Percayakah
Anda “kretek sebagai warisan budaya”?
Adalah masyarakat Indian di Karibia yang mempopulerkan kata tobacco
yang kelak diindonesiakan menjadi tembakau. Istilah tobago yang
semula nama sejenis pipa rokok masyarakat Indian, lalu kemudian berubah menjadi
tobacco. Sementara istilah sigaret berasal dari istilah
Indian Maya Sik’ar yang berarti merokok.
Sudah sejak 600-1.000, suku Indian Maya Sik’ar merokok. Setidaknya hal
tersebut diketahui dari peninggalan berupa bejana tanah liat dari sebelum abad
XI. Bejana ini ditemukan di Uaxactun, Guatemala. Di permukaan bejana terdapat
gambar orang Indian Maya yang sedang merokok dengan menggunakan lintingan daun
tembakau.
Lalu tembakau “keluar” dari benua Amerika pada 12 Oktober 1492. Tanggal ini
ditetapkan, ketika Cristobal Colon atau Columbus dan awaknya mendarat untuk
pertama kali di pantai Pulau Watling, Amerika Tengah. Kala itu Colombus dan
awaknya membawa tembakau, serta budaya merokok.
Biji tembakau kemudian dibawa ke
Spanyol dari Santo Domingo pada 1559, lalu ke Roma pada 1561. Mula-mula
tembakau diperkenalkan sebagai tanaman hias dan obat. Setelah Spanyol dan Roma,
tembakau untuk pertama kali dibawa ke
Eropa dari Florida pada 1505 oleh Sir John Hawkins. Pria ini dikenal sebagai
pahlawan AL Inggris. Namun, baru 20 tahun kemudian budaya merokok dengan pipa
mulai muncul di Inggris.
Budaya merokok di Inggris akhirnya
menyebar ke seluruh benua Eropa. Barulah pada abad ke-XVII, seluruh belahan
dunia mengenal tembakau, termasuk Indonesia yang kemudian mengenal istilah
rokok kretek.
Percayakan
Anda “industri rokok meningkatkan petani tembakau”?
Berbahagialah
perusahaan-perusahaan rokok dengan penjualan produk mereka. Sebab, angka
konsumsi produk tembakau di Indonesia semakin hari terus meningkat. Setidaknya
data peningkatan tersebut terlihat mulai dari 1970 yang “hanya” 30 miliar
batang, hingga 2014 melonjak mencapai 360 miliar batang.
Namun
sayang, bahagianya perusahaan rokok tidak sebanding dengan peningkatan
kesejahteraan petani tembakaunya. Menurut data Badan Pusat Statistik yang diungkap Koalisi
Masyarakat Sipil Indonesia untuk Pengendalian Tembakau, penghasilan petani
tembakau di Indonesia masih di bawah upah minimum regional (UMR). Artinya,
industri rokok tidak ada sangkut pautnya dengan kesejahteraan petani tembakau.
Semua keuntungan dari tembakau, nyaris dinikmati oleh pemodal; mulai dari
tengkulak, pemilik gudang, industri rokok, hingga sampai ke jaringan
pemasarannya.
Percayakah
Anda “pajak terbesar dari industri rokok”?
Itu cuma
mitos yang diangkat oleh industri rokok maupun para perokok. Fakta, justru negara
membayar biaya lebih besar untuk rokok dibanding dengan pemasukan yang
diterimanya dari industri rokok. Penelitian dari World Bank membuktikan, rokok
merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara.
Dari hasil survei lembaga "Global Youth Tobacco Society" pada 2006
untuk wilayah Jawa saja, hasilnya cukup memprihatinkan. 13.2% total siswa Indonesia di Jawa merupakan perokok dan
tentu angka ini merupakan kegembiraan terbesar bagi industri rokok. Angka
perokok kaum generasi pelajar Indonesia cenderung meningkat pesat dalam
beberapa tahun terakhir. Sejak 2004 hingga 2008, pertumbuhan produksi rokok
Indonesia tumbuh pesat hingga 4.6% per tahun,
jauh melebihi pertambahan penduduk Indonesia yang hanya 1.4% per tahun. Pertumbuhan inilah yang secara
tidak langsung akan menjadi beban negara. Sehingga, pemasukan negara dari
industri rokok tidak sebanding dengan beban yang dipikul negara.
Percayakah
Anda “tidak akan mati gara-gara merokok”?
Sebagian
besar perokok percaya. Sisanya sangat mengerti, tapi tak peduli. Bagi Anda yang
percaya, bahwa merokok tidak akan mati, seharusnya Anda bersyukur. Bersyukur?
Yup! Meski sampai saat ini Anda masih merokok dan tidak mati, namun Anda harus
tahu, bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan Anda untuk hidup. Artinya Anda
bukan tidak mati gara-gara merokok, tetapi BELUM MATI.
Jangan
pernah sangsikan kekuasaan Tuhan untuk kapan pun mencabut nyawa Anda. Jangan
pernah merasa bisa hidup seribu tahun gara-gara Anda masih “menikmati” rokok. Sekali
lagi, Anda hanya diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan. Tapi tak akan lama lagi
Anda mati, sebagaimana artis-artis perokok yang terkena kanker atau teman-teman
saya yang lebih dahulu mati gara-gara merokok.
Kalau pun Anda belum juga mati, tetapi banyak orang yang sudah mati gara-gara menghirup asap rokok Anda. Anda telah membunuh mereka yang bukan perokok. Itulah warisan budaya sesungguhnya yang diwarisi para perokok pada mereka yang tidak merokok.
Kalau pun Anda belum juga mati, tetapi banyak orang yang sudah mati gara-gara menghirup asap rokok Anda. Anda telah membunuh mereka yang bukan perokok. Itulah warisan budaya sesungguhnya yang diwarisi para perokok pada mereka yang tidak merokok.
Jadi,
STOP MEROKOK! KRETEK BUKAN WARISAN BUDAYA!