Sunday, May 29, 2016

MELACAK JEJAK JAWARA BETAWI EPS # 1 BANG MADA

Pagi itu kebetulan saya ada acara di kampung Makasar, Kramat Jati, Jakarta Timur. Sebelum ke kampung Makasar dan bertemu dengan beberapa orang, di pikiran saya, kampung ini merupakan kampung tempat orang-orang Makassar, Sulawesi Selatan. Ternyata...saya salah duga!

Makasar adalah sebutan untuk kampung yang dahulu kala banyak didiami orang kasar. Di kampung ini, muncul sejumlah jawara-jawara Betawi yang membantu dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Nah, ketika saya berada di kampung ini, munculah nama salah seorang jawara tersohor. Ia bernama Samada alias Bang Mada.

Berbekal nama Bang Mada, saya melakukan penelusuran. Mulai dari menanyakan Tukang Parkir di jembatan atas tol yang menghubungan antara wilayah Kramat Jati dan wilayah Makasar, lalu tanya warga yang kebetulan tinggal di dekat rumah peninggalan Bang Mata.

"Rumahnya nyang entuh (maksudnya "yang itu"), nyang di pojok, jualan air isi ulang," ujar salah seorang warga.

Alhamdulillah saya berhasil menjumpai istri dan dua orang anaknya. Awalnya mereka ragu memberikan keterangan tentang Bang Mada. Saya malah diantar ke keponakan Bang Mada, yang kata mereka sebagai saksi hidup. Namun, keponakan Bang Mada yang usianya sekitar 70-an ini pun ogah direkam kisahnya.

Setelah diping-pong sana-sini, akhirnya saya berhasil mewawancarai istri Bang Mada dan anaknya. Hasil wawancara ini saya videokan. Berikut video hasil wawancara saya tentang Bang Mada, jawara Betawi asal kampung Makasar, Kramat Jati ini.


Wednesday, May 18, 2016

BELAJAR BISNIS # 3: BISNIS BARU, HARAPAN BARU

Ketika masih aktif menjalankan MLM, saya selalu akrab dengan kata "DREAM" atau "IMPIAN". Saya dan anggota MLM kerap dijejali dengan kata "sakti" tersebut. Awalnya saya pengen (maaf) muntah. Betapa tidak, tiap hadir ke pertemuan, pelaku bisnis MLM sukses mengumbar kata-kata itu. Bukan cuma itu, senior kami (baca: upline) juga tak pernah jenuh menggali dream, dream, dan dream.

"Apaan seh mereka nanya-nanya dream mulu?!" umpat saya dalam hati.

Belakangan saya insyaf. Selama ini saya tidak pernah diajak untuk bermimpi. Saya hanya ditanya tentang cita-cita, saat masih TK. Setelah itu, mulai dari orangtua, guru, tetangga kiri-kanan, dan handai tolan, tak ada yang pernah bertanya:

"Apa sih impianmu?"

Well, bisa jadi mereka yang bertanya atau ditanya juga tidak punya impian atau malu mengungkapkan impian. Mereka takut dianggap, "orang gila" yang kerjaannya cuma mimpi tengah bolong.
  1. Sutralah, kerja aja yang bener, nggak usah mimpi-mimpi...
  2. Lu kebanyakan mimpi trus nggak kecapai bisa gilak...
  3. Percaya aja lah sama Tuhan. Jalan hidup lu udah ada yang ngatur...

Sejuta alasan akan kita tamui, ketika membicarakan tentang impian. That's why, impian saya pun terkubur, dan barangkali impian teman-teman yang membaca ini semua. Kita jadi tidak pandai bermimpi. Kalo pun bermimpi, paling pas tidur malam, sampai ngiler.

Temans, mimpi bukanlah sekadar "mimpi". Kalo cuma "mimpi", tak ada greget dan niat buat berjuang. Mimpi dengan tanda kutip sekadar angan-angan kosong. Tapi kalo mimpi itu kita jadikan MIMPI (tanpa tanda petik), insya Allah menjadi sesuatu. MIMPI menjadi sebuah harapan besar yang akan dikejar.

Ketika membuka bisnis, saya selalu menamkan sebuah harapan (baca: dream). Tentulah harapan yang paling besar adalah bisnis saya akan tumbuh besar, menggurita, dan akhirnya banyak pengusaha baru yang mem-franchise-kan bisnis saya. Itulah harapan.

Namun, dalam harapan sebuah bisnis, saya tak sekadar mencari untung. Ada banyak hal yang selama ini saya pelajari dan rasakan dalam menjalankan bisnis.

1. Berani Memulai
Tak semua orang berani terjun langsung berbisnis. Meski orang itu segudang, tetapi kalo tidak punya nyali, percayalah, ia tak akan berani memulai bisnis. Jadi, saya percaya, baik orang miskin atau orang kaya, kalo memang tidak punya nyali berbisnis, ya tak akan pernah berbisnis forever.

2. Berpikir Kreatif
Seringkali saya ditanya, punya ide kreatif bikin bisnis dulu atau memulai dulu? Pertanyaan tersebut langsung bisa dijawab dengan jawaban: silahkan lihat no 1. Lagi-lagi, berani memulai.Percuma kreativitas Anda segudang kalo akhirnya takut memulai bisnis. "Tapi saya nggak punya modal (baca: duit)". Hi, man!  Please deh! Tak semua bisnis selalu butuh modal duit. Ada beberapa bisnis yang saya jalankan tanpa duit. Satu bisnis saya yang sekarang saya jalankan tidak pakai duit, tapi modal kreativitas.

3. Mempraktekkan Leadership
Saya baru tahu, tak semua karyawan di kantor yang tidak jadi Bos, tidak punya kepemimpinan saat berbisnis. Ia boleh berstatus sebagai pegawai biasa, tetapi begitu berbisnis justru ia menjadi Bos. Bahkan, Bos di kantor belum tentu bisa jadi Bos dalam bisnis. Apa yang selama ini saya jalankan, leadership dalam dunia usaha berbeda dengan leadership saat kerja di perusahaan orang lain. Memang, kemampuan leadership secara umum, baik di kantor maupun saat bisnis tetap sama.

4. Kepekaan Sosial
Buat saya yang baru belajar bisnis, kepekaan sosial ternyata juga terjadi. Beberapa kali, saat memulai bisnis, saya selalu bertemu dengan orang-orang yang ingin memulai bisnis, tetapi tak punya modal. Atau seorang janda tua yang hidupnya serba kekurangan, tetapi ia memiliki kemampuan memasak dan tak takut untuk bekerja keras. Bermodal kepekaan terhadap lingkungan sosial, keberanian saya berbisnis tergerak dan jadilah sebuah peluang bisnis.

Back to topic, bahwa kita butuh yang namanya IMPIAN. Sebab, dari IMPIAN kita akan menaruh sebuah harapan dan berani berjuang untuk merealisasikan harapan tersebut. Namun ingat, untuk menuju kesuksesan, Anda tetap berdoa dan percaya Sang Pencipta yang menentukan IMPIAN itu bisa terjadi apa tidak. Anda tak boleh kesal, bahkan menyalahkan Tuhan, begitu sudah kerja keras tetapi kerap gagal. Anda harus punya modal lagi yang kuat, yakni KESABARAN dan BERPIKIR POSITIF pada Tuhan.

Saturday, May 14, 2016

ASSALAMU'LAIKUM PAK MARBOT, APAKAH BENAR MASJID SENAPELAN INI MASJID TUA?

Sobat, nggak afdol kalo ke Pekanbaru nggak berkunjung ke masjid Senapelan ini. Kenapa dianggap nggak afdol? Yaiyalah! Masjid ini adalah "saksi sejarah" perkembangan kota Pekanbaru dan nggak bisa lepas dari sejarah perkembangan Kerajaan Siak. Udah gitu, di samping masjid ada makam pendiri kota Pekanbaru ini.

Sebelum berkisah soal makam pendiri, mari saya ceritakan dulu soal Masjid Senapelan ini. Eh, kita ucapakan "assalamu'alaikum" dulu ke penjaga masjid ini. Nggak enak soalnya main masuk ke masjid kalo nggak mengucap salam. Sudah ngucap salam? Baiklah. Jadi sobat sekalian, masjid ini dibangun pada abad-18 atau sekitar 1762 M. Yakni di masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan IV) dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan V) dari Kerajaan Siak.



Selama berdiri, masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama pada 1775. Saat itu Sultan Alamuddin merenovasi, karena sudah nggak bisa menampung jamaah yang semakin hari semakin banyak di kota Senapelan. Pas saya berkunjung ke masjid ini, renovasi masih belum selesai.

Di samping masjid terdapat makam pendiri kota Pekanbaru, yaitu Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Almarhum bergelar Marhum Bukit. Di area makam juga terdapat makam sultan keempat Siak, yakni Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Almahum bergelar Marhum Pekan.




img


KOK TUGU KEK GITU BERBIAYA 1 MILIAR?

Ketika berkunjung ke Pekanbaru, saya menyempatkan diri mampir ke sebuah tugu. Biasanya, setiap tugu punya kisah tersendiri. Hal yang sama terjadi pada tugu yang terletak di jalan Cut Nyak Din I ini. Kisah pertama, tugu ini punya nilai historis, yakni sebagai tugu Countdown PON XVIII Riau. Sebagaimana sebagian dari Anda tahu, PON sempat dilaksanakan di Riau.

Kisah kedua, yang sangat menyesakkan adalah, tugu ini menghabiskan dana senilai Rp 1,6 miliar. Kenapa menyesakkan? Ya, Anda lihat saja sendiri foto di bawah ini, apakah harga pembangunan tugu ini semahal itu? Saya yakin, Anda akan bertanya-tanya dan geleng-geleng kepala...

"Kok tugu kek gitu berbiaya 1 miliar?"



Itulah kenapa pada 2012 lalu para mahasiswa  yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Riau berdaulat yang terdiri dari BEM Unri, BEM UIN, BEM UMRI, BEM UIR, Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), PD KAMMI Riau, dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan protes. Bahkan berteriak lantang buat menyeret sang Gubernur untuk segera di-KPK-kan. Perjuangan mahasiswa berhasil. Gubernur Riau kala itu, yakni Rusli Zainal, di-KPK-kan, karena skandal suap dana venue PON XVIII Riau. Salah satu skandal itu ya tugu Countdown PON XVIII.

Ketika saya memfoto, dan sampai tulisan ini dibuat, saya masih nggak percaya, biaya produksi tugu ini 1 miliar. 

"Korupsinya gede bingits! Kebangetan emang!"


Wednesday, May 4, 2016

RESTO DI SEMPADAN

Kalo menurut aturan, baik itu aturan lama maupun baru, tertulis bahwa 10-20 meter dari bibir sungai atau sempadan, dilarang untuk mendirikan bangun. Sungai, termasuk sempadan, adalah milik negara. Aturannya tertera di PP No 25/1991 tentang Sungai yang belakangan digantikan PP No 38/2011 tentang Sungai. Namun, nggak semua aturan diterapkan oleh pemerintah. Banyak bangunan berdiri di sempadan. 

Saat makan di salah satu resto di depan salah satu stasiun televisi swasta, saya sempat bertanya-tanya, apakah resto ini juga termasuk melanggar? Soalnya, bangunan resto berdiri, persis di pinggir sungai. Kalo melanggar, tentu ada oknum yang memberi izin resto ini berdiri di sempadan. Melihat resto ini bukan resto ecek-ecek (baca: sekelas PKL), karena pasti dibangun dengan biaya besar, jadi perizinannya nggak sembarangan.



Meski tetap penasaran soal perizinan resto di bilangan Jakarta Barat ini, namun perut saya kelaparan dan butuh asupan dari menu yang disajikan resto ini. Walhasil, sambil memandangi view persawahan yang nggak jauh dari resto itu, saya pun melahap menu ikan bakar plus kangkung.