Pagi ini akhirnya Oncel berhasil melihat video mesum Dhea Imut. Terus terang awalnya si Oncel nggak percaya sama gosip-gosip yang beredar soal video mesum ini. Kata doi, terlalu naif kalo Dhea mau melepaskan kegadisannya dengan pria jelek bermata sipit yang dikenal sebagai Produser sinetron terkenal itu. Kata Oncel pula, nggak berkepriibuan kalo Ibunya Dhea sebagai Manager, tega menjerumuskan putrinya cuma gara-gara nilai kontrak sinetron yang konon jumlahnya milyardan. Tapi pagi ini Oncel bener-benar kaget bukan kepalang. Wajah yang nampak di video itu, Dhea yang Oncel kenal sebagai Penyanyi dan Bintang Sinetron. Gokil!!!!!!
“Ah, mungkin itu video rekayasa,” kata temannya Oncel, Junaedi, sok membela, padahal bukan Pengacara. “Pasti itu rekayasa Photoshop. Hari gini di zaman teknologi media kan bisa aja semua direkayasa..”
“Tolol banget sih loe, bro! Mana bisa Photoshop membuat foto bisa kayak video? Namanya juga Photoshop, ya Photo yang di-shop-shopin...”
Dibilang begitu, Junaedi mikir. Apa yang dikatakan Oncel bener juga. Teknologi media boleh, tapi aplikasi tetap beda wahana. Nggak mungkin Photoshop melakukan rekayasa kayak begitu. Photoshop kan khusus buat still photo. Kalo memang photoshop itu dibuat moving alias difilmkan, gerakannya pasti beda banget dengan video. Hal itulah yang membuat Junaedi rada percaya. Apalagi setelah berkali-kali memutarkan video mesum itu dan mem-freeze wajah wanita yang ada di situ, Junaedi tambah yakin wanita itu mirip banget Dhea Imut.
Junaedi lesu. Oncel bingung kenapa tiba-tiba rekan seperjuangannya ini nggak vokal lagi. Diam seribu bahasa. Padahal sebelumnya doi membela habis-habisan soal Dhea yang nggak mungkin mau melakukan itu dengan Produser sinetron terkenal itu. Padahal juga, doi nggak yakin Mamanya Dhea mengizinkan Dhea berdua-dua dengan Produser itu, apalagi sampai merestui berdua di sebuah kamar. Amit-amit!
“Gw sekarang sadar...”
“Maksud loe?”
Junaedi kini jadi berpikir ribuan kali untuk mengorbitkan anaknya jadi Selebriti. Terserah jadi apa, yang penting terkenal dan ujung-ujungnya kaya raya. Sebelumnya, Junaedi ngotot banget pingin anaknya jadi bintang sinetron dan film terkenal kayak Luna Maya. Habis jadi bintang sinetron, melangkah jadi penyanyi terkenal. Begitu udah namanya harum semerbak, jadi bintang iklan dimana-mana kayak Luna Maya.
“Kalo elo jaga anak loe baik-baik dan nggak tergiur sama kontrak yang nilainya gede, gw yakin anak loe akan selamat dunia akhirat,” kata Oncel menasehati Junaedi yang nampak lesu.
Sebenarnya Junaedi udah tahu kalo di kalangan entertainment, kondisi calon artis “dimakan” Produser udah bukan rahasia lagi. Produser memanfaatkan calon-calon artis dengan cara melakukan pelecehan atau one night stand atau bahkan sampai dihamili dan dijadikan istri simpanan. Bukan rahasia lagi. Itu udah dari dulu. Udah jadi rahasia umum.
“Tapi waktu itu gw cuma denger-denger dari teman yang kebetulan kerja di dunia infotainment,” kata Junaedi.
Junaedi juga mendengar, nggak cuma calon artis yang sering “dipake” Produser. Calon-calon artis tersebut kadang juga digilir. Maksudnya “dipake” juga oleh Director, Director of Photography (DOP), bahkan Unit Manager. Gokil nggak? Mending Produsernya ganteng kayak Brat Pitt atau Nicholas Saputra. Mending Director-nya keren kayak Kevin, Nick, atau Joe dari Jones Brothers. Kalo pun ganteng, ya harusnya nggak pake acara “dipake” atau “digilir” kali ya? But, hal tersebut udah bukan rahasia umum lagi, bro! Mau di Hollywod, Bollywood, Hongkongwood, Malaywood, Thaiwood, Tankiwood, maupun di Cempaka Putihwood, calon artis atau artis yang siap dikontrak mahal siap “dipake”.
“Nggak semua artis bisa digituin kale,” kata Oncel yang gantian membela kaum selebriti.
“Iya sih. Tapi mayoritasnya digituin kalee!”
Statement itu akhirnya keluar dari mulut Junaedi. Kali ini dia begitu yakin, udah jadi rahasia umum soal calon artis siap "dipake". Bahkan Junaedi juga banyak mendengar, para Pengisi Acara juga sering dimanfaatkan oleh Producer atau Director. Entah itu Penari, Penyanyi, atau bahkan mereka yang baru di-casting jadi Pemain. Kalo udah “dipake”, biasanya si Producer atau Director jadi subjektif terhadap Talent itu. Tiap ada acara, Talent itu yang dikontrak. Mau bagus, mau jelek, Talent itu yang jadi Host atau pemain utamanya.
"Gw pernah punya temen yang nyeritain ada karyawan salah satu stasiun televisi yang manfaatkan Dancer buat memenuhi kebutuhan seksnya. Gokilnya mereka melakukannya di studio pula," kata Junaedi.
Video mesum mirip Dhea itu rupanya menyadarkan Junaedi ke jalan yang benar. Doi yang tadi udah menyiapkan segala kebutuhan Putrinya buat jadi Artis, mulai dari wardrobe, sepatu, dan aksesori, dijual-jualin ke Pasar Jembatan Serong, Jakarta Pusat. Formulir pendaftaran buat ikut kontes-kontesan di televisi, disobek-sobek. Kartu nama para Produser Film yang semula dikumpulin di sebuah kotak kecil, dibakar-bakarin. Too much sih alias terlalu berlebihan sih sikap Junaedi kayak begitu. Tapi itu udah keputusan doi, mau diapain lagi?
“Cuma manusia tolol yang mau menukar keperawanan anak dengan selembar kontrak sinetron atau film. Kalo nuker panci rombeng di rumah sih, oke-oke ajah!”
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
No comments:
Post a Comment