Jumat, 27 Juli 2007, pukul 18.45 WIB
Setelah melakukan survey lokasi ke Sekolah Darurat, sebagai Ketua Almuni YPK, Ipank akhirnya menyetujui usulan Anto buat melakukan bakti sosial (selanjutnya: baksos) ke Sekolah Darurat Kartini. Sebuah sekolah yang berlokasi di kolong jembatan tol Ancol. Syukurlah, Ipank belum kapok datang ke sekolah yang jumlah siswanya mencapai 500-an orang itu, setelah peristiwa “jumpa fans” mendadak pas survey.
Malam itu, di rumah Arti di bilangan Daksinapati, Rawamangun, sudah ada Ipank dan Arti. Mereka merencanakan akan meeting “kecil” sebelum belanja kebutuhan buat disumbangkan ke sekolah itu. Beberapa teman YPK sempat dihubungi untuk hadir di rumah Arti. Ya, buat apa lagi kalo bukan untuk urun rembuk soal baksos esok hari. Anto dan Ijam ikutan hadir malam itu. Mereka semangat buat mensukseskan baksos YPK pertama ini. Bahkan Ijam sempat dorong-dorong mobil dulu, gara-gara aki mobilnya soak. Gak apa-apa ya Jam? Yang penting niat elo tulus dan iklas buat bantuin baksos. Oh iya, kalo ada yang protes mana Anto? Kok di foto gak ada? Tampang Anto emang gak pernah muncul. Ya, begitulah nasib kalo jadi seksi dokumentasi. Selalu behind the scene alias di balik kelambu.
Menurut Ibu Ryan dan Ibu Rossy -selaku Kepala Sekolah Darurat Kartini- , sebaiknya diberikan sembako aja. Alasan mereka yang dikenal sebagai Ibu Kembar itu, sumbangan sembako lebih langsung dinikmati anak-anak dan keluarga mereka. Mereka memang gak mau banyak-banyak menerima uang cash, karena banyak oknum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memanfaatkan uang sumbangan, masuk ke dalam kantong pribadi. Istilahnya: memanfaatkan kemiskinan demi ambisi pribadi. Walhasil, Ipank menginstruksikan buat membelikan lebih sembako dari uang sumbangan itu. Anto mengusulkan agar gak perlu banyak item belanjaannya. Yang paling penting beras dan “teman-teman”-nya beras. Ade dan Arti setuju.
Malam itu, sumbangan masih terus mengalir. Kita tahu, info baksos kurang dari sebulan. Awalnya, kas YPK cuma satu juta tujuratus ribu rupiah. Eh, dalam tempo dua minggu naik menjadi dua juta, trus tiga juta, dan sampai malam itu terhitung mencapai angka lima juta enam ratus ribu rupiah. Uang segitu belum termasuk sumbangan lain dari seorang dokter rekan Ipank berupa beras 200 kg dan 100 kg lagi dari salah seorang rekan YPK, lalu dari teman-teman lain. Wow?! Luar biasa bukan?! Tak heran sebagai Ketua YPK, Ipank bangga pada partisipasi anggota YPK yang telah menyumbang. Thanks, Bro! Semoga sumbangan teman-teman dicatat Allah. Amin. Buat yang belum nyumbang atau nyumbangnya masih dikit, nyumbang lagi ya...hehehe, karena kita masih akan melakukan next baksos.
Tiba waktunya mengkalkulasi uang senilai lima juta enam ratus ribu itu. Buat apa? Apakah semuanya dibelikan sembako? Berapa rupiah dibelikan beras? Trus ada gak yang diberikan cash? Nah, hal-hal kayak gitulah yang dibicarakan di meeting “kecil” di rumah Arti malam itu. Lihatlah wajah Ade yang serius menghitung-hitung uang yang akan dibelanjakan. Sementara Arti sibuk menulis apa-apa yang akan dibeli dan berapa jumlahnya.
Seperti di dalam gedung bundar MPR/DPR, terjadi perdebatan seru dari masing-masing fraksi. Dari fraksi Partai Rambut Uban diwakili Ijam. Wakil dari Partai Selebritu Mabuk Bae diwakili Ipang. Wakil Partai Kumis Tebal dikomandoi Anto Prodjo. Sementara wakil fraksi Partai Perempuan Asoy Geboy diwakili Ade dan Arti. Meski adu debat, tapi mereka tetap berkepala dingin. Gak sampai lempar-lemparan sandal. Walhasil, kami putusin dari lima juta enam ratus ribu rupiah itu alokasikan tiga juta cash dan sisanya belanja sembako.
Setelah melakukan survey lokasi ke Sekolah Darurat, sebagai Ketua Almuni YPK, Ipank akhirnya menyetujui usulan Anto buat melakukan bakti sosial (selanjutnya: baksos) ke Sekolah Darurat Kartini. Sebuah sekolah yang berlokasi di kolong jembatan tol Ancol. Syukurlah, Ipank belum kapok datang ke sekolah yang jumlah siswanya mencapai 500-an orang itu, setelah peristiwa “jumpa fans” mendadak pas survey.
Malam itu, di rumah Arti di bilangan Daksinapati, Rawamangun, sudah ada Ipank dan Arti. Mereka merencanakan akan meeting “kecil” sebelum belanja kebutuhan buat disumbangkan ke sekolah itu. Beberapa teman YPK sempat dihubungi untuk hadir di rumah Arti. Ya, buat apa lagi kalo bukan untuk urun rembuk soal baksos esok hari. Anto dan Ijam ikutan hadir malam itu. Mereka semangat buat mensukseskan baksos YPK pertama ini. Bahkan Ijam sempat dorong-dorong mobil dulu, gara-gara aki mobilnya soak. Gak apa-apa ya Jam? Yang penting niat elo tulus dan iklas buat bantuin baksos. Oh iya, kalo ada yang protes mana Anto? Kok di foto gak ada? Tampang Anto emang gak pernah muncul. Ya, begitulah nasib kalo jadi seksi dokumentasi. Selalu behind the scene alias di balik kelambu.
Menurut Ibu Ryan dan Ibu Rossy -selaku Kepala Sekolah Darurat Kartini- , sebaiknya diberikan sembako aja. Alasan mereka yang dikenal sebagai Ibu Kembar itu, sumbangan sembako lebih langsung dinikmati anak-anak dan keluarga mereka. Mereka memang gak mau banyak-banyak menerima uang cash, karena banyak oknum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memanfaatkan uang sumbangan, masuk ke dalam kantong pribadi. Istilahnya: memanfaatkan kemiskinan demi ambisi pribadi. Walhasil, Ipank menginstruksikan buat membelikan lebih sembako dari uang sumbangan itu. Anto mengusulkan agar gak perlu banyak item belanjaannya. Yang paling penting beras dan “teman-teman”-nya beras. Ade dan Arti setuju.
Malam itu, sumbangan masih terus mengalir. Kita tahu, info baksos kurang dari sebulan. Awalnya, kas YPK cuma satu juta tujuratus ribu rupiah. Eh, dalam tempo dua minggu naik menjadi dua juta, trus tiga juta, dan sampai malam itu terhitung mencapai angka lima juta enam ratus ribu rupiah. Uang segitu belum termasuk sumbangan lain dari seorang dokter rekan Ipank berupa beras 200 kg dan 100 kg lagi dari salah seorang rekan YPK, lalu dari teman-teman lain. Wow?! Luar biasa bukan?! Tak heran sebagai Ketua YPK, Ipank bangga pada partisipasi anggota YPK yang telah menyumbang. Thanks, Bro! Semoga sumbangan teman-teman dicatat Allah. Amin. Buat yang belum nyumbang atau nyumbangnya masih dikit, nyumbang lagi ya...hehehe, karena kita masih akan melakukan next baksos.
Tiba waktunya mengkalkulasi uang senilai lima juta enam ratus ribu itu. Buat apa? Apakah semuanya dibelikan sembako? Berapa rupiah dibelikan beras? Trus ada gak yang diberikan cash? Nah, hal-hal kayak gitulah yang dibicarakan di meeting “kecil” di rumah Arti malam itu. Lihatlah wajah Ade yang serius menghitung-hitung uang yang akan dibelanjakan. Sementara Arti sibuk menulis apa-apa yang akan dibeli dan berapa jumlahnya.
Seperti di dalam gedung bundar MPR/DPR, terjadi perdebatan seru dari masing-masing fraksi. Dari fraksi Partai Rambut Uban diwakili Ijam. Wakil dari Partai Selebritu Mabuk Bae diwakili Ipang. Wakil Partai Kumis Tebal dikomandoi Anto Prodjo. Sementara wakil fraksi Partai Perempuan Asoy Geboy diwakili Ade dan Arti. Meski adu debat, tapi mereka tetap berkepala dingin. Gak sampai lempar-lemparan sandal. Walhasil, kami putusin dari lima juta enam ratus ribu rupiah itu alokasikan tiga juta cash dan sisanya belanja sembako.
No comments:
Post a Comment