Plumpang terbakar. Gosip bekibar, ada Teroris yang membakar tangki no 24 berisi 3.000 kiloliter Premium di Depo Pertamina itu. Akibatnya, Premium habis dimana-mana. Selidik punya selidik, nggak ada indiksi terorisme atau sabotisme. Gw jadi negative thingking, Teroris jadi kambing hitam gara-gara Pertamina memang nggak becus ngurus distribusi selama ini. Makanya nggak heran Presiden SBY marah-marah. Dirut-nya langsung dicopot. Sebelum ada kebakaran, distrubusi Pertamina memang kayak basa-basi. Beberapa POM bensin di Jakarta seringkali ada tulisan "Premium Habis" atau "Solar Habis". Distribusi di Jakarta aja kayak begitu, gimana di kampung-kampung ya? Katanya dari dulu, Pertamina jadi sarang "tikus" yang doyan duit. Makanya dari dulu sampai sekarang, gw selalu dengar: "Enak kerja di Pertamina. Cepat kayaknya". Nggak tahu maksudnya kayak monyet atau kayak tikus. Tapi gw nggak suka dua binatang itu. Gw lebih suka jadi manusia. Biar bisa mencuri setetes demi setetes bensin dari mobil tangki yang tiap hari lewat di lampu merah depan rumah gw.
No comments:
Post a Comment