Berita tersebut nyaring terdengar di
kalangan petinggi televisi di tanah air. ANTV akan dijual oleh Group
Bakrie dan beberapa pengusaha, terutama pengusaha yang ingin jadi Raja
Media siap mengambil ANTV. Harap maklum, saat ini Group Bakrie lagi
butuh duit, kabarnya pun mereka sudah ingin meninggalkan bisnis media.
Tentang angka Rp 5 triliun tersebut adalah harga yang ditawar oleh
bos PT Elang Mahkota Komputer (Emkom) yang tak lain pemilik SCTV, Fofo
Sariaatmadja. Mungkin buat Group Bakrie tidak masalah, tetapi syarat
lain yang diajukan Fofo cukup berat, yakni memecat semua SDM yang ada di
ANTV.
“Fofo mau beli ANTV asal ANTV kosong
alias nggak beli paket dengan SDM-nya,” ujar rekan saya, salah satu
petinggi di salah satu stasiun televisi swasta ini.
Bloggers, sebenarnya yang mau
dijual bukan cuma ANTV tetapi kelompok media yang selama ini di bawah
lindungan Group Bakrie. Sebagaimana tulisan saya sebelumnya, bahwa Viva
Group, yang terdiri dariVivaNews.co.id, ANTV, dan tvOne akan
dilepas (silahkan baca:
http://sosok.kompasiana.com/2013/01/28/cabut-dari-nasdem-harry-tanoe-beli-antv-528752.html).
Dalam tulisan saya, pembelinya adalah Harry Tanoe.Ternyata kabar lain
yang beredar, pengusaha yang paling ngotot membeli Viva Group adalah
Fofo.
Sekadar Bloggers tahu, Fofo
adalah orang di balik kesuksesan SCTV. Sejak awal berdiri di jalan Darmo
Permai, Surabaya pada 1990 dan cuma siaran terbatas di wilayah Gerbang
Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan
Lamongan), pria berusia 44 tahun ini telah mendampingi SCTV hingga
berhasil membeli Indosiar dan beberapa televisi lokal lain.
Memang, pada 1990-an, saham keluarga
Sariaatmadja melalui PT Abhimata Mediatama hanya 17 persen. Sebelum
keluarga Sariaatmadja masuk SCTV pada 2001, pemegang saham SCTV adalah
orang-orang yang dikenal dekat dengan Cendana, seperti Sudwikatmono,
Peter F. Gontha, Henry Pribadi, Halimah Bambang Trihatmodjo, hingga Azis
Mochtar. Namun, di tahun yang sama, keluarga ini menambah lagi
kepemilikan saham hingga menjadi 49,62 persen.
Pada 2002, PT Abhimata meningkatkan
kepemilikan sahamnya menjadi 50 persen. Keinginan menguasai SCTV makin
tak terbendung. Pada 2005, PT Abhimata menguasai SCTV dengan membeli
saham milik Henry Pribadi. Setelah itu, saham PT Indika Multimedia
kepunyaan Agus Lasmono, anak pengusaha Sudwikatmono, di SCM juga
diakuisisi. Pada 2008, keluarga Sariaatmadja telah menguasai 78,69
persen saham SCM. Sisanya dimiliki The Northern Trust Company 7,9
persen, dan publik 13,41 persen.
Setelah memegang saham mayoritas di
SCTV, pada 2004 keluarga Sariaatmadja menggandeng PT Mugi Rekso Abadi
(MRA) mendirikan televisi dengan bendera PT Omni Intivisual alias O
Channel. Awalnya, kepemilikan saham MRA dan keluarga Sariaatmadja
masing-masing 50 persen. Namun, pada awal 2007, MRA melepas seluruh
saham miliknya kepada keluarga Sariaatmadja, sehingga 100% saham O
Channel dikuasai oleh Sariaatmadja. Terakhir, keluarga ini mengakuisisi
Indosiar lewat transaksi tukar guling antara lahan sawit milik keluarga
Sariaatmadja dengan Indosiar milik Anthony Salim.
Bloggers, strategi Fofo untuk
membeli ANTV dengan syarat tersebut boleh jadi ia tak ingin terbebani
oleh SDM-SDM yang ada saat ini. Ia ingin mengganti SDM ANTV dengan SDM
baru, secara ANTV akan ia jadikan sebagai televisi berita sebagaimana
Metro TV dan tvOne. Tentu, keinginan Fofo wajar, mengingat SDM yang ada
di ANTV saat ini lebih dari 50% sudah bekerja lebih dari 10 tahun (ANTV
berdiri pada 1993). Jadi, memang perlu diremajakan.
Jika Group Bakrie setuju dengan
tawaran Fofo, nasib ANTV akan seperti SCTV pada paruh November 2009
lalu. Gelombang PHK atau ‘dipaksa’ mengundurkan diri sekitar 500-an
karyawan terjadi di SCTV. Sementara ada pula karyawan senior yang
‘dipaksa’ menjadi karyawan kontrakan jika ingin tetap menjadi karyawan
SCTV.
Bagi karyawan yang masih produktif
dan memiliki jaringan pertemanan di televisi lain, tentu tidak masalah.
Mereka cukup percaya diri untuk menerima pesangon jutaan rupiah dan siap
bekerja lagi di stasiun televisi lain atau membuka bisnis. Namun, tentu
saja banyak karyawan ANTV yang menggandalkan hidupnya dari gaji bulanan
di stasiun televisi yang berkantor di Kuningan, Jakarta Selatan ini.
Jika ini terjadi, akan ada pengangguran-pengangguran baru.
No comments:
Post a Comment