Saturday, October 24, 2009

JANTUNG PISANG YANG BIKIN JANTUNGAN

Rumah boleh kecil, yang penting punya pohon pisang. Begitulah impian gue. Meski rumah gue nggak segede rumah konglomerat atau pejabat bermeter-meter persegi, namun di pekarangan rumah gue tumbuh beberapa pohon pisang. Hebatnya, di sepanjang jalan rumah gue, nggak ada tetangga yang memelihara pisang, even di Kompleks Cempaka Putih Indah yang notabene tanah di setiap rumah jauh lebih besar dari gue, nggak ada tuh yang menanam pohon pisang.

“Duh, segitu bangganya!”

Ya, dong! Buat gue, melakukan hal yang berbeda dari orang lain, dimana sesuatu yang berbeda itu positif bisa menjadi sebuah kebanggaan. Menurut gue, pohon pisang banyak manfaatnya, karena termasuk buah yang padat nutrisi dan energi. Teksturnya yang lembut membuat pisang sering dijadikan buah pilihan untuk makanan bayi. Bagi
anak-anak, pisang juga bisa menjadi bekal sehat ke sekolah.

Peneliti dari Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB, Dr. Ir. Sobir menjelaskan, ada sebuah penelitian tentang pisang yang dilakukan terhadap 200 pelajar di sekolah
Twickehnham, di Middlesex, Inggris. Ke-200 pelajar itu diberikan makanan tambahan
berupa pisang saat sarapan, istirahat, dan makan siang. Penelitian ini dilakukan
menjelang waktu ujian. Walhasil, para pelajar tersebut memiliki daya konsentrasi yang luar biasa. Hal ini jelas sangat membantu proses belajar mereka. Kalium yang terdapat pada pisang lah yang berperan meningkatkan konsentrasi belajar tersebut.

Selain kalium, kandungan vitamin B pada pisang yang cukup tinggi, juga mampu
mempertahankan aktivitas kerja sistem syaraf. Hal tersebut juga mendorong
pelajar bisa berkonsentrasi lebih lama.

Manusia sudah lama makan pisang sejak zaman dahulu kala. Artinya, bukan cuma monyet yang sudah lama mengkonsumsi pisang. Kata pisang sendiri asalnya dari bahasa Arab, yakni maus. Oleh Linneus, kata tersebut dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae. Hal tersebut untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa, seorang dokter pribadi kaisar Romawi (Octaviani Agustinus) yang menganjurkan sang Kaisar makan pisang (bareng monyet!). Itulah mengapa dalam bahasa latin, pisang dinamai Musa paradisiacal.





Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara. Buah ini dibawa oleh para penyebar agama Islam dan selanjutnya dibawa lagi ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Dari situlah pisang kemudian menyebar ke seluruh dunia, sehingga meliputi daerah tropis dan subtropis. Brasilia, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Hawai merupakan negara-negara penghasil pisang. Negara Indonesia yang kita cintai ini merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia. Luar biasa bukan? Di Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar, dimana sekitar 50 persen produksi pisang Asia berasal dari Indonesia.

Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur (Banyuwangi, Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung), Sumatera Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI, OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara Barat merupakan daerah-daerah penghasil pisang di Indonesia.

Buah pisang memang mengandung banyak zat gizi. Selain kalium yang sudah di jelaskan di atas tadi, kandungan vitamin dan mineralnya pun lebih unggul dibandingkan buah dan sayuran lain, terutama untuk vitamin B6 (piridoksin), vitamin C, kalium, serat, dan mangan. Kalo dibandingkan dengan buah apel, pisang mengandung 4 kali lebih banyak protein, dua kali lebih banyak karbohidrat, tiga kali lebih banyak fosfor, lima kali lebih banyak vitamin A dan zat besi, serta dua kali lebih banyak vitamin dan mineral lainnya.




Nyatanya, bukan cuma bermanfaat untuk dimakan, pisang juga bermanfaat untuk upacara ritual. Ada beberapa daerah yang upacara adatnya mengunakan pohon pisang sebagai perlambang. Maklulah, pohon pisang memiliki filosofi: selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaatkan kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.

Beberapa hari ini, gue terkagum-kagum melihat dua pohon pisang di rumah gue menghasilkan jantung. Terus terang selama ini gue sudah menunggu-nunggu pisang di rumah gue jantungan, eh maksudnya muncul jantung. Sebab, dengan kemunculan jantung pada pisang, ini menandakan pisang gue akan menghasilkan buah pisang. Nah, sebelum kemunculan jantung pisang, hati gue sempat jantungan alias dag-dig-dug, kayak menanti kelahiran sang jabang bayi. Alhamdulillah, jatung itu pun muncul juga dan membuat gue bangga.

Ternyata kekaguman gue pada jantung pisang, juga dialami oleh tetangga gue. Mereka seolah melihat “tumbuhan aneh” yang ada di pekarangan rumah gue. Oalah! Padahal cuma jantung pisang gitu, loch! Tapi kalo mau jujur, jantung yang tumbuh di kedua batang pisang gue mantabs punya. Jatung pisang pertama nggak begtitu panjang, sedang jantung pisang kedua “buntutnya” panjang banget. Mungkin panjangnya bisa mencapai kurang lebih satu meter. Coba aja Anda perhatikan di foto tersebut. Kedua jantung itu seolah sedang berdialog satu sama lain. Sayang, gue nggak bisa dengar.

Sebagaimana buah pisangnya, jantung pisang juga memberikan manfaat. Jantung pisang yang merupakan bunga pisang berwarna merah tua keunguan, terdapat bakal pisang yang berada di bagian dalamnya. Kalo doyan masak, jantung pisang bisa disayur, bahkan bisa pula dibuat manisan, acar, maupun lalapan.

(berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment