Inilah alam kebebasan anak-anak dan seorang bernama Raden Rizki Mulyawan Kartanegara Hayang. Alam kebebasan itu bernama Kandank Jurang Doank (KJD), sedang pria yang memjadi pembebas dikenal dengan nama Dik Doank.
Siapapun akan kagum dengan KJD yang menjadi sekolah alam. Bayangkan, di tempat ini segala yang nggak ada di Jakarta, membangkitkan sebuah kerinduan. Ada sawah, banyak pohon, halaman luas, dan tempat bermain. KJD nggak dibuat sebagaimana sekolah-sekolah umumnya, yang dilapisi tembok besar dan dua orang Security berwajah sangar. Sekolah ini dibuat terbuka agar menyatu dengan alam.
Lihatlah sebuah tempat bernama Sling yang merupakan kependekkan dari Setengah Lingkaran. Di tempat terbuka yang berbentuk setengah lingkaran, siswa-siswa dapat belajar sambil menikmati keindahan alam.
Dik tentu nggak mengira, kini murid sekolah alam KJD udah tercatat lebih dari 1.500 siswa. Padahal sejak didirikan di Kompleks Angkasa Pura, Kemayoran Jakarta Pusat pada tahun 1993, Dik cuma punya impian sederhana, yakni sebuah sekolah alam. Alhamdulillah, rupanya Allah baik pada pria ini. Pada tahun 1995, Dik Doank membeli tanah di Kampung Sawah Jurang Mangu, Ciputat dan pindah ke lokasi itu. Sedikit demi sedikit, tanahnya semakin luas dan luas.
Di sekolah alam KJD ini diajarkan beberapa mata pelajaran keahlian, diantaranya menggambar, menari, sepak bola, melawak, membuat patung dari tanah liat, dan mendongeng. Nggak ada silabus ataupun jadwal belajar tetap buat anak didiknya. Para siswa cukup datang dan langsung mengikuti kegiatan yang ada.
"Prinsip dasar di sekolah ini kita menumbuhkan dua prinsip rasa yaitu kreatif dan empati. Apalagi seorang anak mempunyai dua hal ini sukses hanya tinggal pilihan. Dan kita berharap dari tempat inilah bisa melahirkan pemimpin–pemimpin yang mempunyai visi dengan sense of art," tandas Dik Doank yang Penulis kutip pada acara Samsung Hope di Kandank Jurank (18/2/09).
Kalo mampir ke KJD, elo pasti bakal melihat aneka endorse yang ada di sekitar situ. Ada endorse semen, minuman kebugaran, termasuk bantuan Samsung ini. KJD ini menjadi salah satu dari tiga organisasi nirlaba Indonesia yang dipercaya mengelola dana bantuan sebesar US$10.000 dari Samsung Hope 2008. Program Samsung Hope 2008 ini merupakan sebuah inisiatif program korporat Samsung terbaru yang bertujuan menjembatani masyarakat untuk bersama–sama membantu anak–anak yang kurang beruntung.
Beruntunglah buat Dik. Tapi mengapa kabarnya jumlah siswa KJD doang menyusut? Yap! Kini kira-kira tinggal 500 anak yang bersekolah di KJD. Tapi bukan gara-gara Dik bangkrut, lho. Ada alasan yang masuk akal. What is that? Mending sedikit daripada banyak tapi nggak selektif. Nah, soal selektif, Dik melakukan seleksi penerimaan siswa. Ini bertujuan agar bimbingan belajarnya dapat berjalan dengan efektif. Yang unik dalam syarat seleksi penerimaannya, siswa cuma dites menggambar Garuda Pancasila.
Hah Garuda Pancasila?
"Sebenarnya kita tidak mencari anak yang pintar gambar. Tapi dengan menggambar kita tahu niat mereka, kesungguhan mereka, kebersamaan mereka, dan kejujuran mereka. Kalo ada yang menggambar dengan cara mencontek, kita nggak akan terima. Hal–hal seperti itulah yang sekarang udah menghilang dari kebhinekaan kita," jelas Dik Doank. Nyambung nggak sih?
No comments:
Post a Comment