Nggak tahu kenapa gw merasa aneh kalo lihat ada orang makan Tengkleng. Buat elo yang nggak kenal sama Tengkleng, mari gw ceritakan. Tengkleng adalah bahasa Solo untuk mengganti istilah tulang-belulang yang sempat dimiliki oleh kambing. Hah?! manusia makan tulang? Yaitu tadi, kenapa gw bingung. Kok di zaman metropolis kayak sekarang ini, ada manusia makan tulang? Dimana-mana manusia yang makan tulang pada saat zaman primitif aja bukan? Tapi mau dibilang begitu, toh Tengkleng selalu menjadi menu favorit manusia-manusia Indonesia. Gw jamin bule nggak akan doyan. Malah kaum bule akan bertanya: bukannya yang makan tulang itu cuma anjing aja ya? Pasti si Penggemar Tengkleng akan bisa mudah menjawabnya: memang kita-kita orang anjing, bo! Anyway, ada satu tempat makan Tengkleng yang jadi favorit Istri gw tercinta, yakni di warung makanan solo yang ada di jalan DI Panjaitan No 3. Harganya relatif sih, Rp 16.000, mirip sama harga seporsi Tongseng. Yuk! kita makan tulang!
No comments:
Post a Comment