Malam sudah menunjukan pukul 23:45 WIB. Entah kenapa dalam perjalanan pulang, saya dan istri lapar berat. “Orang sehat” bilang, tidak bagus makan malam, apalagi makam berat di tengah malam. Pasti akan menyebabkan kegemukkan. Tapi malam itu kami tak peduli. Kami "melanggar" anjuran soal kesehatan itu. Kami lebih peduli pada perut kami yang keroncongan menagih makan ketimbang omongan “orang sehat” itu.
Akhirnya kami memilih makan seafood. Pilihan seafood bukan spontan, tapi memang sudah kami rindukan beberapa hari ini, dimana setiap sebelum tidur membayangkan kepiting saus Padang atau udang saus tiram. Kerinduan kami bagai orang hamil yang sedang menginginkan sesuatu alias ngidam. Dan kami sengaja memilih tempat seafood yang berada di daerah Bandungan Hilir, Jakarta Barat, yang konon katanya enak dan terkenal itu.
Ternyata menurut kami rasa kepitingnya biasa aja. Kalo terlalu sadis menyebut rasa kepiting itu dengan kata "biasa", ya baiklah saya ganti dengan kalimat: rasanya sedikit lebih baik dari penjual seafood tenda-tenda lain. Rasa "biasa" dan rasa "luar biasa" ini kalo kita bandingkan dengan seafood yang pernah kami makan di Cak Gundul, Kelapa Gading atau warung tenda seafood di Tebet Utara, depan Dunkin Donnuts. Di dua tempat itu, sebuah kepiting rasanya yahud punya! Porsi kepitingnya pun gokils! Besar, bos! Soal harga, relatif sama dengan kepiting di Bendungan Hilir yang tengah malam ini kami makan.
Ini salah satu sudut warung tenda seafood Santiga yang ada di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Meski kepitingnya "biasa", namun tengah malam itu kami belajar banyak di warung tenda seafood bernama Santiga ini, yakni soal teamwork. Bahwa teamwork ala Santiga ini mengajarkan tentang kebersamaan dalam sebuah usaha. Baik para pegawai, pengamen yang mangkal di situ, maupun juru parkir adalah team. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana Pemilik bermata sipit itu memperlakukan seluruh pegawainya dengan penuh hormat. Bukan cuma itu, si pemilik juga sangat menghormati para anggota pengamen dan juga juru parkir yang sehari-hari bekerja di situ.
Beberapa saat sebelum pemilik hendak pulang, -setelah menghitung omsetnya malam ini dengan cara menghitung uangnya yang diletakkan dalam laci- beberapa pegawai yang bertugas sebagai juru masak memasak makanan dalam porsi besar. Ada satu orang yang meletakkan piring-piring berisi nasi di sebuah meja pajang yang kebetulan kosong, tak ada pelanggan. Awalnya kami pikir, ada pelanggan yang sudah reserve seat dan akan membawa gerombolan untuk makan seafood malam itu. Nyatanya makanan yang dimasak juru masak serta piring-piring nasi yang diletakkan di meja itu untuk seluruh pegawai seafood Santiga ini, termasuk untuk anggota pengamen dan juru parkir.
Ketika kami menikmati kepiting yang tubuhnya sudah terpotong-potong itu dengan menyeruput dagingnya, kami melihat seluruh pegawainya menikmati makanan di dalam tenda yang sama di tempat kami makan. Anggota pengamen juga menikmati makanan yang sudah dibuat juru masak, begitu pula juru parkir yang terlihat menambah nasi.
Terus terang kami tak tahu apakah tradisi teamwork seperti ini terjadi dengan warung-warung seafood lainnya. Kami pun tidak pernah tahu apakah di warung seafood lain, Anda pernah menemukan seseorang membagi-bagikan uang pada seluruh pegawainya, dimana uang tersebut adalah deviden atau keuntungan harian. Meski setiap pegawai diberikan uang berbeda-beda, deviden antara juru masak dan pelayan berbeda, namun semua pegawai kebagian. Pernahkan Anda merasakan bagi-bagi keuntungan di kantor Anda sebagaimana seafood Santiga ini? Jangan-jangan kantor Anda tak peduli, meski tahun lalu dan tahun ini meraih keuntungan. Kalo saya Alhamdulillah sudah pernah merasakan hal itu. Moga-moga hal tersebut menjadi tradisi.
Kami mengira, pemilik lah yang membuat semua teamwork di warung seafood-nya berjalan dengan baik. Pemilik tentu berlaku sebagai pemimpin. Dialah yang mengambil inisiatif merangkul para pengamen dan juru parkir untuk menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warung seafood-nya. Tanpa kepemimpinan yang mengedepankan nilai-nilai sosial dan agama, impossible pemimpin akan membawa team-nya menjadi work alias berhasil. Impossible pula kalo si pemilik warung tenda seafood ini dihormati dengan tulus oleh pegawainya, pengamen, dan juru parkir, kalo saja si pemilik tidak berlaku adil dan memiliki jiwa sosial tinggi. Ah, barangkali dua hal itulah menjadikan resep keberhasilannya, meski rasa seafood-nya biasa-biasa saja.
No comments:
Post a Comment