Jum'at kemarin merupakan peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Seperti biasa, pemerintah melaksanakan upacara di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur. Selain dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pejabat, serta Menteri Negara, juga dihadiri oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Kiemas.
Ada yang menarik dari upacara Hari Kesaktian Pancasila tahun 2010 ini. Apakah itu? Taufik Kiemas keseleo lidahnya alias salah ucap. Ini terjadi saat beliau membacakan dua butir sila Pancasila. Mending salah sekali, tetapi salah dua kali, bo!
“Keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia,” ucap Kiemas seperti penulis kutip dari Inilah.com. Padahal seharusnya sila kelima Pancasila bunyinya “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Artinya, kata “bangsa” yang diucapkan Kiemas seharusnya “rakyat”. Anda tahu dong perbedaan bangsa dan rakyat? Jangan-jangan sila ke-5 sudah direvisi ya?
Ternyata bukan sila ke-5 saja yang salah ucap. Saat membacakan sila keempat, lidah suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri ini pun keseleo. Taufik mengucapkan, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyawararatan perwakilan”. Anda tahu apa kekurangan dari sila ke-4 itu? Untunglah Kiemas meralat kesalahan itu.
Kesalahan pada manusia itu lumrah, tetapi entahlah, buat saya, kesalahan dua kali dan terjadi pada seorang Ketua MPR agaknya perlu dicermati. Saya jadi bertanya-tanya, barangkali Ketua maupun anggota MPR dan DPR perlu rajin-rajin upacara agar ingat sila-sila Pancasila. Apalagi belum lama ini pimpinan MPR dan DPR sepakat untuk menggelorakan kembali Gerakan 4 Pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ke seluruh elemen bangsa Indonesia. Empat pilar yang dimaksud tak lain adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika.
Nah, kalo kelima sila Pancasila saja masih sering salah ucap atau keseleo, warga masyarakat yang disosialisasikan Gerakan 4 Pilar itu jadi bertanya-tanya. Wah, jangan-jangan gerakan ini cuma lyp service aja. Duh, kasihan banget sih Pancasila-ku…
No comments:
Post a Comment