Kayak-kayaknya udah nggak ada alasan lagi buat gw nggak bangga dengan Indonesia. Bukan cuma jumlah penduduknya yang buanyak bener, yang kini kabarnya udah mencapai 230-an juta. Tapi Negara berlambang Burung Garuda Pancasila ini punya usaha kecil yang antikrisis, salah satunya industri handicraft alias kerajinan tangan.
Dalam note sebelumnya gw sempat menulis soal perekonomi Indonesia yang relatif baik di banding negara-negara di kawasan Asia. Ternyata statement itu bukan cuma basa-basi dan menyenangkan sebagian kelompok atau menghanguskan black champage lawan politik yang nggak suka Pemerintahan saat ini. Usaha di sektor rill, kayak Usaha Kecil dan Menengah (UKM) malah tumbuh. Pengusaha-Pengusaha di kelas UKM benar-benar tahan uji, Cong!
Pameran The Jakarta International Handicraft Trade Fair atau Inacraft adalah bukti nyata pertumbuhan sekor rill ini. Dalam lima hari pameran (22-26 April 2009), berhasil membukukan penjualan senilai Rp 80 milyard! Angka ini Rp 5 milyard lebih dibanding tahun 2008 lalu yang hanya meraih nilai transaksi senilai Rp 74 milyard. Menurut gw, angka-angka tersebut sungguh fantastis. Why? Pertama, Indonesia berhasil unjuk diri. Produk-produk hasil karya Warga Negara kita yang tercinta ini ternyata bisa laku juga, euy! You know what? Buyers yang membeli di Inacraft nggak cuma warga lokal, lho! Menurut Panitia, ada sekitar 1.000 buyers dari Mancanegara, yakni dari Amrik, Eropa, Jepang, dan negara-negara tetangga kayak Malaysia dan Singapura.
Alasan kedua, mengapa gw anggap Inacraft kali ini fantastis, ya soal antikrisis itu. Bahwa Pengusaha lokal ternyata justru lebih tahan krisis daripada Negara-Negara lain, even Negara Superpower kayak Amrik sekali pun ternyata ekonominya rapuh. Terus, perolehan nilai transaksi yang gokil itu (maksudnya yang Rp 80 milyard tadi), membuyarkan omongan orang soal perekonomin Indonesia yang katanya melorot. Masih bilang melorot kalo ngelihat fakta itu?
Inacraft memang nggak ada matinya! Tahun lalu, jumlah Pesertanya adalah 1.500. Tahun 2009 ini, Pesertanya meningkat menjadi 1.700 Peserta. Selama lima hari, pameran yang bertemakan “From Smart Village to Global Market” ini dikunjungi oleh 200 ribuan orang. Selain Pengusaha UKM, angka pengunjung Inacraft jelas menguntungkan Panitia. Hitung aja kalo 200,000 orang dikali Rp 10,000 sebagai tiket masuk, maka Panitia meraih duit senilai Rp 2 milyard.
Apa yang membuat Inacraft sukses? Jawabannya pasti banyak faktor. Namun satu hal yang resep sukses adalah kreatif. Yap! Di tengah krisis gobal, jurus-jurus kreatif kudu dikeluarkan. Nggak salah kalo Pemerintah tempo hari mengkampanyekan ekonomi kreatif. Moga-moga elo masih inget note gw soal ekonomi kreatif ini ya? Kalo nggak inget atau belum sempat baca, please deh buka note gw as soon as possible.
Bahwa ekonomi kreatif pasti akan mampu melawan krisis. Pengusaha-Pengusaha yang kreatif, yakin deh pasti memiliki semangat. Nggak cengeng. Selalu memutar otak agar produknya menjadi produk yang mampu bersaing. Biar datangnya dari Yogyakarta, tapi soal kualitas dan kreatifitas, boleh diadu sama produk milik Amrik sekalipun. Biar bahan bakunya asli Lampung, tapi hasil rajutan kain atau batiknya lebih menawan daripada produk buatan Singapura.
Selain soal ekonomi kreatif, Inacraft 2009 juga sukses memacetkan jalan di seputar Sudirman, Thamrin, dan sekitarnya. Mungkin di antara elo sempat merasakan kemacetan yang parah selama lima hari kemarin, terutama di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Kalo elo tahu, itu gara-gara pameran Inacraft 2009 ini. Kejadian ini diakui sendiri oleh Drs H. Muchsin Ridjan, MM, Ketua I Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI). “Membludaknya para Pengunjung membuat kemacetan. Sehingga ada sebagian orang yang pulang kembali karena sudah terkenal macet ketika masuk ke area pameran maupun saat hendak parkir.”
Namun soal kesuksesan membuat macet jalan Jakarta, nggak bisa dimasukkan dalam daftar kesuksesan Inacraft. Yang bisa gw ambil hikmah dari pameran yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) ini soal ekonomi kreatif, yang bisa bikin kita kuat menghadapai krisis itu tadi. Krisis justru malah membuat kita semakin kreatif. Bangsa gw yang luar biasa ini termasuk bangsa kreatif. So, nggak ada alasan lagi malu dengan hasil karya bangsa sendiri kan, Cong?
No comments:
Post a Comment