Tulisan saya di Wikimu mengenai Green Pramuka Residences (GPR) yang dipublikasikan pada 4 April 2010 lalu, mendapat beberapa tanggapan. Ada yang pro, tidak sedikit yang kontra. Yang kontra mengatakan, saya dianggap memfitnah, karena apa yang saya tulisa tidak akurat.
Mohon maaf kalo ada yang merasa dirugikan. Tetapi saya sama sekali tidak bermaksud mendeskriditkan pihak-pihak mana pun, baik itu pihak GPR maupun Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta, dalam hal ini Dinas Pertamanan dan Tata Kota. Tulisan saya pun bukan pesanan dari salah satu pihak yang membayar saya. Oh, NO! Saya semata-mata menulis apa adanya, karena saya ingin menjadikan kota saya hijau kembali. Green, sebagaimana visi GPR.
Papan tanda milik Green Pramuka Residences di lahan RTH yang sedang mereka percantik.
Dalam tulisan saya berjudul Demi Akses Tega Memotong RTH, saya menulis tentang sebuah jalan yang dibuat untuk kepentingan marketing maupun developer GPR yang menggunakan lahan RTH. Sebuah tanggapan mengatakan pihak GPR sudah berkordinasi dengan Pemda dan lahan yang “dipotong” buat jalan tersebut akan diperbagus lagi.
Ketika menggowes sepeda di Minggu pagi yang cerah ini, saya menyempatkan diri melihat RTH yang dahulu merupakan tempat para penjual rotan dan keramik yang berada di pojok jalan Rawasari, Jakarta Pusat. Alhamdulillah, pihak GPR benar-benar merealisasikan itikad baiknya buat mengganti lahan RTH yang sempat “dipotong” buat jalan itu. Pagi itu tiga tukang sedang sibuk merapikan tanah baru yang kebetulan ada di areal situ. Nampak beberapa gundukan tanah yang nantinya akan diratakan dan ditanami rumput.
Taman yang rusak parah, dimana taman ini berada di depan proyek SPBU Shell yang sedang digarap.
Sementara pihak GPR berusaha mempercantik RTH, eh tak jauh dari tempat tersebut, sebuah taman rusak parah. Taman tersebut tepat di depan bengkel Auto Look, jalan Jenderal Ahmad Yani, Jakarta Pusat. Konon menurut orang yang tinggal dekat situ, di depan tanam yang rusak ini akan berdiri SPBU Shell. Weleh! Weleh! Apa lagi, nih!
Kalo lihat pagar proyek yang terbuat dari seng, kayaknya memang Shell. Sebab ada warna Shell, yakni kuning dan merah. Buat memastikan lagi agar lebih akurat, saya juga mendekati papan proyek. Benar, di depan taman yang rusak akan berdiri SPBU Shell, dimana di papan tersebut tercatat nama pemiliknya, yakni Ronny Wibowo. Supaya saya tidak dibilang memfitnah, silahkan lihat papan proyek.
Buat memastikan proyek di depan taman yang rusak adalah proyek SPBU Shell, saya memfoto papan proyek. Di papan tersebut ada nama pemilik SPBU Shell ini. Moga-moga bukan gara-gara mau dibanggung SPBU, taman jadi korban.
Beberapa saat saya mengamati taman yang rusak parah itu. Terus terang saya tidak habis pikir kenapa taman ini dirusak? Apa salah taman ini? Padahal tidak jauh dari taman yang rusak ini, ada taman yang indah sekali persis di depan perusahaan Bypassindo yang menjual beberapa merek mobil, suku cadang, maupun perawatan. Sambil menggowes, saya pulang dengan rasa sedih. “Satu lagi taman yang dirusak. Demi kepentingan pribadi, tega mengorbankan kepentingan umum”.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
No comments:
Post a Comment