Menurut gw bukan perkara mudah membawa sebuah perusahaan “baru” dengan mentalitas SDM lama. Udah gitu, dalam setahun, perusahaan “baru” ini bisa memberikan bonus buat seluruh karyawannya. Inilah yang terjadi di perusahaan Faiz dan Gigan.
“Gw nggak nyangka baru masuk enam bulan udah terima bonus,” kata Faiz, cowok ganteng yang biasa pake penjepit rambut ini. “Lumayan juga buat kawin akhir tahun ini”.
“Iya ya, Iz. Dulu di perusahaan lama, bonus baru gw terima dua tahun kemudian,” tambah Gigan, pria kurus kering dan berlesung pipit manis sekali itu.
Menurut Faiz dan Gigan, Big Bos-nya memang oke punya. Doi berhasil berjuang ke Owner buat memberikan bonus ke seluruh karyawan. Alasannya, income perusahaan jauh di atas target. Yang seharusnya Cuma 350 milyar perak, eh malah sampai 510 milyar. Gokil abis!!!
“Mari kita nyanyikan lagu kemenangan buat Big Bos kita,” ajak Faiz.
“Lagu kemenangan itu dari grub band apa Iz? Gw kayak-kayaknya belum pernah dengar?” tanya Gigan agak blo’on. “Yang gw tahu lagunya Ular Berbisa”.
“Yaudah! Kalo gitu mari kita nyanyikan lagunya Afgan, ‘Terima Kasih Cinta’,” ajak Faiz lagi.
“Nada dasarnya apa, Iz?”
“Suka-suka loe deh, Cin!”
Menyanyilah Faiz dan Gigan lagu “Terima Kasih Cinta” milik Afgan. Lagu itu dipersembahkan kepada Big Bos tempat mereka bekerja. Wajah mereka ceria. Ada pancaran bonus di wajah mereka. Meski dicicil dua kali, namun mereka sangat suka cita dengan perusahaannya yang begitu mengerti hidup mereka.
Sambil menyanyi, di otak mereka juga terus menerawang ke bulan Juni dan tahun depan. Kenapa begitu? Karena menurut mereka, Big Bos udah memberikan sinyal kalo tahun depan pasti akan mendapatkan bonus lagi. Hebatnya, bonus tersebut pasti udah disesuaikan dengan kenaikan gaji para karyawan yang udah dijanjikan itu.
Lalu bulan Juni? Tentu saja, baik Faiz, Gigan, maupun seluruh karyawan mendapat cicilan bonus. Cicilan bonus ini diiringi dengan kanaikan gaji karyawan yang konon akan membuat tajkub. Angka-angka fantastis akan diperlihatkan dengan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
“Hidup ini benar-benar indah ya, Iz?” tanya Gigan sambil membelai rambut Faiz.
“Iya. Semoga hari-hari ke depan semakin membuat kita ceria....”
Ternyata mereka nggak cuma nyanyi satu lagu. Tapi beberapa lagu. Rupanya mereka berdua suka nyanyi dan punya cita-cita pergi ke karaoke. Semangat nyanyi itulah yang menyebabkan mereka sepakat buat pergi ke karaoke.
“Gimana kalo kita undang juga Mia, Agam, dan si Uki buat meraikan karaokean kita?” usul Faiz.
“Setuju!”
“Enrico sama Nanda diajak nggak?”
“Mereka bisa nyanyi nggak?”
“Kalo Enrico kayak-kayanya sih bisa. Tapi kalo Nanda, ya nandatau ya...”
Mereka bersama-sama akhirnya ke karaoke Inul Vizta di Plaza Semanggi. Begitu gembiranya mereka. Palylist mereka yang nyanyikan jumlahnya cukup banyak. Yang paling niat nyanyi adalah Uki. Wanita bertubuh seksi dan berambut panjang terurai ini nyanyi 20 buah lagu, mulai lagu “Walangkeke” sampai “Madu dan Racun”. Sementara Enrico memilih lagu-lagu hits Batak dan Tapanuli.
Sejam. Dua jam. Mia dan Agam lemes. Mereka kelelahan gara-gara berjoget menjadi penari latar Uki. Lima jam. Enrico terkapar di lantai. Sepuluh jam. Akhirnya karaoke berakhir. Mia, Agam, Enrico, Uki, dan Nanda pulang. Mereka berterima kasih sekali atas undangan Faiz dan Gigan berkaraokean. Sebab, mereka memang bercita-cita ingin mengetes vokal mereka apakah masih diandalkan jadi Penjual Obat atau nggak.
Sebaliknya, Faiz dan Gigan berterima kasih juga Mia, Agam, Enrico, Uki, dan Nanda mau datang memenuhi undangan berkaraokean. Semoga dalam waktu dekat akan ada event yang sama, pada jam dan waktu yang sama pula.
Sepeninggal teman-temannya...
“Elo yang bayar kan, Iz?” tanya Gigan.
“Kenapa gw? Elo yang bayar dong. Kan baru dapat bonus?”
“Lha, elo juga dapat bonus juga kalee....”
“Tapi gw nggak bawa duit nih, Cin!” kata Faiz.
“Sama! Gw juga nggak bawa duit.”
“Lah, duit bonus loe mana?”
“Udah abis. Elo?”
“Udah abis juga...”
“Kok kita sama ya?”
“Trus bayarnya gimana?”
Akhirnya mereka pulang dengan wajah manyun. Orang-orang di sekitar mereka tertawa terbahak-bahak melihat mereka. Ada pula orang yang mencoba menutup wajah dengan tangan. Malu katanya. Kenapa sih mereka malu? Soalnya Faiz dan Gigan keluar dari karaoke Inul Vizta cuma memakai celana kolor. Udah gitu nyeker pula. Ini terjadi gara-gara mereka kudu membarter pembayaran karaokean tadi dengan pakaian, sepatu, dan aksesoris yang mereka kenakan.
“Dasar apes!”
“Nasib! Nasib! Tahu gini gw nggak undang deh tuh cecungguk-cecungguk karaokean...”
No comments:
Post a Comment