langsung lewat streaming di situs fifa.com, Jumat (19/3).

Indonesia adalah negara satu-satunya yang dicoret oleh FIFA dari beberapa negara yang mengikuti proses bidding, untuk menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022. Sepeninggal Indonesia, kini tinggal negara Australia, Belgia, Belanda, Inggris, Jepang, Rusia, Spanyol, Portugal, AS, Korsel, dan Qatar yang akan bersaing.

Meski sudah gagal jadi kandidat Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Nurdin tetap mengatakan, nggak ada hubungannya menjadi Tuan Rumah dan prestasi. Pernyataan yang disampaikan di program Malam Minggu One di tvOne seolah sebagai bentuk justifikasi.

“Pada saat saya menjumpai pihak FIFA, nggak ada pertanyaan dari mereka apakah negara Anda memiliki prestasi sepakbola atau tidak,” ujar Nurdin yang menjadi Ketum PSSI sampai dengan 2011 ini. “Jadi sah-sah saja kalo PSSI mencoba menawarkan menjadi Tuan Rumah.”

Ketika Nurdin mengatakan itu, Andi Mallarangeng tersenyum. Saya tahu apa maksud senyumannya beliau. Pasti di otak Andi bersemi ribuan pertanyaan, yang salah satunya tetap bermuara pada permasalahan prestasi persepakbolaan.

“Sudahlah pak Nurdin. Lebih baik PSSI fokus pada pembinaan persepakbolaan saja. Nggak usah mikir yang lain. Mau nanti Piala Dunia-nya di negara mana, kalo PSSI juara, ya kebangaannya tetap sama, toh?! Daripada prestasi terpuruk terus dan kita mikirin jadi Tuang Rumah, buat apa? Apa yang kita bisa banggakan dengan kekalahan-kekalahan yang dilakukan PSSI?”

Andi mencoba flashback terhadap sepakbola beberapa waktu lalu, dimana PSSI menjadi ‘Macan Asia’. Di Asia nggak ada negara yang berhasil mengalahkan PSSI. Ia menyebutkan betapa bangganya menyanyikan lagu yang membawa nama para pemain PSSI di era 70-an dan 80-an.

Kiper Roni Pasla...Anjas Asmara...Andi Lala...
Tembakan Kadir...bola melintir...wasit nyengir...


“Pemain sepakbola sekarang berbeda, Pak,” ujar Nurdin, pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan, 17 November 1958 yang sempat dipenjara gara-gara kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005 ini. “Selain gizi, gaya hidup para pemain sudah berbeda. Sekarang ini sudah banyak mal, tempat hiburan, dan hal-hal lain yang mengganggu kedisiplinan pemain.”



Kesebelasan Indonesia ketika berhasil menjadi juara sepakbola SEA Games ke-XIV di Jakarta setelah mengalahkan tim Malaysia. Para pemain ini terdiri dari (kiri-kanan) Robby Darwis, Marzuki, Azhari Rangkuti, Ponirin Meka, Ribut Waidi, Ricky Jacob, Jongkok :(kiri-kanan) Nasrul Koto, M. Junus, Rully Nere, Jaya Hartono, Patar Tambunan. (foto dok. Suara Pembaruan)


Lucu juga ya prestasi sepakbola menurun dan disalahkan pemain yang kurang disiplin. Mal dan tempat hiburan pula yang disalahkan. Aneh! Bukankah semua itu bisa ditangani oleh pejabat di PSSI? Bagaimana peran komite disiplin? Aneh!

Anyway, kondisi carut marut inilah yang membuat Presiden harus campur tangan. Padahal urusan PSSI ini harusnya nggak sampai Presiden, ya nggak? Harusnya Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat yang berinisiatif. Tapi kok melempem ya? What wrong? Eno opo dengan KONI? Kata orang Sunda, kunaon KONI? Malu-maluin ajah!

Melalui Agum Gumelar, Presiden SBY dan Menpora Andi Mallarangeng menggantungkan nasib PSSI. Sekadar info, Agum di KSN ini menjadi Ketua Umum KSN. Kenapa yang ditunjuk Agum? Pertama beliau pernah menjadi Ketua KONI Pusat. Kedua, beliau juga pernah merasakan jadi Ketum PSSI. Jadi klop, kan?!

Insya Allah KSN akan berlangsung pada 30-31 Maret 2010 ini. Meski mayoritas pengurus PSSI nggak suka dengan KSN ini, karena kabar miring mengungkapkan KSN sebagai upaya pemakzulan Ketum Nurdin Halin, namun sekali lagi, nggak sedikit pula Manajer Sepakbola, pemain, serta supporter sepakbola mendukung KSN ini. Mereka sudah gerah dengan kepengurusan sekarang yang itu-itu saja. Kalo bicara soal pengurus PSSI yang itu-itu saja, saya jadi ingat statement Iwan Fals ketika melakukan konser dalam rangka album barunya, Keseimbangan di Leuwinanggung, Cimanggis, Bogor, Jawa Barat.

“Masa dari saya kuliah sampai sekarang pengurusnya dia lagi dia lagi?” kata Iwan Fals di hadapan ratusan OI, organisasi penggemar Iwan Fals. Dalam kesempatan itu pula Iwan meneriakkan ‘PSSI goblok!’.

Tentu Iwan nggak asal bilang ‘goblok’ pada PSSI. Cacian itu lebih karena ia sayang pada organisasi yang sudah berdiri 80 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 19 April 1930 ini. Saking sayangnya, di album Keseimbangan, ada lagu Iwan berjudul Sepakbola. Insya Allah pada tanggal Sabtu, 27 Maret 2010 besok, lagu Sepakbola ini akan dibawakan oleh Sawung Jabo di program Malam Minggu One di tvOne. Sengaja menampilkan lagu ini, karena pada tanggal 30-31 Maret 2010 dilangsungkan KSN di Malang.

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Thursday, March 11, 2010

TERORIS: DIBENCI, TETAPI (JUGA) DISENANGI

Kalo ada survey yang mempertanyakan soal teroris, saya berani jamin mayoritas responden akan menjawab: FUCK TERORIST! Kebanyakan orang pasti akan membenci yang namanya teroris. Yaiyalah! Ngapaian pula pro dengan aktivitas yang dilakukan oleh teroris?

Namun, secara jujur kita pasti menyadari, di balik kebencian orang pada teroris, ada sebagian orang yang senang dengan eksistensi teroris. Mereka ini boleh jadi (mohon maaf) mengharap teroris nggak benar-benar habis. Analoginya, nggak mungkin memberantas yang namanya DVD bajakan atau menutup semua pabrik rokok setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan haram merokok, ya nggak?

Nah, berikut ini iseng-iseng saya meriset apa saja yang menyebabkan sebagain orang tetap senang dengan eksistensi teroris. Note ini bukan bermaksud memprovokasi, karena saya warga negara Indonesia yang memiliki hati nurani, baik budi, dan tidak sombong. Saya juga bukan ingin mem-brainwashed mereka yang benci pada teroris, karena di dadaku masih menempel Burung Garuda Pancasila. Saya cuma menyingkap realita. That’s it! Once again, this only a reality in our people, cong!.


HIBURAN WARGA

Tertembaknya teroris selalu menjadi tontonan menarik. Padahal yang tertembak itu adalah tukang tembak, bo! Bisa jadi temannya teroris yang tertembak masih beredar di sekitar situ. Tetapi tetap aja warga sekitar berduyun-duyun hadir di TKP. Mereka ingin melihat dari dekat teroris yang tertembak itu, apakah ganteng atau jelek wajahnya.


Tertembaknya teroris membuat warga terhibur. Mereka berbondong-bondong ke TKP buat melihat korban. Kapan lagi melihat orang tertembak? Selama ini cuma bisa lihat di film-film. Selain datang ke TKP, mereka juga bisa mejeng bersama Reporter televisi. Kapan lagi bisa in frame di televisi. Ya, jadi 'artis' sehari gitu, loh! Menyenangkan bukan?

Gara-gara warga berkumpul, insting pedagang pun muncul. Banyak pedagang yang memanfaatkan kesempatan dengan membuka lapak dagangan mereka. Nggak heran omset mereka pun meningkat tajam. Sambil lihat teroris yang mati, sambil ngemil combro atau misro. Mantabs kan?

Tapi be carefull my friends! Biar nggak dilarang nonton dan berdagang di sekitar TKP, kita kudu waspada, karena biasanya banyak copet yang memanfaatkan momentum emas ini. Masa gara-gara lihat teroris yang berlumuran darah di jalan raya, uang gaji kita amblas? Jangan sampai terjadi, bo!


MENUNJUKAN PRESTASI

Selama ini Densus sudah menunjukkan prestasi yang luar biasa. Beberapa teroris sudah berhasil ditaklukkan oleh salah satu bagian di Polri ini. Bayangkan kalo nggak ada teroris, maka Densus nggak terdengar. Yang terdengar cuma bagian-bagian yang sehari-hari bersingungan dengan masyarakat, misalnya dinas lalu lintas atau serse.

Dengan adanya teroris, maka prestasi Densus akan terlihat nyata oleh pemerintah dan warga negara Indonesia Raya ini. Dengan prestasi ini, Insya Allah gaji polisi yang berada di payung Densus akan terus meningkat tajam. Taruhlah gaji anggota Densus sebelumnya sudah Rp 4 juta/ bulan, maka dengan prestasi yang gemilang ini akan dinaikkan menjadi Rp 6 juta.


MENGALIHKAN MASALAH

Sebelum tertembaknya teroris, ada kasus Century. Ada sebagian orang yang bergembira, kasus Century langsung menguap begitu teroris tertembak. Memang sih nggak menguap-menguap amat, tetapi paling tidak orang sudah nggak banyak lagi berbicara soal Century. Orang berbicara soal teroris yang tertembak, keluarga teroris, lokasi tempat teroris tertembak, dan lain-lain.


Apa kabar Pansus? Begitu berita teroris muncul, soal Pansus Century tenggelam, deh.

Padahal sebelumnya banyak demonstrasi yang kecewa dengan hasil pansus Century. Ada bakar-bakaran, merusak fasilitas negara, bahkan beberapa orang luka-luka saat demonstrasi Century. Namun begitu ada tertembaknya teroris, mayoritas orang langsung beralih ke isu teroris.


MENAIKKAN OPLAH DAN RATING

Begitu ada penembakan teroris, bahkan jauh sebelumnya, media pasti akan mengulas soal teroris. Nggak cuma media cetak, tetapi media elektronik. Ini artinya apa? Artinya, berita soal teroris pasti bakal laris. Bakal menaikkan oplah dan meraih jumlah penonton televisi. Yaiyalah! Warga masyarakat ingin melihat secara langsung wajah teroris, lokasi kejadian, orang-orang yang berada di sekitarnya.


Pengejaran teroris di Aceh dan kematian Dulmatin di Pamulang menaikkan oplah koran dan juga rating televisi.

Penonton jadi punya program alternatif. Nggak cuma sinetron yang nggak mendidik itu, atau reality show yang sebenarnya nggak reality itu, tetapi berita soal teroris. Pembantu yang tadinya nonton infotainment, jadi suka memandangi wajah teroris yang sudah tertembak itu.

“Ih, wajah teroris itu imut banget sih,” kata si pembantu. “Aku jadi pingin mencubit pipinya!”


KAYA MENDADAK

Dengan pembahasan soal teroris, mereka yang memiliki pendidikan soal terorisme pasti akan diundang atau menulis di media masa. Mending ngundangnya cuma sekali tampil, satu orang narasumber bisa seharian diinterview, lho! Ia muncul di pagi hari, lalu siangnya ada lagi, dan malamnya muncul lagi. Wajahnya sih nggak mungkin berubah. Yang berubah paling tidak pakaiannya aja. Saya nggak yakin soal celana dalamnya berubah, karena pasti sudah nggak sempat pulang ke rumah atau mandi. So, celana dalamnya dibolak-balik aja, deh.

Kalo sekali muncul di satu program dibayar Rp 2 juta, maka ia akan meraih Rp 6 juta kalo muncul di tiga program. Angka segitu baru satu hari. Nggak mungkin kan ia muncul cuma 1 hari? Bayangkan kalo ia muncul selama 3 hari, maka ia akan meraih honor Rp 6 juta X 3 hari = Rp 18 juta. Menyenangkan bukan?

MEMUNCULKAN KREATIVITAS INSTAN

Begitu ada isu teroris, otak kanan kita langsung berpikir kreatif. Jago-jago grafis langsung membuat disain-disain yang gokil. Nggak heran muncul kaos-kaos dengan grafis dengan tulisan yang tema-nya teroris. Rata-rata memang mengecam teroris, tetapi seujujurnya teroris jadi ide grafis di kaos itu kan?

Nggak cuma kaos, tenaga-tenaga kreatif lain juga memanfaatkan momentum teroris. Ada yang membuat stiker, topi, boneka, dan pernak-pernik lain yang semuanya bertema teroris. Lebih dari itu, SDM-SDM yang jago bermusik, mendapatkan inspirasi dari eksistensi teroris dengan membuat lagu bertemakan teroris. Memang semangat lagunya adalah membenci teroris, tetapi kalo lagunya laku, mereka kan mendapatkan keuntungan ya nggak?

SDM-SDM yang jago membuat film pun nggak kalah sengit. Mereka langsung membuat film bertema setan-setanan. Lho apa hubungannya ya? Kelihatannya memang nggak ada, tetapi buat para Produser atau Sutradara, setan itu ibarat teroris. Dengan kata lain, teroris itu manusia setan. Masa orang hidup dimatikan dengan cara nge-bom?

Di luar itu semua, ada lokasi kejadian, nama orang, atau toko yang ngetop gara-gara teroris. Dalam konteks kematian Dulmatin, lokasi yang ngetop adalah Pamulang. Lokasi ini menjadi lokasi yang paling banyak dibicarakan dalam beberapa hari ini, bahkan hitungannya bukan hari, tetapi berminggu-minggu. Nah, apakah gara-gara Pamulang ngetop tanah di sekitar situ menjadi naik harganya? I don't know!


Multiplus yang sekarang ngetop berat. Selama ini orang lebih tahu Multi Level Marketing (MLM) ketimbang Multiplus. Blessing in disgues!

Toko Multiplus juga ngetop berat. Nggak perlu beli spot iklan di televisi atau membuat print-ad di harian Kompas yang harganya selangit, Multiplus akan diucapkan oleh Reporter atau ditulis di media cetak sebanyak-banyaknya. Padahal kalo di televisi, sekali adlips nilai rupiahnya lebih dari dua juga. Bayangkan kalo diucapkan seratus kali, nggak bakalan kuat bayar. Nah, dengan adanya kematian Dulmatin, Multiplus kayak mendapatkan blessing in disguise alias rahmat tersembunyi di balik malapetaka. Selama ini orang paling-paling kenal dengan Multi Level Marketing (MLM). Jadi menguntungkan buat Multiplus bukan?

B for better Indonesia

PUSAT DOKUMENTASI SASTRA YANG TERPINGGIRKAN

Di dalam kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), ada salah satu tempat, dimana tempat tersebut sebenarnya cukup penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Nama tempat ini adalah Pusat Dokumentasi HB Yassin (selanjutnya saya singkat dengan sebutan Pusdok HB Jassin).

Pusdok ini didirikan oleh pada 28 Juni 1976 di bawah Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Setahun kemudian, tepatnya dalam anggaran 1977/1978, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memberikan subsidi kepada Pusdok ini. Sejak itu, Pusdok ini berganti nama menjadi Pusat Dokumentasi Sastra. Selain Pemprov DKI, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ini juga ikut membantu membiayai Pusdok ini di tahun 1984.



Di Pusdok HB Jassin, Anda akan menemukan segala hal mengenai literatur maupun foto dalam dunia sasta. Buku-buku sastra terbitan jadul bisa Anda dapatkan di Pusdok ini, termasuk angkatan sastra sebelum Chairil Anwar. Dalam Wikipedia, per Mei 2006, Pusdok ini punya koleksi sebanyak 48.876 dalam bentuk buku-buku fiksi, non-fiksi, naskah drama, biografi dan foto-foto pengarang, kliping, makalah, skripsi, disertasi, rekaman suara, dan rekaman video. Di sini disimpan pula sejumlah surat pribadi dari berbagai kalangan seniman dan sastrawan, seperti Nh. Dini, Ayip Rosidi dan Iwan Simatupang.

Nggak banyak orang tahu ada Pusdok sastra di TIM. Memang sih orang berkunjung ke TIM mayoritas adalah ke Planetarium atau ke bioskop TIM. Kalo ada pameran, pengunjung datang ke Graha Budaya. Namun jarang banget datang khusus ke Pusdok HB Jassin, kecuali memang ingin melakukan riset, mencari data-data soal sastra. Atau kunjungan rombongan kampus yang kebetulan mahasiswa Fakultas Sastra.

Menyedihkan? Boleh jadi begitu. Selain nggak banyak yang berkunjung, gedung Pusdok ini masih jadul banget. Ketika gedung-gedung lain di renovasi, Pusdok masih begitu-begitu aja. Bahkan di depan Pusdok sudah berdiri gedung megah berbiaya miliaran rupiah yang baru saja diresmikan penggunaannya, yakni Teater Studio.

Berikut ini foto-foto yang saya ambil tahun periode 2010 ini.



Papan Pusdok yang berdiri sebagai petunjuk satu-satunya di ujung jalan menuju Pusdok. Perhatikan background di belakang papan Pusdok, itu adalah gedung baru yang dimiliki oleh TIM, yakni Teater Studio.









Jalan menuju ke Pusdok HB Jassin. Jalan ini ada di samping gedung baru yang dimiliki TIM yang baru diresmikan tahun 2010 ini. Perhatikan atap gedung yang bulat putih yang ada di sebelah kanan atas, itu adalah gedung Planetarium







Kalo jalan menuju Pusdok, Anda akan melihat di sebelah kanan ada bekas Sekretariat Badan Kerjasama Seniman Indonesia yang dikelola Yayasan Dharma Artis Indonesia. Di situ tertulis artis bekas Kostpad tahun 1965-1970.




Tangga menuju Pusdok HB Jassin. Kalo orang tua yang sudah nggak kuat lagi naik tangga, siap-siap harus digendong, karena tangganya agak menanjak. Wong, anak-anak muda aja ada yang ngos-ngosan.













all photos copyright by Brillianto K. Jaya