Thursday, July 31, 2008

MEMORABILIA: INTERVIEW ANANDA MIKOLA

Dahulu kala, setelah kelar dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) jurusan Bahasa Jerman, saya langsung diterima di redaksi Majalah HAI. Prosesnya memang cukup singkat, seminggu setelah melamar, saya langsung diinterview HRD dan dikontrak menjadi karyawan PT Gramedia, deh.

Yang membuat saya mudah masuk ke Majalah HAI, karena sebelumnya saya sempat menjadi freelance atau penulis lepas majalah ini. Saya mengirimkan tulisan setiap minggu. Sebenarnya nggak cuma di Majalah HAI, tetapi saya juga mengirim ke beberapa media lain. Menjadi freelance ini saya lakukan pada saat masih mahasiswa di FSUI dan Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) jurusan Jurnalistik.

Nah, beberapa hari ini, saya membuka-buka file lama saya. Ternyata ada beberapa artikel di beberapa majalah yang masih tersimpan, termasuk tulisan saya saat di Majalah HAI. Ya, buat mengenang artikel-artikel tersebut, saya buat kolom di blog ini dengan nama MEMORABILIA.

Memorabilia edisi perdana ini mengenai interview saya dengan Ananda Mikola. Ternyata saya baru ingat, dulu sebelum putra Tinton Soeprapto ini berlaga di Formula 3, saya sempat menginterview. Saya masih ingat, interview berlangsung di paddock di Sentul, Jawa Barat. Saya nggak langsung berjumpa Ananda, tetapi harus menunggu beberapa saat setelah dia latihan di arena balap. Apa isi interviewnya? Silahkan klik foto repro hasil interview saya dengan Ananda Mikola berikut ini.


HAI 20/XIX 23 Mei 1995.

Tuesday, July 22, 2008

INI MEDAN BUNG!


Buat kekasihku Medan bukan surga. Gelar kota metropolis yang disandang Medan, mungkin diukur dari tingkat kemacetan dan disiplin berlalu lintas yang semerawut. Untuk hal yang satu itu, kekasihku sangat sebal dan menganggap bulan madu keduanya ini gatot alias gagal total. Bulan madu di Medan, kota kedua setelah kami mengisi awal-awal pernikahan kami dengan tinggal di Bali selama sepuluh hari.


"Pokoknya aku mau pindah kota!"

Begitu sebalnya istriku pada Medan. Sangat sebal. Baginya, Medan tak ada bagus-bagusnya. Tak ada indah-indahnya. Keindahan alam sebagaimana Puncak. Kesejukan udara. Pohon-pohon rindang. Rumput-rumput hijau. Bukit. Gunung. Sungai yang mengalirkan air jernih. Dan segala yang indah-indah, tak ditemukan. Seandainya harus dinilai, raportnya pasti 99% angka merah.

Becak motor atau biasa disingkat bentor menambah perbendaharaan kendaraan di jalan raya. Sebetulnya aku tahu, sebelum jumlah kendaraan bermotor atau bermobil meningkat di Medan ini, bentor menjadi kendaraan favorit warga Medan. Tapi kekasihku mana mau tahu. Yang terjadi justru malah dia mencak-mencak pada pengemudi bentor yang hampir saja menabrak kekasihku. Hampir saja pakaian yang baru dibelinya di Sunplaza -sebuah plaza terbesar di Madan- robek, terkoyak besi yang ada di belakang jok bentor. Sementara Abangnya cuma senyam-senyum.

Belum masuk ke hotel Garuda, sudah banyak catatan yang menyebalkan yang ditulis kekasihku. Troli di bandara Polonia Medan tak ada satupun tersisa buat awak penumpang pesawat. Menyebalkan sekali. Begitu kami mendarat puluhan porter sudah menawarkan jasa angkut bagasi, sementara troli-troli di bandara itu sudah dijaga ketat mereka. Sekali lagi, menyebalkan! Nampaknya jumlah troli dan jumlah porter sama banyaknya. Hanya penumpang yang beruntunglah yang mendapatkan troli. Pemandangan itu yang menjadi catatan buruk buat kekasihku. Kok tak ada ruang buat penumpang pesawat untuk membawa porternya sendiri ya?

Menuju hotel Garuda, lalu lalang kendaraan menghambat perjalanan kami. Lampu merah tak lagi jadi ukuran kendaraan untuk berhenti. Artinya, baik lampu merah atau kuning, itu sama saja lampu hijau. Itu artinya kita jalan. Tak perlu menengok kiri-kanan kalau-kalau ada kendaraan. Tak perlu lampu sen sebagai tanda arah tujuan. Persetan dengan orang lain. Prinsipnya lindungi diri sendiri dan bisa selamat sampai tujuan.

Ada bentor yang dari kiri jalan bisa langsung memotong ke kanan jalan, ada kendaraan yang tanpa lampu sen memutar balik ke arah kiri. Semua pemandangan itu menyebalkan buat istriku, dan juga aku. Mungkin gara-gara kebiasaan yang kurang baik dalam berlalu lintas ini aku tak melihat polisi lalu lintas. Mereka kapok barangkali menegur pengendara. Jangan-jangan polisinya malah yang kena semprot. Aku sampai berpikir negatif, jangan-jangan prilaku lalu lintas di Jakarta hancur lebur gara-gara kehadiran orang Medan, yang sebagian besar menjadi sopir dan kondektur kendaraan umum, entah itu Mikrolet, Metromini, bus kota, dll. Dalam pikiran negatif itu juga kuduga-duga, seandainya orang-orang Medan ini ditarik dari Jakarta, barangkali lalu lintas mendekati sempurna.

Banyak lubang di tengah kota. Mohon dicatat: lubang di tengah kota! Galian yang mengangga di sepanjang jalan sudah jadi pemandangan umum. Kotor. Becek. Lucunya, aku melihat ada tugu Adipura yang diterima kota Medan. Dua tahun pula adipura didapat. Aku bertanya-tanya siapa kira-kira yang menilai? Pada saat apa dia menilai?

Gedung-gedung tua tak banyak tampak. Hanya beberapa yang gedung tua yang nampaknya masih dipertahankan, dipelihara. Itu pun kondisinya menyedihkan. Nampaknya perlakuan pemerintah kota tak begitu toleran terhadap peninggalan sejarah. Gara-gara keadaan ini juga kekasihku marah. Perlu Anda ketahui, kekasihku adalah Sarjana Arkeologi, dimana sejarah atau penemuan masa lalu menjadi disiplin ilmunya, yang bertahun-tahun dipelajari. Seandainya tak ada lagi tanda-tanda sejarah yang ditinggalkan, tak ada lagi peninggalan masa lalu, lantas apa yang bisa dipersembahkan buat anak cucu kita?

Kekasihku manyun. Ia langsung melemparkan tasnya ke sofa yang ada di dalam kamar di hotel Garuda. Sementara koper besar dibiarkan tergeletak di dekat televisi. Dia menghempaskan tubuhnya ke atas springbed. Aku cuma bisa tersenyum. Kasihan juga kekasihku. Rupanya aku salah pilih kota. Benar-benar salah! Seharusnya aku pilih Manado atau Kalimantan atau kota-kota lain yang lebih menarik, yang banyak direkomedasikan teman-temanku. Bukan Medan.

Aku jadi ingat slogan yang populer sekali, yang barangkali bisa menenangkanku dan kekasihku selama tinggal di Medan. Sebuah pemutihan masalah atas sebuah situasi yang sulit diubah.

"Ini Medan, Bung!"

Monday, July 21, 2008

KILAS BALIK: PESAWAT GARUDA JATUH!

Kilas Balik adalah salah satu rubrik di blog ini, dimana berisi segala macam peristiwa yang terjadi di Indonesia ini. Saya mengambil peristiwa-peristiwa ini dari berbagai sumber. Foto-foto yang terdapat pada blog ini merupakan foto repro dari media yang menjadi sumber berita yang saya kutip. Oleh karena itu, hak cipta foto ini tetap saya cantumkan.

Episode Kilas Balik kali ini mengenai kecelakaan pesawat terbang. Tepat pada Minggu, 30 Desember 1984, pesawat Garuda Bulungan dengan rute Yogyakarta-Denpasar, jatuh di Pelabuhan Udara International Ngurah Rai.






all photos copyright Suara Pembaruan

Tuesday, July 15, 2008

MEETING DONOR DARAH

Tepat di hari ke-23 di bulan Ramadhan, Jumat, 5 Oktober 2007, teman-teman YPK sempat melakukan meeting kecil. Agenda yang dibahas di meeting itu adalah program donor darah. Tempat yang dipilih buat meeting kali ini di rumah Meta. Tahu dong kenapa rumah Meta yang jadi sasaran? Yap! Meta adalah Kordinator program donor darah YPK. Mereka yang kebetulan hadir di meeting itu adalah Ipang, Peppy, Ijam, Arti, Meta, dan tentunya suaminya Meta: Arief Fadillah Anwar.

Dalam pertemuan itu, teman-teman makin meruncingkan program donor darah ini. Arti berharap kita dapat melakukan donor darah di tahun ini. Mumpung kerja di Palang Merah Indonesia (PMI) pusat di Gatot Subroto, Arti mendapat tugas “melobi” agar bisa dapat jadwal bulan Desember 2007. Lho kok Desember? Yap, karena kita kudu ngajuin proposal program donor darah sebelum sebelum hari-H, Bo! Kalo Arti dapat tugas “melobi” PMI, sebagai Kordinator Meta dapat tugas membuat surat ke PMI.

Rencananya, program donor darah akan berlangsung di sekolah Labs School. Nah, buat mensukseskan program ini, YPK mohon bantuan adik-adik Palabs. Soalnya, Palabs sempat melakukan reuni di sekolah. Ya, berharap dengan bantuan Palabs, program YPK ini bakal lancar. Sebagai salah satu aktivitas Palabs: Acing, diminta bantuannya buat berhubungan sama adik-adik Palabs.

Mumpung elo-elo baca, sekalian aja ngasih info, syarat pihak PMI agar bisa menjalankan program donor darah minimal 50-an pendonor. Syukur-syukur lebih dari angka itu. Nah, buat teman-teman yang berminat menjadi pendonor, silahkan hubungi Ipank, Dina, Meta, atau Arti.

Teman-teman, Yuk, kita sukseskan program donor darah ini! Inga-inga, masih banyak saudara kita yang butuh darah.

SIANG ITU DI GERAI PIZZA...

Penikmat pizza pasti serempak akan setuju, yang namanya fettucini itu lezat. Nyumi! Apalagi menyantapnya dengan sebotol soft drink. Buat gue, makanan yang terbuat dari adonan tepung pilihan dan dibentuk seperti mie instan berdiameter satu sentimeter ini memang lezat. Tapi kalo dimakan lima orang, ya sudah pasti kelezatannya jadi berkurang. Apalagi kalo yang makan orang-orang yang sengaja datang dalam keadaan perut keroncongan.

Baik Ipank, Arief, Lucky, Anto, dan Peppy sepakat, siang itu kita gak pesan fetucini, tapi seloyang pizza. Kalo seloyang kita bisa dapat delapan piece pizza. Pilihan jatuh pada pizza isi tuna plus keju. Pilihan ini cukup buat menggantikan kelezatan fettucini. Untuk minuman, masing-masing punya pilihan. Ada yang pilih lemon tea, juice, dan air mineral.

Siang itu, kelima teman YPK ini ngadain rapat kepengurusan. Agenda yang dibahas tentang aktivitas yang akan dijalankan, rekap dana yang akan dilaporkan ke seluruh anggota, serta reuni. Tempat yang dipilih sebagai arena rapat di Izzi Pizza Menteng. Itu-tuh, pojokan jalan Kuningan, seratus meter dari halte Busway, Latuharhari.

Pemilihan Izzi Pizza lebih karena alasan discount. Bagi temans yang biasa pake CDMA, salah satunya Esia, akan mendapatkan discount 50%. Lumayan kan? Hmm..bukan maksud promosi operator CDMA itu, lho. Tolong positive thinking soal 50%-nya. Hehehe! Sebenarnya kalo kita datang Jumat malam, discount-nya lebih dahsyat, yakni sampai 75%. Tapi dengan mempertibangkan waktu pertemuan, kesibukan, serta Jumat adalah hari “macet sedunia”, jadi Ipank lebih memilih Sabtu siang sebagai hari pertemuan. Ya, beda 25% discount gak apa-apa lah.

Entah sengaja atau kebetulan, teman-teman kita ini ngambil spot di pojok kiri, di lantai dua. Kalo alasan ngambil lantai dua, karena di lantai ini para smoker bebas menghembuskan asap-asap nikotin. Kalo alasan ngambil spot pojok, gak begitu jelas, dan siapa yang memilih spot itu juga gak tahu. Namun bisa jadi di spot itu, terdapat kaca besar, yang setiap waktu bisa kita lihat keadaan lalu lintasnya, termasuk cuaca. Dan benar, kita memang langsung tahu ketika hujan gerimis dan di luar cuaca panas.

Ipank membuka rapat dengan mengutarakan keinginan untuk memberikan laporan kepada para anggota soal kas YPK. Bahwa kas YPK masih tersisa relatif banyak. Tujuan dari laporan ini adalah memberikan transparasi keuangan agar jangan ada yang curiga-mencurigai. Maklum, persoalan uang itu sensitif. Gara-gara uang, teman bisa jadi lawan. Apalagi transparasi ini dibutuhkan agar seluruh anggota tahu, kemana aliran dana 60 ribu perak per tahun yang dipunggut pengurus? Dipergunakan buat apa? Ya, nggak?

Namanya juga rapat serius tapi santai, so sambil ngebahas agenda, temans kita ini gak lupa menyantap pizza tuna yang masih mengeluarkan asap alias masih hangat. Baik Ipank, Lucky, Arief, Peppy, maupun Anto terlihat kelaparan. Pemantauan ini bisa dibuktikan dengan loyang pizza langsung habis dalam waktu 5 menit. Takut perut keroncongan masih menginginkan kelezatan pizza, maka kami memesan seloyang pizza lagi. Kali ini ganti bukan tuna, tapi teman-temannya tuna. Gue lupa namanya, yang pasti pesanan itu hasil rekomendasi waitress-nya.

“Pake keju lagi apa gak?” tanya Waitress berkulit hitam itu.

“Boleh lah,” jawab Anto, yang siang itu ketumpuan jadi perwakilan tukang order makanan.

“Dessert-nya gak sekalian, Pak?”

“Ya sudah, meatbol lah,” tambah Anto lagi. Meatbol itu sejenis roti kecil tanpa isi. Besarnya seperti roti unyil. Bentuknya bulat. Dipinggiran roti tersebut diberikan mentega.
Tentu elo tahu dong kalo di Jakarta ini banyak hot spot. Nah, salah satu hot spot ada di Izzi Pizza. Mumpung bawa komputer, Ipank dan Arief ngetes hot spot itu. Walhasil, mereka bisa browsing deh! Ih, nora amat sih?! Hmmm...maaf mereka gak norak, kok. Mereka cuma mau ngasih tahu ke Anto sebagai tim publikasi, bahwa blog kita sebagainya sering di-update.

Mereka paham, Akew si pemilik sekaligus pencetus blog Labs88 ini lagi sibuk berat. Sehingga materi blog belum tentu update per minggu. Boro-boro per minggu, per dua minggu pun kadang belum up date. Nah, temans kita siang itu minta Anto buat bantuin Akew.

Sebenarnya sih Anto saat ini juga lagi sibuk di kantor barunya. Tapi namanya juga tanggung jawab sebagai salah seorang pengurus, ya dia menyanggupi. Kondisinya, update sekurang-kurangnya dua minggu sekali. Syukur-syukur bisa seminggu sekali.

“Gue juga minta bantuan dari tim lain buat nyumbang info,” pinta Anto. Maksudnya, tentu ada gak setiap pertemuan dihadiri oleh tim publikasi, baik Akew atau Anto. Nah, bagi pengurus yang hadir, bisa menyumbangkan foto atau tulisan yang langsung di-email ke Anto atau Akew untuk dibuatkan tulisan yang akan dipublikasi di blog.

Agenda berikut yang dibahas soal reuni. Mungkin banyak yang “bosan” dengan agenda reuni ini. Kok gak selesai-selesai ya ngebahas soal reuni? Gak ada agenda lain apa? Hmm...jangan tendensius begitu dong! Jangan kesal begitu ya. Ya, reuni ini juga buat kepentingan kita juga, kok.
“Reuni itu penting, tapi kita harus memikirkan konsep reuninya,” papar Anto. Sebenarnya apa yang dimaksud Anto sudah pernah dipaparkan beberapa waktu lalu, tepatnya pas selesai main futsal.

Bahwa konsep reuni kudu beda. Bahkan elemen dasarnya kudu kita pertimbangkan juga: apakah reuni penting? Jangan-jangan yang datang reuni orangnya itu-itu aja. Kalo akhirnya begitu, buat apa reuni? Buat apa ngabisin dana reuni? Apakah cuma gara-gara target 20 tahun, kita harus reuni? Pertanyaan-pertanyaan basic itu kudu dijawab. Dan siang itu, temans YPK sepakat bahwa jawabannya: reuni penting.

Sebenarnya, temans YPK sempat aproiri dengan reuni. Tentu temans masih ingat, bahwa tim publikasi sempat membuat kuestioner soal reuni. Namun, sampai detik ini, gak ada respon dari temans semua. Itu artinya, reuni benar-benar “gak dianggap”. Namun, sekali lagi, temans YPK siang itu gak ambil pusing dengan kealpaan temans merespon kuestioner. Ada gak ada respon, reuni kudu diadakan.

Adapun bulan yang ditetapkan sebagai waktu reuni adalah bulan Desember tahun 2008. Banyak pertimbangkan mengapa akhir tahun sebagai bulan reuni. Sebenarnya dasar pemikirannya adalah dari ide reuni konsep “baru”. Di tahun depan, kita harus memiliki aktivitas yang nantinya akan menunjang reuni. Bahwa tahun depan akan ditetapkan beberapa agenda kegiatan, yakni arisan, sosial, dan wisata keluarga.

“Insya Allah arisan akan dimulai bulan Januari 2008,” ungkap Peppy. Nah, buat temans yang mo tanya-tanya soal arisan, bisa langsung berhubungan dengan Peppy.

Tujuan arisan sebenarnya juga sebagai pengikat silaturahmi temans YPK. Selain fun, arisan juga bisa jadi rutinitas yang mau gak mau, ya harus mau. Maklum, teknis arisan, pengocokan pasti akan dilakukan minimal sebulan sekali. Selain itu, tempat berlangsung arisan pun nantinya akan berganti-ganti. Dengan begitu, tujuan buat pengikat silaturahmi yang reguler bisa tercapai.

Mengenai aktivitas sosial juga akan terus direncanakan. Dewi punya usul, sebaiknya kita mengadakan aktivitas pengobatan gratis, mulai dari periksa gigi, sampai sunatan masal. Adapun dokter yang akan membantu berasal dari temans YPK sendiri. Tahu dong banyak temans kita yang profesinya sebagai dokter. Masa sih temans kita ini gak mau bantu?

Terakhir soal wisata keluarga, sebenarnya merupakan “test case” (baca: uji coba) buat reuni akbar di bulan Desember 2008. Maksud? Begini, di reuni akbar, diharapkan keluarga juga terlibat. Gak cuma kita aja yang reuni. Anak-anak kita dan istri kita kudu dilibatkan. Nah, buat menghangatkan sebelum reuni, pengurus YPK coba melakukan uji coba membuat aktivitas bulanan keluarga, misalnya main paintball, jalan-jalan ke dufan, sea world, berkemah, dan lain-lain.

“Pokoknya kita gak perduli berapa keluarga yang akan hadir di tamasya,” jelas Arief. “Biar cuma dua keluarga atau tiga keluarga, yang penting aktivitas tamasya dijalankan dulu”.

Menjelang sore, datang Ade Riana bersama sang suami dan Ijam. Mereka pas banget datangnya beberapa menit setelah gerimis reda. Sebenarnya yang juga diharapkan buat datang, eh malah mendadak pergi ke Bandung. Siapa lagi kalo bukan Dina.

“Duh, gue minta maaf gak bisa datang. Salam buat teman-teman ya,” begitu isi SMS Dina, mengakui penyesalannya. Wajar dong, masa yang ngundang malah gak dateng..hehehe.

Ade menayankan kembali ke forum mengenai iuran tahunan. “Masih perlu gak sih kita iuran?” Pertanyaan ini sebenarnya cukup menggelitik kita. Kenapa? Kalo dibilang penting, ya penting. Kalo dibilang gak penting, hmmm...atas dasar apa orang itu mengetatakan gak penting.

Yang namanya sebuah organisasi kudu ada dana. Nah, dana itu tentu dipergunakan sebagai cash flow biaya operasional dari pengurus. Terus terang, dana yang dipunggut pengurus pada anggota YPK gak gede-gede amat, cuma 60 ribu per tahun. Artinya, sebulan kira-kira lima ribu perak, atau sehari gak sampe dua ribu.
“Gue sih gak masalah jumlahnya, tapi nangihnya ini perlu ngotot-ngototan,” ungkap Ade.

“Kasih gue siapa orang yang susah ditagih, biar gue yang hadapi,” jelas Arief rada emosi, tapi tetap terkontrol.

Jujur, para pengurus mengerti keberatan beberapa anggota soal iuran tahunan. Mereka - yang sulit ditaggih iuran - pasti mempertanyakan keuntungan mereka soal uang yang mereka keluarkan. Apa benefit gua ngeluarin 60 ribu? Gue dapat apa? Bagaimana pertanggungjawaban iuaran itu? Dipakai buat apa aja?

Sekali lagi, pengurus berharap para anggota mengerti, bahwa tanpa pengurus, barangkali YPK gak bisa bejalan. Bagaimana bisa berjalan jika dana organisasi nol. Soal keuntungan atau benefit, sebenarnya sudah bisa dirasakan temans semua, karena sadar atau tidak, pengurus dengan kerendahan hati, semangat tinggi, dedikasi, mengolah pikiran agar berupaya kita tetap satu. YPK menjadi organisasi yang solid, kompak, gak terkotak-kotak, sebagai ajang silaturahmi. So, pengertian serta dukungan temans sangat diperlukan.

Anto menyarankan, teknis penagihan jangan intimidatif. Perlu pendekatan persuasif agar YPK gak terkesan sebagai organisasi tempat bernaung para Debt Collector. Mereka yang sudah mengerti arti iuran tahunan, diapproach kembali. Mereka yang sudah diingatkan tapi belum juga sadar akan kewajiban membayar iuran tahunan, gak perlu dibetein. Biarlah Tuhan yang akan membalas dosa-dosanya.

“Selain teknis penagihan yang sudah dilakukan, kita juga bisa memakai cara sumbangan sukarela setiap event yang digelar,” papar Anto. Maksudnya, jika kita melakukan kegiatan, ada “kotak” yang akan diisi oleh para anggota. Mo uang yang disumbang cuma seribu, dua ribu, tapi kalo iklhas semua akan tercatat sebagai sumbangan. Begitu pula setiap makan, ada dana yang biasa diberikan buat tips, bisa diberikan ke Ade sebagai sumbangan. Intinya, semua cara yang positif bisa dilakukan.

Jam sudah menunjukan pukul tiga lewat tigapuluh menit. Beberapa orang sudah silih berganti menempati meja makan di depan kami. Mungkin Waitress juga bosan dengan tampang-tampang teman kita, yang sudah berjam-jam, belum juga cabut. Dugaan kita soal kebetean Waitress bisa jadi salah, karena sang Waitress gak keberatan memfoto kami semua. Dan kami pun sibuk pasang aksi, membetulkan rambut yang sudah acak-acakan dan posisi duduk agar gak terhalang temans lain. Cheers!

KILAS BALIK



Bakti sosial Parfi pada anak-anak cacat mental Panti Asih, Pekem, kab. Sleman dalam rangka Festival Film Indonesia (FFI) 1984 di Yogyakarta. Lihat Titi D.J. yang sibuk dengan rmbutnya (kanan) dan Iskak.





photo copyright Suara Pembaharuan'80

HALAL BI HALAL YPK

Mendung menyelimuti sebagian besar Jakarta. Bahkan beberapa sudut kota metropolitan ini sudah terguyur hujan. Jalanan maupun aspal yang sebelumnya kering, basah tersiram air hujan. Persis kayak salah satu album Bon Jovi: Slippery When Wet. Buat sebagian daerah, hujan kecil tapi terus menerus, bisa berakibat banjir. Ya, begitulah Jakarta, kota idaman seluruh orang. Mulai dari kaum pengusaha, eksekutif muda, termasuk kaum marjinal (baca: pembokat), tumplek blek di kota ini.

Hujan tetaplah hujan. Tapi hujan bukan berarti sebuah halangan. Boleh jadi, pepatah lawas benar. Begini bunyinya, “hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri”. Eh, kayaknya bukan itu deh pepatahnya, tapi mungkin yang tepat ini: “Anjing menggonggong kafilah berlalu”. Artinya, hujan gak menghalangi teman-teman YPK buat ngumpul. Tepat di hari Sabtu, 3 November 2007 jam tujuh lalu, berlangsung acara Halal bi Halal di rumah teman kita Rimbi di kompleks IKIP, Jakarta, Rawamangun.

Sebenarnya, gak sulit menjangkau rumah yang dulu milik mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) zaman Orde Baru: Fuad Hasan ini. Namun bagi yang belum pernah datang, kondisi cuaca yang gelap gulita, hujan pula, plus lampu yang menuju ke jalan rumah tersebut agak menerawang, ya bisa dipastikan banyak yang salah masuk. Untunglah ada petunjuk via SMS: rumah depan lapangan golf dan “embel-embel” rumah eks Fuad Hasan.
Menurut undangan, acara berlangsung jam lima sore. Namun beberapa teman ada yang datang setelah magrib. Bisa dimaklumi, mungkin jam lima nanggung buat magriban dulu (maksudnya sholat, bo!). Selebihnya, ada yang datang setelah acara makan malam berlangsung. Anyway, biar telat, yang penting mereka tetap bisa hadir. Mereka yang hadir malam itu (tidak menurut abjad) Emma, Arti, Susi, Ipank “Sang Ketua YPK”, Afiah, Rizki, Novi “Ucok”, Nana, Umi, Taya, Tommy “Acing”, Dini, Dina, Oncel, Ery, Tele, Trige, Ade Riana, Kiki “Ndut”, Anto “Prodjo”, Arief, Meta, Faisal, Jambrut, Mahyuzar, Nana Fitriana, dan tentu saja sang tuan rumah Rimbi. O iya, sebelum lupa, kita kudu ngucapin thanks banget buat Rimbi yang sudah mengizinkan open house di rumahnya.

Sejak gue berada di luar rumah, sudah terdengar suara-suara gaduh, suara perempuan. Dan benar, ada sekelompok perempuan-perempuan YPK yang sudah mengerubung di depan layar televisi (bukan Gerwani, lho). Ada Novi, Afiah, Susi, Arti, Dini, Emma, dan beberapa temen lain. Mereka ngerumpiin video reuni YPK yang belum sempat mereka tonton.

“Ih, kok kepalanya jadi botak gitu ya,” komentar teman kita A. “Padahal dulu kan dia gondrong kayak vokalis Nidjie”.

“Lho, kenapa si anu badannya jadi melar gitu? Kebanyakan makan permen karet kali ya?” komentar teman kita B.

“Ih, lihat deh, si anu. Cantik banget ya dia sekarang? Pasti dia cantik gara-gara sering ke bengkel, deh,” ujar temen kita C.

Aneka komentar dan analisa menyatu, begitu melihat tampang-tampang teman kita di layar televisi. Komentar-komentar tadi baru sebagian kecil aja. Yang pasti, malam itu seru banget. Keseruan mereka mengalahkan suara gluduk, angin topan, serta letusan gunung Krakatau. Itulah yang membuat gue heran. Lho masih juga heran?

Yap! Gue heran, suara mereka gede banget ya? Menebus tembok! Padahal jarak antara teras depan rumah ke ruang keluarga rumah Rimbi, lumayan jauh, bo! Kira-kira lima meter gitu deh. Untuk menuju ruang keluarga itu pun harus melewati beberapa tembok, karena ada beberapa ruang. Yang pertama, ruang tamu. Sebelum ruang tamu, ada ruang kecil, dimana terdapat dua tempat duduk. Nah, bisa maklumin dong kenapa gue terheran-heran dengan suara para perempu YPK itu?

Agenda Halal bi Halal pertama, biasalah sambitan...eh salah ding, sambutan sang Ketua YPK Ipank. Lho, Ipank itu Ketua YPK ya? Gue baru tahu...hihihi. Dalam sambutannya, Ipank coba mem-flash back kegiatan yang sudah dilakukan oleh YPK, mulai dari bakti sosial yang berlangsung di Sekolah Darurat Kartini di kolong jembatan Ancol, sampai aktivitas main futsal di Kemang. Flash back ini dimaksudkan buat info teman-teman YPK, yang kebetulan baru pertama kali hadir di acara kumpul-kumpul YPK. Selain ngasih info itu, Ketua “Sejuta Umat” ini juga ngejabarain aktivitas yang bakal dilakukan YPK dalam waktu dekat ini, yaitu donor darah, yang Insya Allah berlangsung pada bulan Desember.

Kelar sambutan Ipank, acara makan malam pun dibuka. Perlu diketahui, acara Halal bi Halal ini gak dipungut biaya alias gretong, bo! Nah, seluruh makanan yang disajikan di meja makan malam itu, merupakan hasil bawaan teman-teman kita.

Awalnya Ade Riana ngirim SMS ke seluruh seluler teman-teman YPK, bahwa Halal bi Halal gak ditarik dana sebagaimana buka puasa. Sistem yang dianut adalah potluck. Artinya, mereka yang datang bawa makanan sendiri, yang tentu saja gak cuma buat diri sendiri, tapi buat orang lain juga, at least buat sepuluh orang lah. Itu pun gak diwajibkan setiap yang datang, kudu bawa makanan.

“Apa aja boleh kok. Pokoknya kedatangan teman-teman yang terpenting,” begitu isi SMS Ade.

Namun hasilnya, di luar dugaan. Banyak sumbangan yang dibawa teman-teman. Ada yang bawa sate, ayam kecap, bakwan kuah, kerupuk, mie goreng, martabak, cap cay, makroni skrutel, sup, asinan, soto betawi, dan daging balado. Buat desert-nya ada buah melon, semangka, soft drink, puding, dan es krim. Wow! Luar biasa, bukan?
Pujian “luar biasa” tentu gak berlebihan. Sebab, dengan penuh kesadaran, teman-teman rela “nyumbang” makanan. Bahkan mereka yang kebetulan gak bisa habir, tetap ngirim makanan, seperti Handry Satri-“agogo” dan Salsa. Thx yang friends. Tiada kesan tanpa kehadiran makanan elo. O iya, ada pula teman yang gak sempat kirim makanan, tapi tetap kirim-kiriman. Ada yang kirim salam maupun kirim wesel. Yang pasti, apapun bentuk kiriman teman-teman, panitia YPK tetap menerima dengan iklas dan lapang dada.

Selain salut soal partisipasi teman-teman dalam hal membawa makanan, gue tentu salut dengan kekompakan YPK sampai dengan halal bi halal ini. Bayangkan aja, sejak di-“launch” per Januari 2007 pas reuni, aktivitas YPK gak pernah berhenti. Mulai dari jogging jumatan, baksos, buka puasa, main futsal, halal bi halal ini, dan yang mendatang donor darah. Padahal gue tahu, teman-teman sibuk. Moga-moga kekompakan ini gak akan pernah surut (baca: anget-anget tahi ayam). Amin! Ini tentu berkat kepemimpinan Ipank yang kharismatik dan tentu saja partisipasi teman-teman yang luar biasa. Good boy!

Balik lagi ke topik makanan. Cuaca memang mendukung buat kita mengisi perut berkali-kali. Gak cukup babak satu. Tapi banyak teman-teman yang makan sampai babak perempat final alias makan berkali-kali. Ternyata teori Albert Einstain benar soal grafitasi. Jika perut keroncongan dan cuaca mendukung, akan menimbulkan daya tarik makanan buat dilahap. Teori mbah Jambrong juga tepat. Apabila ada makanan di atas meja dan kita masih lapar, gak bagus kalo dibiarkan begitu saja, wajib buat disantap.

Mahyuzar adalah salah satu penganut mbah Jambrong. Pria hitam legam plus dekil ini gak kuasa membiarkan makanan bertumpuk tanpa alasan yang jelas. Ia berkali-kali bolak balik dari tempat duduknya menuju ke meja makan. Jadi, dengan melihat kebiasaannya seperti itu, gak heran dong kalo pria lajang nan ganteng ceria ini, punya badan kekar.

“Apa kabar, Mah?” gue coba basa-basi.

“Hmmm..”

“Sekarang sibuk apa, Mah?” gue basa-basi part 2.

“Hmm..hmmmm.”

“Loe sakit gigi ya, Mah?” basa-basi part 3.

“Hmm...hmmmm...hmmmm.”

“Lebih baik sakit gigi atau sakit hati, Mah?”

“Hmm....hmmmm...hmmmm...hmmmm.”

Begitulah percakapan gue dengan Mahyuzar yang gak produktif. Tiap ditanya, jawabannya selalu “Hmmm...”. Tapi bisa dimaklumi, namanya juga lagi enjoy sama makanan. Dunia seolah hanya dia dan makanan. Yang lain...
Beda Mahyuzar, beda lagi dengan Pepi. Pria yang juga masih menganut faham lajang ini lebih suka makan dua ronde saja. Ronde pertama, makan dengan lauk sop ayam. Ronde kedua, makan dengan sate ayam. Kelihatannya dikit, tapi porsi nasinya mirip porsi kuli yang berhari-hari gak makan. Walhasil, nafasnya jadi ngos-ngosan, gara-gara kebanyakan makan. Bengeknya pun kemudian kambuh. Untunglah ada pipa oksigen anti bengek alias respirator. Kalo gak...

Teman kita yang menjadi sorotan malam itu adalah Emma. Betapa tidak, prestasi wanita single berambut panjang ini dalam menghibur teman-teman kita, bukan main luar biasa. Ibarat pelawak sejati, Emma membuat perut kita “sakit”. Celotehan-celotehan karyawan Bank UOB Buana ini, selalu saja lucu. Entah lucu atau garing dah gak jelas batasannya. Pokoknya setiap kata atau kalimat yang keluar dari mulutnya, kita bisa ketawa. Orang seperti Emma ini memang layak dilestarikan di jagat YPK ini. Gak salah kalo Nana Fitriana, yang kebetulan kerja di WWF, mencatatkan Emma sebagai endangerous species alias mahkluk yang kudu dijaga jangan sampai punah..hehehe becanda!

“Enak aje loe ye nyumpahin gue mau mati?!” kata Emma agak sewot, begitu salah seorang teman kita, nyuruh Emma minta maaf sebelum meninggal. Jokes soal “meninggal” ini bergulir gara-gara Emma punya beberapa penyakit. Nah, bener dong kalo salah satu teman kita itu nyeletuk: “Wah, lebih baik elo minta maaf deh sekarang...”

Selesai makan, masing-masing berbaur. Sebagian masih terus icip-icip menu lain, karena di meja masih banyak yang tersedia. Sementara Ade Riana memanfaatkan momentum berharga ini (baca: keadaan rileks) dengan mengingatkan soal iuran YPK. Teriakkan Ade meninggatkan kita pada seorang Kondektur Metromini yang sedang nagih ongkos pada penumpang...hihihi.

“Ayo! Ayo yang belum bayar iuran,” pacing Ade Riana.
Di tempat terpisah, Ery dan Oncel kelihatan ngobrol serius. Gak tahu ada angin atau geloduk apa, dua orang ini begitu kompak. Mungkin gara-gara Oncel ceking dan Erry punya perut aduhai. Oncel konsultasi soal perut dan Erry konsultasi soal penyakit asma. Klop, kan?! Ah, enggak kok. Mereka berdua punya ide, ingin “memberdayakan” teman-teman agar YPK sebagai komunitas alumni yang produktif. Maksudnya, teman-teman yang ada di YPK ini kan punya potensi, punya skill. Nah, sayang dong kalo dari sekumpulan potensi YPK ini gak diolah, diberdayakan. Istilah Oncel: REENGENERING!

“Kalo kita bisa kaya bersama, kenapa nggak?” kata Erry.

Ya, namanya juga ide, tentu hal tersebut menjadi masukan yang bagus buat YPK. Apalagi ide Erry dan Oncel ini luar biasa. Artinya, gak egois, tapi mereka bicara terbuka dan keuntungan ide itu akhirnya buat teman-teman bersama juga.

Sebagai Ketua, Ipank menyambut baik ide itu. Namun, ide tersebut harus dibicarakan lebih dalam lagi, tentunya dengan tim kecil. Sebab, dasar pembentukan YPK sebenarnya adalah ajang untuk silaturahmi dan sosial. Silaturahmi di sini tentu bukan sekedar hahahihi, tapi maknanya bisa luas. Silahturahmi bisa berarti membangun jaringan person to person, bisa pula saling berbagi, bisa pula (mungkin) ajang jodoh bagi yang masih single.

Sebenarnya ide reengenering ini sudah sempat dibicarakan oleh Ipank dengan Ijam, Anto, dan Pepi, jauh sebelum acara halal bi halal ini. Waktu itu, idenya membuat sebuah seminar mengenai dunia film, dimana Riri menjadi pembicaranya. Namun, sayang akibat beberapa anggota YPK terlalu sibuk dan belum ada project officer yang meng-handle, ide itu tertunda.

Kita tentu tahu, setiap organisasi butuh uang kas, seperti YPK ini. Inti dari ide yang sempat dibicarakan Ipank, Ijam, Anto, dan Pepi yang selanjutnya menjadi ide Erry dan Oncel adalah memberikan sumbangan buat kas YPK. Jadi, kalo ada uang kas, setiap melakukan kegiatan, panitia jadi gak minta-minta uang ke teman-teman. Enak kan?

Tepat jam 20.30, Ipank ngumpulin teman-teman lagi. Isu yang dibahas soal reengenering itu tadi. Dalam membahas isu ini, Ipank dibantu oleh Oncel dan Erry. Pas Oncel ngejelasin, suasana di floor khusyuk, kecuali mereka yang berada di ruang lain. Ipank gak ingin suasana halal bi halal yang sebelumnya semarak, jadi berubah serius. Gak heran, isu reengenering ini cuma sekedar diketahui teman-teman. Sisanya, nanti akan ada tim kecil yang akan membahas bagaimana sebaiknya reengenering ini diaplikasikan di YPK.

“Moga-moga dalam waktu dekat, akan ada miting yang membahas masalah reengenering ini,” ucap Ipank.

Selesai berkumpul, satu per satu teman pamit. Namun sebelumnya mereka mendapat jatah sekantong plastik berisi makanan. Biasa, ibu-ibu. Gak boleh lihat makanan sisa, langsung dibungkus. Yang selalu punya inisiatif ini Dina Subingar dan juga Ade Riana.

“Ayo mana plastiknya?”

“Elo bawa sup ya? Makaroni sekrutelnya juga ya?”

Sementara ibu-ibu pada ngebungkusin makanan, Ipank, Meta, dan Arti serius membicarakan proyek YPK selanjutnya, yaitu donor darah. Insya Allah, donor darah akan berlangsung pada tanggal 1 atau 8 Desember 2007. Mengenai tempat, kita masih mengusahakan di arena sekolah Labs School. Kenapa mengusahakan? Ya, karena masih ada beberapa hal yang kudu dibicarakan lagi dengan pihak sekolah (baca: izin).
Sebagai kordinator proyek donor darah, Meta berharap tanggal dan tempatnya gak berubah. Kita kudu dukung 100% usaha Meta buat nge-goal-in proyek sosial ini. Kita sih berharap, sebagaimana Meta, bahwa tanggal dan tempat gak berubah. Namun, kalo nantinya ada teman-teman yang punya ide buat alternatif tempat, ya monggo, lho.

Jam sudah menunjukan angka 10. Hujan sudah berhenti beberapa saat lalu. Namun udara masih sejuk, buat ukuran Jakarta yang malam pun tetap panas. Dari hujan, menyisakan embun yang menempel di kaca mobil. Satu per satu teman-teman YPK pamit. Dan pada kesempatan ini, gue juga ikutan pamit dan mewakili anggota YPK say thanks again to Rimbi atas tempatnya. Wassalam! (*)

Wednesday, July 9, 2008

APA KABAR?


Panglima ABRI Jenderal TNI L.B. Benny Moerdani (foto dok. Rekaman Peristiwa 88, Sinar Harapan, hal 51)