Seorang anak terlihat serius mencoret-coret sesuatu di sebuah tembok. Tembok itu bukan tembok sebarang tembok, tetapi tembok yang merupakan salah satu tiang yang dahulu sempat mau dijadikan tiang rel kereta sebagai salah satu transportasi di kota Jakarta ini.
Di sekeliling anak itu, mobil-mobil sedang antri lampu merah, di sebuah perempatan di Palmerah. Saya yakin, banyak mereka yang nggak peduli dengan anak kecil yang sehari-harinya mangkal dan menjadi pengamen di jalan itu.
Ketika melihat apa yang ditulis, saya tersenyum. Rupanya ia sedang belajar menulis. Meski tulisannya jelek, apalagi menggunakan media tulis dari batu, namun saya yakin dia sedang berusaha belajar menulis.
Seorang anak yang saya temukan di dekat lampu merah jalan Palmerah.
Dear friends, apa yang saya lihat pada anak itu sesungguhnya mengajarkan kita, bahwa belajar bisa dimana saja. Lepas dari ketidaktahuan anak itu bahwa mencoret-coret di fasilitas umum itu dilarang dan kebetulan tiang itu memang tidak sedang dipakai, namun soal aktivitas belajar dimana saja memang kudu menjadi perhatian kita.
Bahwa belajar ternyata juga bisa dilakukan di lingkungan tempat kita, entah di rumah, kantor, ketika naik sepeda menuju kantor, atau ketika naik busway.
Di tempat-tempat kayak begitu, kita bisa belajar apa saja. Belajar melihat penderitaan orang lain, melatih kepekaan sosial, belajar jangan melakukan tindakan korupsi, belajar sehat dengan melakukan aktivitas yang ramah lingkungan, dan belajar menghormati orangtua. So, belajar bisa dimana saja, bukan?
Namun saya sarankan, jangan belajar pada sinetron. Believe me, Anda nggak akan banyak dapat pelajaran positif dari sinetron. Kalo pun ada, sedikit banget. Kecuali sinetron model Para Pencari Tuhan. Kalo Anda belajar dari sinetron, bisa dipastikan Anda dan seluruh keluarga Anda muntah-muntah, terkentut-kentut, atau mungkin langsung mendapatkan serangan jantung.
No comments:
Post a Comment