Boleh jadi Iwan Fals udah gerah. Isu kemiskinan belum juga menciut. Justru di saat-saat krisis ekonomi kayak gini, banyak Raykat yang dulu berada di segmentasi menengah, justru berubah menjadi miskin. Ini akibat PHK dan perekonomian yang kian memburuk. Wong, perusahaan-perusahaan besar di dunia sana aja banyak yang gulung tikar, Cin!
Ketika para Politikus masih sibuk "teriak-teriak" sambil buat janji-janji di kampanye kemarin, Iwan justru ambil bagian praktis. Maksudnya, Iwan bikin inisiatif pemikiran praktis buat membantu saudara-saudara kita yang miskin. Dari sinilah keluar konsep "SATU MENOLONG SATU".
"Satu Menolong Satu" merupakan kampanye Iwan terbaru. Andai saja satu orang kaya menolong satu orang miskin, Insya Allah kemiskinan bisa berkurang. Satu orang kaya itu minimal, Bro! Kalo dalam satu keluarga punya lima orang anak, tentu aja satu keluarga bisa menolong lima orang anak miskin. Bahkan lebih edan lagi, satu orang kaya, bisa menjadi Papa atau Mama asuh bagi dua sampai tiga anak kurang mampu di sebuah keluarga miskin. Gokil kan idenya, Bro?
Gagasan "Satu Menolong Satu" ini pas banget digulirkan menjelang Pemilihan Caleg dan Capres tahun 2009 ini. Why? Karena kita sebagai Pemilih bisa dengan jeli memilih siapa Wakil-Wakil Rakyat yang pantas duduk di kursi DPR. Apakah mereka yang cuma ngasih uang kampanye aja yang 50 ribu-100 ribu itu yang pantas? Atau memang nggak pernah ngasih uang saat kampanye atau pencoblosan tapi benar-benar udah lama melakukan aktivitas kemasyarakatan buat wong cilik? I think you know better lah!
Berdasarkan gagasan Iwan, gw malah timbul gagasan baru. Kenapa para Pemilik sekolah mahal nggak bisa berbuat sesuatu buat bangsa ini ya? Maksudnya gini, lho. Elo pasti udah sering dengar, ada sekolah yang bayarannya sampai Rp 3 juta per bulan, bahkan ada yang lebih. Sementara uang pangkalnya ada yang bisa mencapai Rp 30 juta-an. Gokil nggak? Nah, sekolah-sekolah yang merekrut keluarga-keluarga kaya ini menjadi Papa dan Mama asuh buat anaka-anak yang nggak mampu sekolah. Misalnya 2,5% dari bayaran mereka per bulan dari tiap-tiap anak yang sekolah di situ, dipakai buat membantu satu anak miskin.
"Kalo konsep kayak gitu nguntungin Pemerintah dong, Bro!"
Please deh! Dalam konteks membantu, nggak usah ngomong "siapa yang untung siapa yang rugi". Kalo niat membantu, lebih baik ikhlas aja. Toh, ini sekadar gagasan. Kalo nggak mau juga nggak maksa, ya nggak? Lagi pula, gw kasih tahu ya, Pemerintah udah kebanyakan urusan. Kalo semua ngandalin Pemerintah, negara kita, saudara-saudara kita nggak ada yang mikirin. Kita jadi mikir diri kita sendiri. Terlalu egois. Sementara anak-anak kita bisa pergi ke Mall, nonkrong di J-Co, atau ngopi-ngopi di Coffee Bean, eh ada anak-anak kecil terlantar yang boro-boro mikirin sekolah, buat makan aja susah. Why don't we do it something right now, Bro?
Kelo memang Pemerintah juga mau dilibatkan, is ok! Pemerintah justru bikin Peraturan buat memudahkan buat mengurangi jumlah kemiskikan dan Pengangguran. Masih dengan konsep Iwan "Satu Menolong Satu", misalnya dibuatkan Peraturan di tiap kantor, at least mempekerjakan seorang miskin Pengangguran atau korban PHK. Tentu orang miskin di sini yang qualified, Bro. Yang punya skill, pekerja keras, personality-nya mantap, tapi sayang nggak punya kesemptan. Soalnya kita tahu lah, banyak kantor yang kongkalilong. Pegawainya berdasarkan teman dekat, saudaraan, atau satu etnis. Nggak fair kan?
Pemerintah juga bikin Peraturan, omset Perusahaan yang 2,5% langsung disalurkan ke sejumlah pengelola infak profesional, kayak Dompet Dhuafa misalnya. Jangan dimasukkan ke kas negara. Udah pasti itu bakal dikorup lagi oleh cecungguk-cecungguk yang kerja di Departemen terkait alias oleh para Pegawai-nya. Kalo pengelola infak profesional itu kan selalu memberikan update keuangan dan transparan. Nah, dana yang udah ditampung itu langsung diberikan buat anak-anak miskin sekolah atau pengobatan gratis. So nggak perlu ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) segala yang mungkin cuma buat ngurusin perut aja, bukan pendidikan or pengobatan.
Soal pengobatan, banyak orang yang gw jumpai memang belum mendapatkan kenikmatannya. Masih belum fair. Gakin atau Surat Keterangan Tanda Miskin (SKTM) itu ternyata nggak cuma dimiliki oleh orang-orang miskin. Para Pegawai yang ngurusin Gakin atau SKTM kadang curang. Saudara-saudaranya yang nggak miskin alias mampu, bisa dapat surat itu. You know what? Dengan memiliki Gakin atau SKTM, kita bisa beribat gratis! Bener, bro, gratis! Elo mau operasi sampai Rp 100 juta pun pemerintah menanggungnya. Tapi ya sekali lagi, ada kecurangan-kecurangan di lapangan seperti yang gw jelaskan tadi. Para Pegawai-nya kongkalikong. Gokil!
Dengan berdasarkan konsep Iwan Fals "Satu Menolong Satu ", moga-moga kita bisa action. Kalo Pemerintah ikut bantuin syukur, kalo nggak ada kita action sendiri aja. Maksudnya sendiri, ya dengan inisiatif kita sendiri. Bukan begitu bukan?
No comments:
Post a Comment