Kadang kita terlalu munafik buat menyebut diri infotainmentmania. Padahal kita sebagai manusia selalu ingin tahu Selebritis siapa yang sedang jadi berita. Padahal pula, alasan tiap kali beli tabloid adalah membaca berita terkini soal Selebritis. Kalo pun beli koran atau majalah, yang dibaca duluan adalah berita soal Selebritis.
Suka nggak suka, begitulah keadaannya. Kita malu dicap penggemar infotainment. Kita juga malu dicap penggemar berita-berita Selebritis. Konon kabarnya, infotainment cuma buat konsumsi Ibu-Ibu Rumah Tangga yang nggak ada kerjaan atau para Pembantu yang udah menyelesaikan tugas rumah tangga di siang hari. Padahal...
Infotainment ibarat sebuah panggung rumah tangga yang dikemas via audio visual yang masuk ke ruang keluarga. Panggung bisa berasal dari kisah nyata, bisa pula diambil dari fiksi yang direkayasa. Percaya nggak percaya, 80% berita yang ada di infotainment itu benar adanya.
Mel Shandy, Mellani Subono, dan Remy Soetansyah. Nggak lepas dari gosip.
Terus terang angka 80% masih perlu pembuktian lagi. Kudu ada Lembaga Survey yang membantu mengakurasi angka tersebut. Angka itu sebenarnya buat menunjukkan bahwa berita infotainment nyaris kejadian sesungguhnya. Nggak percaya? Coba sebutkan berita yang dianggap gosip ternyata cuma isapan jempol? Coba beri contoh kasus yang dianggap membohongi publik ternyata adalah sebuah fakta?
Berita perselingkuhan Dewi Sandra dengan Glen Fredly saat Dewi masih resmi jadi istri Surya Saputra, ternyata bukan gosip. Padahal sebelumnya baik Dewi maupun Glen mengelak. Toh akhirnya kisah cinta mereka retak juga. Mungkin ini hukum karma akibat percintaan dengan latarbelakang perselingkuhan (baca: merebut istri orang).
Gosip Mayangsari yang dekat dengan Bambang Triatmodjo juga sempat dianggap bohong. Bahkan Mayang sempat menantang Wartawan buat membuktikan kedekatannya dengan Bambang. Siapa yang berhasil punya bukti, akan diberikan imbalan uang. Kalo nggak salah angkanya mencapai milyard deh. Eh, ternyata seiring waktu, gosip itu nyata. Mayang ada “main” sama Bambang Tri.
“Harusnya Wartawan nagih janji Mayang tuh!”
Hayo apa lagi? Perselingkuhan Annisa Tribanowati dengan Sultan Djorgi saat Annisa masih resmi jadi istri Adjie Pangestu. Kayak kisah Dewi-Glen, baik Annisa maupun Sultan mengelak digosipkan saling cinta. Saat itu mereka bilang, mereka teman main di satu sinetron. Namun beberapa bulan kemudian, setelah Annisa cerai, Annisa-Sultan mulai berani mendeklarasikan kisah cinta mereka. Mereka kemudian meresmikan hubungan lewat tali pernikahan. Guna meninggalkan masa lalunya, Annisa ganti nama. Nama belakangnya diganti jadi Trihapsari. Katanya pergantian nama itu bukan gara-gara masa lalu. Tapi nama “Banowati” dalam dunia Pewayangan artinya “Buto” atau Raksasa Jahat.
Banyak contoh gosip-gosip yang dianggap gosip padahal berita benar. Kalo diurutkan, nggak akan pernah habis. Ada Marcell yang menyimpan keretakan hubungannya dengan Dewi Lestari. Ada Luna Maya yang menampik hubungan cintanya dengan Ariel Peter Pan. Ada pula yang zaman dulu sangat tabu diberitakan soal hubungan mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono dengan Penyanyi Dangdut Machica Mochtar. Masih soal dangdut, ada pula gosip Angel Lelga yang menjadi istri raja Dangdut Rhoma Irama.
Oleh karena 80% gosip di infotainment benar, nggak heran kalo Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat mengharamkan para Penonton menyaksikan infotainment. Wajar sih, MUI pasti melihat ada unsur kebenaran di berita itu. Karena benar, jadi nggak bagus kalo rumah tangga orang diketahui oleh khalayak ramai. Masa orang cerai diumbar-umbar di depan umum sih? Masa perselingkuhan diceritakan di hampir seluruh ruang keluarga Indonesia yang tercinta ini?
Gara-gara sering nonton infotainment, mayoritas Infotainmentmania udah bisa membedakan mana gosip yang memang cuma gosip alias rekayasa, sama gosip yang sebenarnya kisah nyata. Maksudnya rekayasa? Buat menjaga popularitas supaya nggak nge-drop, sebuah organisasi PR meng-create popularitas berita si Selebriti. Dengan begitu, seorang Selebiti akan tetap eksis di dunianya.
Organisasi PR ini bisa dari Management si Selebriti itu sendiri, bisa pula hasil kreativitas Wartawan yang dekat si Selebriti tersebut. Kedua elemen (Management Artis dan Wartawan) saling membutuhkan. Bahasa kerennya, symbiosis mutualist. Wartawan butuh berita, si Management Artis butuh publikasi.
“Kalo kisah Dewi Persik gimana, bro? Apakah berita-berita doi hasil rekayasa?”
Infotainmentmania bilang, berita Dewi Persik itu 50% real 50% rekayasa. Dewi udah jago berakting kayak Wakil Rakyat. Pandai menangis, pandai mengiba, dan pandai marah-marah. Padahal ada yang dilakukan karena akting. Kata salah seorang Infotainmentmania yang nggak mau disebutkan namanya, hal tersebut dilakukan demi popularitas. Maklum, job-nya nggak banyak. Job-job yang sebelumnya ada, dibatalkan gara-gara Pemda setempat mencekal.
Meski 50% berita hasil rekayasa, berita soal Dewi di infotainment tetap aja menarik. Padahal udah berlebihan banget. Too much! Kayaknya hampir tiap minggu, ada aja berita soal doi. Hitung aja berapa berita soal Dewi sejak cerai dari Saiful Djamil yang menjajah infotainment kita. Mulai dari perang dengan Managernya dan terakhir pernikahannya dengan Aldy Taher.
“Kasihan deh loe Dew!”
Lepas dari rekayasa atau membohongi publik, Dewi tetap dianggap berani mengekploitasi diri. Demi popularitas, doi nggak segan “terbuka” dengan pers. Dewi pasti udah sadar, banyak teman Selebritis-nya yang mau muntah dengan Dewi. Tapi kayaknya doi cuek tuh! Mungkin doi berani bilang: “Gw nggak munafik butuh publikasi supaya tetap ngetop!”
Dunia kita memang penuh kemunafikan. Di sisi kita, munafik sok nggak mau nonton infotainment padahal doyan. Di sisi Selebritis, munafik juga nggak mengakui kebenaran terhadap masalah yang mereka hadapi. Jawabannya pasti: “No comment!” atau “Ah, nggak ada apa-apa kok. Hubungan kami baik-baik saja” atau “Kenapa sih saya nggak dikasih sedikit privacy?”. Nasibmu para Selebriti. Begitu jadi orang terkenal, ya harus menerima kondisi yang nggak mengenakan kayak begitu. Kecuali elo-elo semua nggak macem-macem, sehingga nggak perlu ada kemunafikan. The choice is yours......
No comments:
Post a Comment