Kalo saja Ibu Marlin Angraini nggak berani melaporkan kejadian pengeroyokan putranya, Ade Fauzan Mahfuza, ke Polsektro Kebayoran Baru, masalah senioritas yang terjadi di SMAN 82 nggak bakal terkuak di media. Kenapa begitu? Menurut Warta Kota (Sabtu, 7/11/09), masalah senior-junior di SMAN yang berlokasi di jalan Daha II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini sudah terjadi bertahun-tahun. Hebatnya, baik siswa yang masih bersekolah, alumnus, maupun pihak sekolah mengetahui budaya senioritas ini. Luar biasa!
Peristiwa terjadi ketika seorang senior melihat Ade melewati ‘Jalur Gaza’. Sekadar info, ‘Jalur Gaza’ adalah jalur yang merupakan koridor ruangan untuk anak kelas 3. Di sekolah ini, koridor ruangan tersebut nggak boleh dilewati oleh siswa kelas 1 dan kelas 2. Kalo berani-berani lewat, nasibnya akan kayak Ade: dipukuli.
“Memang kelas 1 harus menghormati kelas 3,” ujar Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Endang Supardi. Tambah Endang, ia menyesali Ibunda Ade melaporkan ke polisi. Menurutnya, ini bukan masalah besar dan bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Hah?!
Dear friends, catat pernyataan Endang Supardi di atas tadi: INI BUKAN MASALAH BESAR! Menurut Anda, seseorang yang dipukul sampai babak belur itu bukan masalah besar ya, bo? Menurut Anda, seseorang yang kepalanya dipenuhi gel dan abu rokok dan berakhir dengan pingsan, karena dikeroyok seniornya itu bukan masalah besar ya, bo? Luar biasa!
Saya bukan sedang ingin menjatuhkan nama baik SMAN 82 yang kabarnya baru mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 dan menjadi sekolah percontohan anti-bullying. NO! Saya juga tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga korban, yakni Ade Fauzan. NO! Saya nggak mengenal mereka sama sekali. Saya cuma menyesalkan aksi penganiayaan yang terjadi di sekolah tersebut yang jelas-jelas melanggar hukum.
Menurut Endang, masalah senioritas ini sudah terjadi bertahun-tahun dan menjadi budaya. Kalo udah terjadi bertahun-tahun kenapa nggak dilakukan tindakan oleh pihak sekolah ya? Tapi Anda pasti nggak akan heran, karena semua pihak yang berhubungan dengan SMAN ini melakukan aksi tutup mulut alias bungkam, ketika sejumlah media mencoba menguak budaya primitif ini. Maklum, budaya ini sudah ada bertahun-tahun dan mengakar.
Saya sempat tekejut ketika Bokap saya bilang, Kepala Sekolah SMAN 82 tersebut adalah mantan guru Labs School yang sempat mengajar ekonomi saya, lho. Oh ya?! Tambah terkejut ketika mantan Guru saya ini bilang kalo doi nggak tahu apa-apa, karena baru setahun menjadi Kepala Sekolah. Anyway, saya bingung, kok gini hari masih mempermasalahkan senior-junior ya, bo?! Cape, deh!
No comments:
Post a Comment