Seperti juga pansus bank Century yang belum juga kelar-kelar, karena berputar-putar, sehingga membuat warga masyarakat muak, kasus insiden keributan antara George Junus Aditjondro dan anggota DPR dari Fraksi Demokrat Ramadhan Pohan pun jadi ikut berlarut-larut. Kini mereka adalah "musuh bebuyutan". Satu paling seru ngomong soal korupsi, satu lagi paling seru bilang: buku Membongkar Gurita Cikeas banyak fitnah-nya.
Kejadian dua anak manusia yang menjadi "musuh bebuyutan" itu terjadi saat peluncuran buku Membongkar Gurita Cikeas di Doekoen Cafe, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu 30 Desember 2009 lalu. Kedua tokoh adu mulut yang berujung aksi George mengibaskan kertas ke wajah Pohan. Aksi inilah yang kemudian diperkarakan Pohan ke polisi. George sendiri membantah telah memukul wajah Pohan. Padahal dalam tayangan televisi, berkali-kali diperlihatkan scene George megibaskan sebuah kertas. Oleh karena Goerge nggak merasa bersalah, sampai tulisan ini diturunkan, ia belum mau memenuhi panggilan polisi dengan alasan hipertensinya kambuh.
"Pemerintah SBY nggak anti pemberantasan korupsi, cuma buku Gurita Cikeas banyak fitnahnya," ujar anggota DPR dari Fraksi Demokrat Ramadhan Pohan.
Dalam Apa Kabar Indonesia Pagi di tvOne kemarin (Selasa, 16/02/10), Pohan diundang kembali. Kali ini topik yang dibicarakan prihal buku "Salahkah George Berantas Korupsi?" karya Sigit Suryanto, Nurjannah Intandan, Yuni Dasusiwi yang baru saja di-launching di Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara, Percetakan Negara pada 15 Februari 2010 lalu. Menurut Pohan, pemerintahan SBY bukannya anti pemberantasan korupsi.
"Selama ini pemerintah SBY sudah membuktikan mengungkap kasus-kasus korupsi dan tidak tebang pilih," ucap Pohan. "Jadi nggak benar kalo pemerintah SBY anti pemberantasan korupsi. Namun khusus buat buku Membongkar Gurita Cikeas, saya kira banyak fitnah-fitnah yang dibuat oleh George."
Buku Salahkah George Memberantas Korupsi? ini dianggap sebagai kelanjutan buku Gurita Cikeas. Sebab buku ini berisi pula Surat George buat Presiden Soeharto tahun 1997; surat George buat aktivitis 1998; pidato penolakan George saat menolak PLTN Muria; dan diskografi George tentang Presidential Watch. Pokoknya semua masih tentang George, lah!
Entah buku ini akan dilarang lagi peredaraannya atau malah dibiarkan oleh pemerintah. Kalo dilarang, yakinlah seluruh warga negara Republik Indonesia ini akan mengecam pemerintah SBY yang nggak beda dengan Orde Baru (Orba) yang otoriter. Dikit-dikit sensor, dikit-dikit dilarang, dianggap subversif. Para pencinta buku merasa hak mereka membaca sudah dibatasi.
Kalo dilarang, yang ada pihak yang paling beruntung, yakni pedagang buku bajakan dan pedagang asongan. Anda tahu? Beberapa hari setelah di-launching, buku ini sudah berada di tangan seorang pedagang yang siap-siap menduplikasikan buku ini. Kalo dibreidel, buku asli akan diduplikasi alias dibajak dan dijual di perempatan jalan.
Ini dia buku Membongkar Gurita Cikeas punya saya. Saya beruntung banget dapat buku Membongkar Gurita Cikeas. Wong yang asli tanpa harus ngotot banget buat membeli. Tapi memang dasar jodoh. Di depan mata ada yang menjual. Buku asli, harga asli. Muantab!!!
Sekadar mengingatkan, buku Membongkar Gurita Cikeas yang sampai saat ini masih dijual di jalan raya, harganya masih relatif tinggi, yakni 60 ribuan. Padahal harga aslinya nggak segitu, yakni Rp 35 ribu. Saat pertama kali heboh, harga buku itu Rp 150 ribu, kemudian turun menjadi Rp 135 ribu. Alhamdulillah saya berhasil membeli buku asli di toko buku, ya tentu dengan harga aslinya.
Nah, apakah buku Salahkah George Memberantas Korupsi? yang diterbitkan oleh anak perusahaan Galang Press, Jogja Bangkit Publisher ini akan dilarang? Atau dibiarkan oleh pemerintah? Yang pasti, dilarang atau nggak dilarang, keduanya sama-sama menguntungkan banyak orang.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
No comments:
Post a Comment