Ketakutan yang kita miliki ternyata belum tentu terjadi. Kenyataannya, sebuah studi menunjukan, 95% dari apa yang kita takuti nggak mendasar. Inilah yang gw alami beberapa bulan ini untill today.
What am I afraid of?
“Naik sepeda!”
“Hah?! Cuma naik sepeda elo takut? Memangnya waktu kecil elo nggak pernah naik sepeda apa?”
“Pernah!”
“Lalu kenapa elo takut?”
Saudara-saudaraku, naik sepeda dari Gatot Subroto ke Kawasn Industri Pulogadung adalah nightmare. Di weekdays, elo-elo semua pasti ngerti mengapa rute perjalanan itu gw sebut sebagai nightmare (atau lebih tepat dibilang daymare kali ya?). Sebab, kendaraan yang lalu lalang di sepanjang jalan itu benar-benar edan pisan. Nggak cuma padat bergizi, tapi menyebalkan.
Motor-motor yang nggak disiplin itu berhamburan bak laron-laron. Para pengendara seenaknya melaju di kiri dan kanan jalan. Menyusup ke sela-sela mobil. Mereka nggak peduli berada di tengah jalan, menghalangi mobil-mobil yang ingin melaju. Nggak heran mobil nggak bisa ngebut dengan kecepatan tinggi. Serba salah, kalo ditabrak, pasukan motor bakal ngamuk. Tapi giliran didiamkan, ngeselin.
Mobil pun demikian. Jarang sekali menemukan pengendaraan mobil yang sabar dan nggak pelit. Hampir 90% Pengendara mobil pelit-pelit, nggak ngasih jalan mobil lain. Ketika arus sedang padat, mobil satu dengan mobil lain nyaris berdekatan ujung bumper belakang mobil satu dengan ujung bumper depan mobil yang ada di belakang. Lampu sen kanan atau kiri hampir nggak digubris oleh pemilik mobil yang udah berada di barisan antrean. Pokoknya, Pengemudi mobil di kota besar kayak Jakarta ini egois.
Latar belakang yang menyebalkan itulah yang seringkali mengoda pikiran gw buat melakukan aksi bike to work (BTW). Someday, gw kudu meninggalkan kebiasaan gw menggunakan mobil. Someday, gw kudu memutuskan buat menjadi salah satu orang yang turut membantu membuat kota besar mengurangi polusi. Someday, gw kudu berani naik sepeda dari Gatot Subroto ke kantor gw di Pulogadung.
And finnally?
Alhamdulillah, gw selamat. Hari ini hari pertama gw naik sepeda. Tadinya, folding bike yang gw beli di PRJ bakal gw pakai setelah benar-benar siap. Menurut gw, arti siap di sini termasuk soal mempersiapkan perbelakan setelah naik sepeda. Bagaimana mandinya? Sabunnya? Gel rambut? Pakaiannya? Hal-hal lain yang barangkali menurut teman-teman BTW maybe so simple. But to me, so sophisticated!
And finnally, gw berhasil naik sepeda dari Menara Jamsostek ke jalan Rawa Teratai di Kawasan Industri Pulogadung. Ternyata cuma butuh waktu satu jam lebih-lebih dikit deh! Gw berharap “keberhasilan” gw mengalahkan ketakutan ini akan terus menjadi rutinitas yang biasa. Nothing special gitu deh! Tapi sok-sok-annya gw, nih, kayak-kayaknya jarak segitu memang nggak terasa berat, kok! Padahal kata temen gw, jarak yang gw tempuh itu lebih dari 10 kilo.
“Jelas aja nggak berat, elo kan sempat jadi Tukang Becak, ya kan?”
“Lah, kok situ tahu?”
“Kan gw pernah naik becak situ. Masak lupa sih?”
“Maaf ya lupa. Hmmm...soalnya tampan kayak elo banyak banget sih. Pasaran!”
“Emang tampang gw kayak siapa?”
“Kayak monyet!”
“Iya juga sih! Thanks ya atas pujiannya. I’m so proud of you!”
“You’re welcome!”
No comments:
Post a Comment