Monday, December 12, 2011

SUAMI YANG BAIK PASTI MENJEMPUT ISTRINYA SEBELUM DIJEMPUT KPK

Namun itu tak terjadi pada Nunun Nurbaeti. Setelah ditangkap oleh Kepolisian Kerajaan Thailand pada Sabtu (10/12) pukul 09:30 wib, sang suami Adang Daradjatun tidak nampak bersama Nunun. Begitu pula ketika KPK menjemput Nunun di bandara dan membawanya ke Gedung KPK di jalan HR Rasuna Said, Jakarta, mantan Wakil Kepala Polri yang tak juga anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak menjemput istri tercinta.

Ada apa gerangan? Hayo coba para suami beri penjelasan mengenai hal tersebut! Apa gara-gara sang istri diduga terlibat kasus suap sehingga suami tidak mem-back up?

Ketika membaca headline tentang Nunun di Kompas, di bawah berita tersebut ada kisah memilukan yang masih ada hubungannya dengan eksistensi seorang suami. Kali ini berita tentang istri Kepala Unit Reskrim yang diperkosa di rumahnya sendiri. Saya mencoba berempati dengan peristiwa kriminal itu. Ironisnya, pada saat diperkosa, ada informasi yang menyebutkan, saat kejadian (pemerkosaan), suami korban berada di dalam rumah. Lho kenapa ada suami, tetapi pemerkosa leluasa memperkosa Ny EK?

…suami korban berada di rumah, tetapi tertidur nyenyak sehingga tidak menyadari perampok masuk rumahnya. Sang suami baru mengetahui peristiwa itu setelah pelaku kabur. (Kompas, 12/12/11)

Ah, ironis sekali…

Ya Allah! Berikan kekuatan kepada kami, terutama saya, untuk menjadi suami yang selalu setia, menjemput istri sebelum dijemput KPK dan selalu waspada terhadap para pemerkosa yang mencoba-coba memperkosa istri saya di rumah sendiri. Amiin!

FB MARIO TEGUH TEMBUS 5 JUTA FANS: "KEBAIKAN PASTI MENEMUKAN JALAN"

Golden Ways adalah jalan kebaikan. Ketika seseorang berdoa pada Tuhan untuk minta petunjuk agar diberikan jalan kebaikan, orang tersebut menemukan Golden Ways. “Dan saya senang sekali jika akhirnya Tuhan menemukan saya pada orang tersebut,” ujar Mario Teguh.

Mario Teguh dan Golden Ways memang tak bisa terpisahkan. Melalui Golden Ways, Mario menyebarkan konsep kebaikan dengan pendekatan universal, sehingga konsep kebaikan tersebut dapat diterima oleh banyak orang. Tanpa membedakan darimana asalnya, maupun agamanya.

Banyak sekali komentar di FB yang mengatakan, bahwa mereka seringkali berdoa untuk menemukan kebaikan dan akhirnya mereka menemukan saya di FB,” tambah pria kelahiran Makassar, 5 Maret 55 tahun lalu ini. “Kebaikan pasti menemukan jalan”

Benih-benih kebaikan yang disebarkan Mario berbuah hasil. Tepat di awal bulan November 2011 ini, jumlah fans-nya di Facebook menembus angka 5 juta fans. Ketika saya menulis tulisan ini, jumlah fans-nya sudah mencapai 5,019.500 juta.

Awalnya tak terpikirkan oleh Mario tentang kedahsyatan FB. Pria yang sempat bekerja di Head of Sales Citibank (1983–1986), kemudian mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp, Chief Executive Officer (CEO) dan Senior Consultan ini mengaku gaptek. “Istri saya yang memaksa saya mencoba menggunakan social media, dalam hal ini FB,” ungkap Mario mengingat.

Akun FB atas nama Mario Teguh pertama kali dipublikasikan pada 1 Januari 2009. Meski sudah dibuat, tidak serta Mario menggunakannya. Padahal sang istri -ibu Linna Teguh-, berkali-kali mengatakan bahwa di masa depan akan menjadi trend yang cukup baik.

Setelah 5 bulan dibiarkan menganggur (baca: tidak reguler meng-update status dan menjawab beberapa fans), akhirnya sekitar bulan Mei 2009, Mario mulai intens. Ia masih ingat, ketika pertama kali dipublikasikan, jumlah fans-nya baru sekitar 300-an orang. Belakangan jumlah orang yang “melamar” jadi fans-nya per hari bisa mencapai 5.000 sampai 6.000 orang. Tepat 2 tahun 11 bulan, dan 5 hari, FB Mario Teguh pun mencapai 5 juta fans.

Selain karena selalu menyebar kebaikan, sehingga orang tertarik menjadi fans-nya, Mario juga memperlakukan FB seolah sebagai sebuah organisasi atau ia menyebutnya seperti bank. “Saya menerapkan sistem service exellence, dimana dalam menjalankan FB kami punya admin-nya dan saya adalah chief service officer-nya,” kata lulusan Sophia University, Tokyo, Jepang jurusan International Business dan Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA) ini.

Dengan pola layanan yang super, FB Mario Teguh mendapat sambutan luar biasa. FB bukan lagi sebagai social media yang sekadar update status yang tidak penting, tetapi justru menjadi ajang penyebar kebaikan. Dan Mario melihat perkembangan itu melalui komentar-komentar atas update status, baik kata-kata bijak maupun kalimat positif tentang kebaikan, dimana semua dilakukan dengan konsep kebaikan universal.

Saya juga terbantu dengan program Golden Ways di Metro TV,” aku Mario. “Sebab dengan sistem yang terintegrasi atau multimedia, misi akan tercapai. Dan kami melakukan itu baik lewat FB, televisi, internet, dan belakangan kami sedang membuat sistem dengan menggunakan telepon selular”.

Tentu sebuah kebanggaan bagi Mario, bahwa ada 5 juta fans yang bergabung di FB. Seperti tulisan saya sebelumnya, bahwa ke-5 juta fans tersebut tidak sekadar menjadikan teman Mario Teguh, tetapi mereka setiap hari aktif mengomentari status di FB yang dibuat Mario. Menurut ibu Linna, jika dihitung total interaksi fans Mario Teguh tiap kali ada posting-an baru di FB mencapai 20 ribu sampai 30 ribu fans. Luar biasa bukan? Tak heran jika situs All Facebook sempat menulis artikel dengan judul “Mario Teguh Has Facebook’s Most Engaging Page”, karena paling interaktif . Per Juli 2011, interaksi per bulan fans Mario Teguh mencapai 1.066.399 orang. FB-nya mengalahkan interaksi fans Lady Gaga di FB yang cuma 817.657, padahal jumlah fans-nya 39.336.157 orang. Juga mengalahkan Justin Bieber yang punya fans di FB sebanyak 31.993.916 orang, tetapi interaksi per bulannya cuma 831.125 orang.

Oleh karena jumlah fans FB dan interaksi-nya cukup besar, Mario Teguh dan tim IT-nya tengah mempersiapkan alternatif social media. Luar biasanya, social media ini produksi tim Mario Teguh sendiri. “Ya bisa dikatakan FB versi Mario Teguh,” ujar pemilik acara Mario Teguh Golden Ways (MTGW) di Metro TV yang tayang setiap Minggu ini. “Namun social media buatan kami ini masih tetap berintegrasi dengan FB.

Tujuan dibuatnya social media ala Mario Teguh ini lebih menjaga keamanan dari ke-5 juta fans di FB tersebut. “Banyak teman di FB yang mengatakan pada saya, agar perlu mengantisipasi jika FB terjadi crash. Nah, agar tidak menimbulkan risiko yang tidak kita inginkan, maka kami sedang menggarap social media yang mirip dan menduplikasi apa yang sudah dijalankan oleh FB. Bedanya, kalo FB dijalankan dengan menggunakan sistem yang dibuat oleh Mark Zuckerberg, sedang social media yang kami buat sistemnya dijalankan oleh tim Mario Teguh,” papar pria yang pada tahun 2010 sempat meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai motivator dengan halaman penggemar FB terbesar di dunia ini.

CHARITTY SETTINGAN: "TV MERAH ITU TERPELESET LAGI

Acara charity yang tadi itu acara settingan buat acaranya tvOne, nanti yang buat Nando, mbak bikin Broadcast Message aja, nanti kubantu cariin donator

Kalimat itu keluar dari mulut Fifie Buntaran (model dan bintang sinetron) pada Valencia Mieke Randa beberapa saat setelah acara Charity Fashion Show (19/11). Wajah Valencia kaget. Wanita yang akrab disapa Silly ini tak menyangka jika malam amal untuk menghimpun dana untuk Nando di Hotel Sheraton, Gunung Sahari, Jakarta Pusat itu charity setting-an alias bohong-bohongan.

Di charity tersebut, tvOne diundang Fifie untuk meliput aktivitas Fifie yang akan diangkat di program acara Socialite. Silly kemudian mohon ke pihak tvOne dan Fifie untuk tidak menampilkan gambarnya dan foto Nando di program Socialite. “Saya tetep kontak kedua belah pihak, baik Fifie maupun tvOne. Saya bilang, mbak tolong saya gak ikut campur soal settingan. Tolong semua gambar saya dan foto Nando tidak ditampilkan,” pinta Silly.


Sehari sebelum program Socialite ditayangkan, Silly mendapat konfirmasi dari tvOne, bahwa rekaman acara charity settingan itu di-cut. Namun ternyata ketika Socialite ditayangkan, Silly melihat ada insert foto Nando yang dibawa oleh seseorang dan gambar dirinya sedang membawa tulisan tentang Nando. Memang menurut Silly, dalam tayangan tersebut tidak dijelaskan acara amal tersebut untuk Nando (anak penyandang gagal ginjal) dan Silly pun tidak sedang tampak memberi sambutan. Namun munculnya gambar tersebut tetap membuat Silly marah dan protes di blog dan twitter.



Fifie Buntaran dan Melinda Dee.

Mereka pintar, mereka bermain di grey area dan tidak mau rugi dengan tetap menayangkan acara tersebut,” ucapnya.


Dalam pembelaannya, Fifie mengatakan, Silly telat datang di acara amal, sehingga uang hasil amal diserahkan kepada pihak lain yang juga membutuhkan. Fifie menyesalkan, kenapa Silly tidak datang tepat waktu saat acara amal berlangsung. Padahal Silly diundang untuk briefing acara pukul 10.00 WIB, selanjutnya acara berlangsung pukul 14.00-18.00 WIB. Sementara Silly datang hampir pukul 18.00 WIB, dan acaranya sudah mau selesai, sudah penutupan.

Kebetulan saya kenal banyak teman di tvOne. Penasaran ingin tahu duduk persoalan sesungguhnya, saya pun berusaha mencari tahu, apalagi saya kenal dengan Produser program Socialite tersebut. Sayang, saya tidak bisa berhubungan langsung ke Produser, begitu pula dengan Reporter yang malam itu meliput Charity Fashion Show yang dibuat Fifie, yakni sdri. Rey (Production Assistance).

Beberapa teman saya di tvOne bersikeras mengatakan, bahwa yang menjadi “problem” adalah Fifie. Wanita yang sebelumnya dikabarkan sempat mengundang wartawan infotainment meliput dia berjumpa dengan sahabatnya Melinda Dee di rumah tahanan ini tidak menginformasikan tentang charity settingan ini pada tvOne. Namun bodoh-nya, tvOne tidak meng-cross check lagi tentang event tersebut.

Si Rey itu tahu kok charity itu settingan,” ujar teman saya via Blackberry Massage (BBM). “Ia juga menjamin kalo gambarnya Silly akan di-cut.”

Jika melihat kronologis di atas, tvOne jelas tetap salah. Meski yang membuat charity setting bukan tvOne alias kru tvOne cuma meliput, namun tvOne melanggar janji yang sudah diutarakan ke Silly. Melalui PA-nya, tvOne sudah berjanji tidak menayangkan hasil liputan tersebut, tetapi ternyata tetap saja tayang. Andai saja janji tersebut dijalankan, barangkali kasus ini tidak akan happening di dunia social media. Terlebih lagi Silly punya banyak followers di twitter, terkahir 14.452 followers.

Dalam tweet-nya, Silly menulis: “Teman-teman, tolong jangan salahkan mbak Rey. Dalam hal ini dia sudah berusaha keras bicara pada Produser-nya sampai berbusa katanya, supaya gambar saya diangkat. Tapi keputusan tetap pada Produser-nya. Dia bilang ke mbak Rey, ‘Kalo ada yang keberatan, suruh layangkan surat ke tvOne, which is buat saya buang-buang waktu“

Bagi saya, tvOne kembali “terpeleset”. Sudah beberapa kali “TV merah” (sebutan untuk tvOne, karena memiliki logo dan seragam warna merah) “terpeleset”. Barangkali Anda belum lupa kasus Indy Rahmawaty. Presenter di tvOne itu dituduh Mabes Polri menayangkan makelar kasus (markus) palsu bernama Andris Ronaldi. Mabes Polri kemudian mengadukan Indy ke Dewan Pers atas dugaan merekayasa pemberitaan markus. Markus yang diwawancarai Indi di acara Apa Kabar Indonesia (tvOne) ternyata seorang tenaga lepas di media hiburan.

Saat saya menulis tulisan ini, teman saya dari tvOne mengabarkan pihak tvOne sedang berusaha menyatukan Fifie dangan Silly. TV merah ini nampaknya ingin “mendamaikan” kedua wanita ini. Maklumlah, di social media -khususnya di twitter-, kasus ini sedang heboh-hebohnya.

Silahkan simak timeline berikut ini yang di-posting @justsilly yang ditujukan ke @Indiartopriadi, salah seorang Manager di tvOne.

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Tidak ada sumbangan sepeserpun untuk nando.. If you were me… how would you feel…

49 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Udah saya warning berkali2, krn sy cuma ingin gambar sy tdk tampil, gak pgn diliat org hadir di acara charity, pdhl….

54 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Klo mas bisa berempati, pasti mas bs ngerasain apa yg saya rasain. Sy sudah minta agar tidak sedikitpun gambar sy disana..

55 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Setelah acara seleai, tv bubar, sudah direkam, dan mas dikasih tau klo itu acara settingan buat TV… perasaan mas gimana?

56 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Dan anda menyaksikan ada org nge-bid baju smp 100juta demi org yg mau anda tolong, perasaan mas gimana? senang? sama…

57 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Klo mas ada disana, terlepas dari mas sebagai org TVOne, mas memposisikan diri sbg saya, org yg tulus mau nolong orglain

58 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Mau jarak jauh, mau jarak dekat, mau cuma 1 detik sekalipun, sy tetap ada disitu, dan sy keberatan krn itu acara rekayasa..

59 minutes ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Klopun mau ditayangkan, sy sdh minta dari awal supaya Gambar sy tidak ada satupun yg tampil disitu..

1 hour ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Terlihat tampail diacara tsb. Dan Pihak TVOne tau (lihat BBM Rey) klo ini acara penipuan, jadi harusnya gak usah ditayangkan

1 hour ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi Tidak pernah bilang itu murni settingan TVOne. Yang jelas Charity lelang baju itu MURNI rekayasa, dan sy sangat keberatan

1 hour ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @Indiartopriadi As far as I know, bahwa cara Sosialite itu acaranya TVOnbe: YES, tp bhw itu settingan TVOne atau bukan, sy tdk tau dan…

1 hour ago

@justsilly Valencia M R (Silly) @hansdavidian @karniilyas Itu yg bikin sy sangat kecewa pada TVOne. Sdh tau ini acara settingan (liat BBM Rey), tp masih ditayangkan

1 hour ago Favorite Retweet Reply



foto: dok. detikNews

Saturday, November 5, 2011

IDA ARIMURTI: APA YANG KITA CONTOHKAN AKAN MENJADI KEBIASAAN

Kalimat itu diucapkan seorang Ida Arimurti siang ini. Dengan suara lembut dari balik telepon, saya mendengar kisah bagaimana wanita ini mendidik anaknya. Jika orangtua mencontohkan kebiasaan buruk, maka anak akan melihat dan membiasakan diri mengikuti kebiasaan buruk si orangtua. Sebaliknya jika kita punya kebiasaan positif, kelak si anak akan memiliki kebiasaan positif pula.

Setiap pagi, sebelum anak berangkat sekolah, Ida Arimurti punya kebiasaan mengajak anak berdoa bersama. “Kami membaca Al-Fatihah,” ujar Ida. “Yang memimpin berdoa bergantian, bisa saya atau anak saya”.


Saya diapit oleh Denny Chandra dan Ida Arimurti saat shooting "Zona Memori" di Metro TV

Tambah Ida, setelah membaca Al-Fatihah saya menanyakan pada anak harapan apa yang akan ia raih pagi ini. Harapan di sini tidak harus harapan besar, tetapi bisa juga harapan kecil. Mendapatkan teman baru, mungkin atau meraih angka yang bagus saat ulangan.

“Setelah berdoa dan menayakan harapan, saya pasti akan memeluk anak saya dan mengucap: I LOVE YOU,” kata penyiar radio yang sempat menjadi host program Metro TV: Zona Memori ini.

Bertahun-tahun kebiasaan positif itu dilakukan Ida pada anaknya. Walhasil, aura positif pun tumbuh dan menjadi kebiasaan sang anak. Pelukan dan kata-kata I LOVE YOU sudah menjadi bagian dari keseharian ibu dan anak.

“Setiap pagi saya selalu melihat anak saya mengucapkan kata I LOVE YOU dari balik mobil tanpa harus berucap,” aku wanita kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 17 Desember 1966 ini. “Dari bibirnya saya tahu, ia mencintai saya dengan tulus. Dan itu ia ucapkan sampai mobil tidak terlihat lagi oleh saya, menghilang di kejauhan”.

Selama beberapa menit kami bercakap-cakap via telepon seluler, saya belajar dari Ida Arimurti. Bahwa kebiasaan positif akan menghasilkan aura positif. Kebiasaan positif yang dilakukan setiap hari akan menyebarkan aura positif pada anak dan dengan sendirinya akan jadi kebiasan positif. Nah, sekarang tinggal Anda pilih, mau memberikan contoh buruk atau baik?

PEMUDA YANG NGGAK TAHU SUMPAH PEMUDA

Cobalah tanyakan pada anak-anak Anda, apakah mereka hafal isi Sumpah Pemuda 1928 ? Kalo hafal, anak Anda luar biasa. Meski belum tentu tahu detail peristiwa Sumpah Pemuda, hafal tiga rumusan hasil Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, yakni (1) Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; (2) Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan (3) Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, merupakan hal yang luar biasa.

Saya mengatakan luar biasa, karena bertepatan dengan 28 Oktober 2011 kemarin, saya melihat di Metro TV, anak-anak muda banyak yang tidak hafal rumusan tersebut. Menyebalkannya, mereka yang tak hafal cengegesan seolah Sumpah Pemuda adalah peristiwa tak penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Padahal kalo anak-anak muda ini tahu, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan bukti otentik kelahiran Bangsa Indonesia. Tambah Wikipedia, proses kelahiran Bangsa Indonesia tersebut merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis. Kondisi ketertindasan itulah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli untuk mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian, yaitu pada 17 Agustus 1945.


Saya di dalam museum Sumpah Pemuda. Salah satu museum yang menurut saya miris sekali, karena kotor, berdebu, dan seperti tidak terawat. Maklum, biaya pengelolaannya kecil plus yang berkunjung ke museum ini sedikit, meski tiketnya murah meriah.

Nah, bayangkan anak-anak muda sekarang yang tidak hafal rumusan Sumpah Pemuda yang ditulis Moehammad Yamin itu cengegesan. Saya sedih sekali melihat kondisi tersebut. Yang menyedihkan kalo anak-anak muda sekarang lebih hafal lokasi-lokasi tempat nongkrong favorit ketimbang letak museum Sumpah Pemuda; atau hafal konser band-band luar negeri ketimbang tahu organisasi-organisasi yang ikut dalam Kongres Pemuda 1928; atau mungkin lebih tahu film-film yang dibintangi oleh Selena Gomez, Demi Lovato, dan Cory Monteith. Dan semakin menyedihkan kalo anak-anak muda ini lebih tahu detail biodata Justin Bieber ketimbang nama-nama tokoh penting di Sumpah Pemuda.

Ibu-ibu/ Bapak-Bapak coba tes anak Anda sekali lagi, apakah hafal isi Sumpah Pemuda? Kalo belum hafal, sudah saatnya Anda menjelaskan hakekat Sumpah Pemuda pada anak Anda. Atau sepertinya zaman sekarang pemuda-pemuda Indonesia memang harus disumpahin agar mengerti betapa pentingnya peristiwa Sumpah Pemuda 1928.

Wednesday, August 3, 2011

MENEMUKAN "KEMEGAHAN" DI TOILET PORTABLE

Moga-moga Anda sependapat dengan saya. Toilet mencerminkan pribadi si pemilik rumah. Saat kita bertamu ke rumah seseorang dan melihat toilet itu kotor dan bau, biasanya si pemilik malas merawat toilet miliknya. Padahal toilet yang bersih tidak harus baru dengan perangkat yang mahal pula.

Begitu pula ketika buang air kecil dan besar di toilet umum, kita melihat ada sisa-sisa kotoran di toilet tersebut, itu mencerminkan si pengguna toilet. Namun belakangan, sejak sejumlah toilet harus bayar biaya kebersihan, kebanyakan toilet-toilet tersebut dijaga kebersihannya. Meski tak wajib bayar, rata-rata toilet yang ada di POM bensin juga relatif bersih.

Pernahkah Anda buang air di toilet portable? Toilet portable adalah toilet yang penggunaannya dilakukan temporary dan fleksible di tempat umum sebagai pengganti toilet permanen. Biasanya toilet ini digunakan saat ada event-event outdoor yang kebetulan di venue tersebut tidak ada toilet permanennya.




Sebenarnya toilet portable juga ada di beberapa venue yang dibuat portable. Jika sempat mampir ke Terminal Blok M, di situ ada toilet portable yang penggunaannya dibuat permanen.

Setiap kali saya mempergunakan toilet portable di sebuah event, kondisinya memprihatinkan. Meski ada yang menjaga toilet, tetapi perawatannya tidak terlalu bersih. Nah, minggu lalu, saya berkesempatan hadir di sebuah event, dimana di event itu panitia menyewa toilet portable.

Terserah Anda bilang saya norak, tetapi saya baru pertama kali bertemu dengan toilet portable bersih dengan “kemegahan” sebagaimana toilet di rumah. Barangkali saya tidak berlebihan, toilet portable yang saya masuki ini lebih “megah” daripada toilet di pesawat udara maupun kereta api.

Selain item-item standar seperti selang air, kaca, toilet ini dilengkapi aneka sarana lain, yakni sabun tangan cair, wastafel untuk cuci tangan dan muka, sabun cuci muka, dan kipas angin. Untuk tisu, di toilet portable ini disediakan di sisi kiri dan kanan. Yang menarik, setelah kita buang air kecil atau besar, metode flush-nya cukup menginjakkan tombol di lantai.

“Seandainya nggak ada yang antre, saya bisa berjam-jam nongkrong di toilet ini,” ungkap saya dalam hati. Maklum, toilet bagi saya adalah ruang inspiratif yang produktif. Selain bisa membaca, sambil nongkrong di toilet, saya bisa mendapat sejuta inspirasi.

Selain bersih dan wangi, ukuran toilet ini cukup besar. Ukurannya dua kali toilet portbale yang biasa kita pernah mampir. Tak heran, jika masuk ke toilet ini, Anda ingin berlama-lama di dalam. Setelah buang air kecil atau besar, kita cuci tangan, dan wajah, sambil merapikan rambut di depan cermin yang disediakan cukup banyak di toilet itu.

Thursday, July 7, 2011

MARIO TEGUH MENGALAHKAN LADY GAGA & JUSTIN BIEBER

Judul ini tidak bermaksud sebagai gimmick agar Anda tertarik membaca paragraf demi paragraf tulisan saya ini. Ini true story, bahwa Mario Teguh memang berhasil mengalahkan dua penyanyi yang sedang populer di seluruh dunia itu: Lady Gaga dan Justin Bieber.

Tentu bukan jumlah fans yang dimiliki Mario Teguh sehingga berhasil mengalahkan dua penyanyi itu, tetapi dari jumlah interaksi fans-nya di Facebook (FB) yang membuat motivator yang muncul seminggu sekali di Mario Teguh Golden Ways (Metro TV) ini duduk di posisi dua. Meski fans Mario Teguh “cuma” 4.308.534 orang, namun interaksi per bulan fans-nya luar biasa, yakni mencapai 1.066.399 orang. Bandingan dengan fans Lady Gaga di FB yang mencapai 39.336.157 orang, interaksi di FB cuma 817.657 orang. Begitu juga dengan Justin Bieber yang punya fans di FB sebanyak 31.993.916 orang, tetapi interaksi per bulannya cuma 831.125 orang.




“Ini menandakan fans kita fans yang fanatik,” papar ibu Linna Mario Teguh, istri motivator ‘super’ kelahiran Makassar, 5 Maret 1956. “Fans Mario Teguh bukan sekadar klik jadi fans, tetapi terlibat secara interaktif di tiap-tiap pak Mario mem-posting di FB”.

Menurut ibu Linna, jika dihitung total interaksi fans Mario Teguh tiap kali ada posting-an baru di FB mencapai 20 ribu sampai 30 ribu fans. Luar biasa bukan? Tak heran jika situs All Facebook menulis artikel dengan judul “Mario Teguh Has Facebook’s Most Engaging Page”, karena paling interaktif setelah situs Jesus Daily yang interaksi fans-nya mencapai 1.713.143 orang dengan total fans mencapai 6.115.171 orang.

“Insya Allah bulan Januari 2012 kami berencana akan pergi ke headquarter Facebook,” tambah ibu Linna.

Sebelum duduk di posisi terhormat dengan mengalahkan Lady Gaga dan Justin Bieber, pada 2011 lalu, Mario Teguh telah meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), sebagai “Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia”. Di tahun yang sama, pendiri Mario Teguh Super Club (MTSC) ini terpilih sebagai satu dari “8 Tokoh Perubahan 2009″ versi Republika.

Tuesday, July 5, 2011

FILM "CATATAN HARIAN SI BOY": SEBETULNYA TAK PERLU MEMIKUL IMAGE ONGKY

Ketika film Catatan Si Boy (Cabo) mau diproduksi lagi pada tahun 2008, saya langsung punya kekhawatiran. Sebagai penggemar Cabo –sejak masih mengudara di Radio Prambors tahun 1980an-, saya khawatir Cabo sulit menjadi film box office lagi, apalagi kalo yang berperan sebagai Si Boy bukanlah Ongky Alexander.

Kekhawatiran kedua, generasi sekarang ini bukanlah generasi Cabo. Ketika Cabo menjadi ikon, generasi sekarang banyak yang belum lahir. Kalo pun sudah lahir, mereka pasti masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Tak heran setelah sekuel terakhir Cabo, yakni Cabo 5 (1991), kisah Si Boy ini diangkat ke sinetron tetapi tidak sukses. Itulah kenapa saya khawatir ketika film Cabo akan digarap lagi.

Ternyata bukan cuma saya sebagai calon penonton yang khawatir, menurut Produser sekaligus sutradara, Putratama Tuta, pihaknya juga merasa terbebani membuat kisah Si Boy ini. Memang, ia mengaku memproduksi film ini lantaran melihat fenomenal yang muncul dari film Cabo-Cabo sebelumnya, sehingga terinspirasi mengangkat kembali kesuksesan melalui konsep multiproduk: buku storygraph dan layar lebar.

“Jadi kedua konsep di atas terintegrasi satu sama lain. Film ini mengisahkan perjalanan hidup seorang anak muda dalam menghadapi masalah hidupnya. Jadi dikemas dengan kehidupan anak muda zaman sekarang,” ujar Tama, panggilan Putratama Tuta, saat presscrening di Epicentrum Park, Kuningan, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

“Saya harap adanya film ini dapat membangun kembali nostalgia melalui nilai sentimentil penggemar setianya dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, utamanya anak muda jaman sekarang yang penasaran dengan fenomena Catatan Si Boy dulu. Kami berusaha mengembalikan film ini ke masyarakat,” ucapnya lagi.



Banyak angkatan 80-an yang berharap besar terhadap film Catatan Harian Si Boy ini, termasuk saya. Sudah diduga, ada banyak yang kecewa, tetapi tidak sedikit yang memuji. Mereka yang kecewa mengatakan, mindset mereka ketika berada di bangku bioskop adalah menyaksikan Si Boy yang di-remake. Artinya, ada pengganti Ongky Alexander sebagai Si Boy; pengganti Btari Karlinda sebagai Ina; pengganti Dede Yusuf sebagai Andy; dan tentu saja pengganti Didi Petet sebagai Emon. Nyatanya Catatan Harian Si Boy bukanlah remake.

“Film ini bukan remake, namun lebih ke regenerasi dari Boy. Jadi lebih ke esensi dan dampaknya. Keberadaan jaman Boy dulu bisa memberikan dampak positif terhadap generasi saat ini. Nah, itu yang saya angkat dan tekankan di sini,” terangnya.

Ketika memutuskan untuk menonton Catatan Harian Si Boy, mind set saya masih ingin melihat remake Si Boy. Saya membayangkan Ongky akan digantikan oleh Aryo Bayu. Saya ternyata juga kecewa, tetapi sebagai salah seorang penggemar Si Boy yang hidup di generasi 80-an, saya masih bisa menerima film Catatan Harian Si Boy ini.

Saya bisa menerima, bahwa Satrio (diperankan oleh Ario Bayu) bukanlah Si Boy. Saya tidak melihat Ario Bayu berusaha menggantikan Ongky Alexander. Satrio adalah sosok yang berbeda dengan Si Boy, sehingga ketika menonton saya tidak berusaha memaksa mind set saya untuk menjadikan Satrio sebagai wujud Si Boy. Barangkali ini berbeda dengan generasi 80-an lain yang tetap berusaha memposisikan Satrio sebagai Si Boy, sehingga sampai ujung film mereka tetap kecewa.

“Sebagai tontonan ok, tetapi roh Si Boy tidak nampak,” ujar Marwan Alkatiry, ketika saya mintai komentar via BBM.

Sekadar informasi, Marwan Alkatiry –yang akrab saya sapa dengan Babe- adalah penulis skenario film Cabo sejak Cabo 1 sampai Cabo 5. Saya mengerti yang dimaksud dengan Babe dengan istilah “roh Si Boy tidak tampak”. Bayangkan, di film Catatan Harian Si Boy ini, Ongky hanya main 2 scene (scene di heliped ketika hendak pergi ke airport dan scene di gedung kantornya. Kalo scene di RS tidak nampak wajah Ongky, cuma tangan yang menurut saya tidak mencerminkan scene utuh). Di dua scene itu, Ongky pun tidak sampai 10 menit muncul.

Lalu Didi Petet cuma main 1 scene, dimana ia tidak berperan sebagai Emon yang banci itu, tetapi sebagai motivator. Kemudian Btari Karlinda main di 2 scene, yakni saat melakukan yoga dan duduk di sofa. Terakhir, LeRoy cuma main 1 scene.

Menurut saya, jika saja Tama tidak memikul image Si Boy, barangkali tidak banyak penggemar Si Boy atau penonton dari generasi 80-an yang kecewa. Cobalah simak sinopsis cerita film Catatan Harian Si Boy ini.


Saya dan Ario Bayu pemeran Satrio.


Bahwa dikisahkan Satrio yang tertarik dengan Natasha (diperankan oleh Carissa Putri) memutuskan untuk membantu Natasha mencari pemilik buku yang dipegang Nuke, yang ternyata adalah sebuah buku catatan harian seorang laki-laki bernama Si Boy (Onky Alexander).

Namun usaha mencari Si Boy tidak berjalan mulus. Kisah cinta segitiga antara Satrio-Natasha-Paul Foster menimbulkan konflik baru. Bengkel milik Poppy Sovia yang juga tempat kerja Satrio dihancurkan.

Di saat-saat kritis Nuke, Satrio bergegas mengejar Si Boy. Mereka pun berjumpa di heliped. Sambil mendesak Si Boy, Satrio membacakan beberapa kalimat dalam catatan milik Si Boy itu.

Dari sinopsis tersebut, sebetulnya Tama bisa membuat film “lain”. Artinya, film Catatan Harian Si Boy ini tidak perlu lagi mengajak Ongky demi mengangkat kembali sosok Si Boy atau pemain-pemain film Cabo lain. Buku harian di situ tidak harus buku harian Si Boy, tetapi sosok lain. Jika ini dilakukan, ya konsekuensinya memang ganti judul. Atau malah tidak masalah dengan judul itu?

Namun saya mengerti mengapa Tama tetap ngotot menghadirkan Ongky, karena konsep awal memang ingin mengangkat kembali kisah Si Boy ke layar lebar. Ia ingin mengajak kembali generasi 80-an “bernostalgia” ke bioskop dengan film kegemaran mereka dahulu kala. Namun karena “ada konflik”, sehingga film Cabo tidak dibuat sekuel maupun remake, tetapi dengan konsep baru, tetapi tetap menggunakan ikon Si Boy. Gara-gara konflik inilah, film Catatan Harian Si Boy yang seharusnya sudah diproduksi tahun 2008 molor menjadi tahun 2011 ini. Yang dari awalnya disutradarai oleh John D. Rantau di-handle langsung oleh Tama.

SM*SH... OH... SM*SH

Beruntunglah saya bisa berkenalan dengan anggota SM*SH. Beruntung pula saya bisa melihat dari dekat bagaimana SM*SH melakukan persiapan sebelum shooting. Nah, berikut ini beberapa foto hasil jepretan saya saat SM*SH shooting di program Just Alvin di studio Metro TV.








all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Monday, June 27, 2011

SAYA DAN UTHA LIKUMAHUA

Tiba-tiba pesan singkat ada di BBM saya.

Bpk, Ibu, Teman2 tolong doakan Utha Likumahua, sedang kritis di RS Pekanbaru. Berita dari Debby istrinya Utha. Tks.

Begitu mendapat pesan Senin pukul 16:00 wib tersebut, saya langsung membayangkan sosok penyanyi legendaris yang selama ini saya kenal: ramah, enerjik, dan tak pernah berubah tetap low profile. Namun pria kelahiran 1 Agustus 1955 ini terbaring tak sadarkan diri di Rumah Sakit Santa Maria, Pekanbaru.

Di Pekanbaru, Utha sedang mengisi sebuah acara di daerah Tanjungpinang. Tak ada tanda-tanda ia akan sakit dan koma. Setelah selesai manggung, pelantung lagu Puncak Asmara ini pun masih segar bugar dan mengunjungi rumah beberapa kerabatnya di kota itu bersama istrinya.

Namun sekitar jam setengah sebelas malam di Minggu (26/6), menurut Deby, saat mereka sedang ngobrol-ngobrol sambil bersenda gurau, tiba-tiba Utha jatuh. “Sambil dipijat, saya lihat bibirnya sudah miring. Saya segera membawanya ke rumah sakit," tutur Deby.


Saya bersama Utha Likumahua saat shooting Zona Memori di Metro TV

Saya memang tidak mengenal Utha ketika berapa puncak popularitasnya. Tetapi dalam beberapa tahun ini, saya sering sekali bekerjasama dengan Utha, ya tentunya menjadi pengisi acara di program musik yang saya produksi. Terakhir saya mengundangnya dalam program Zona Memori di Metro TV, yakni Tribute to Utha Likumahua.

Setiap kali berjumpa dengan Utha, entah kenapa saya seperti mendapatkan aura positif dan membuat semangat. Selama bercakap-cakap dengannya, ia tidak pernah mengajak saya untuk mengungkapkan masalah negatif, gosip tak penting, maupun hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan dunia musik.

“Wah, seru sekali kalo kita bikin acara seperti itu ya?” ucap Utha suatu ketika saya ngobrol di Mal Pondok Indah, dimana saat itu kebetulan ada teman saya juga yang pencipta lagu: Adjie Soetama.

Saya bangga bisa menjadi teman penyanyi legend ini. Tak perlu diragukan lagi puluhan prestasi yang sudah diukir oleh beliau. Sebut saja ia terpilih sebagai Penampil Terbaik Kedua dalam ajang ASEAN Pop Song Festival 1989 di Manila. Pria bernama lengkap Doaputra Ebal Johan Likumahuwa juga meraih juara 2 di Asia Pacific Singing Contest di Hongkong. Lagunya di kontes itu, Sesaat Kau Hadir ciptaan Budi Bachtiar dan Aldino pun dinobatkan sebagai lagu terbaik. Prestasi lainya yang dicapainya adalah dalam ajang Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) bersama Trie Utami lewat lagu Mungkinkah Terjadi.

Banyak sekali lagu yang sudah dibawakan Utha dan menjadi hits. Sebut saja Aku Tetap Ada karya Candra Darusman dan Adjie Soetama, Esok kan Masih Ada (Dodo Zakaria), Tersiksa Lagi (Christ Kayhatu, George Lewakabessy), Adakah Kau Tahu (Embong Rahardjo), dan Ada di Hati (Adjie Soetama).

Menurut Deby, Utha tidak memiliki riwayat penyakit berat seperti jantung. Hanya ada sedikit kelebihan kadar gula dalam darahnya. Itupun sudah bisa teratasi dengan pola hidup yang cukup baik.

"Sampai sekarang masih koma. Belum ada perubahan. Besok baru mau di-MRA untuk dilihat secara keseluruhan," ungkap Debby.

Teman-teman, kita doakan bersama semoga Utha Likumahua bisa segera sembuh. Dan kita bisa mendengar kembali alunan suara penyanyi yang sudah dikaruniai 4 orang cucu ini.

Tuesday, June 21, 2011

FILM "SERDADU KUMBANG": SEKADAR MENGHARGAI KARYA ARI-NIA SIHASALE

Ketika menulis judul di atas, saya menghadapi dilema. Niat saya ingin sekali mengkritisi film Serdadu Kumbang karya Ari Sihasale, dimana menurut saya dari segi cerita sangat membingungkan. Namun, karena ingin menghargai karya terakhirnya itu, saya menggunakan judul di atas, yakni sebagai bentuk apresiasi.

Bagi saya, Ari dan Nia Sihasale (nama Zulkarnaen sekarang diganti dengan nama belakang sang suami: Sihasale) adalah sosok suami-istri yang konsisten menggarap film-film berlatar belakang anak. Sebut saja film-film mereka Denias: Senandung di Atas Awan (2007), Liburan Seru (2008), King (2009), dan Tanah Air Beta (2010) yang semua berkisah tentang anak. Termasuk film terakhir mereka: Serdadu Kumbang (2011).

Film Serdadu Kumbang mengisahkan seorang anak desa bernama Amek (diperankan oleh Yudi Miftahudin). Anak pasangan Siti (diperankan oleh Titi Sjuman) dan Zakaria (diperankan Asrul Dahlan) adalah anak desa Mantar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang memiliki bibir sumbing dan jago menunggang kuda. Ia punya cita-cita menjadi presenter berita televisi nasional, karena sering menonton televisi.

Jika membaca ringkasan tersebut di atas tentu kita sudah mengerti, bahwa kisah film ini akan berkutat tentang perjuangan Amek demi mengejar cita-cita menjadi presenter berita. Namun sayang, Anda akan mengetahui bocah ini ingin jadi presenter di beberapa scene saja, itu pun tidak nampak perjuangan serta tantangan yang dihadapinya. Saya sebagai penonton hanya disuguhkan oleh potongan-potongan cerita dan kesedihan-kesedihan Amek yang tidak ada hubungannya dengan cita-citanya menjadi presenter berita.

Kesedihan pertama terjadi pada saat ayah Amek pergi ke Malaysia menjadi TKI tanpa pamit dengan Amek. Saya pikir kisah akan fokus pada perjuangan Amek berjumpa dengan sang ayah. Sebab, beberapa scene dihabiskan untuk masalah ini. Lihatlah perjuangan Amek menukar seekor kambing dengan sebuah handphone, dari seorang pedagang,; Amek membeli pulsa; sampai mendirikan antena di rumahnya, supaya sinyal handphone itu bisa baik.



Agar supaya dramatik kisah kehidupan Amek, digambarkan sang ibu bekerja keras membanting tulang menghidupi keluarga dengan cara berjualan. Maklum, sang suami tak mengirimkan nafkah selama menjadi TKI. Selain berdagang, Titi juga tetap menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Ternyata saya salah duga. Kisah Serdadu Kumbang bukan mengenai perjuangan Amek berjumpa dengan sang ayah, karena tiba-tiba sang ayah kembali. Dan Amek tidak sedih lagi. Di sini antiklimaks. Sekembalinya sang ayah, saya kembali bingung: lalu yang dimaksud "Serdadu Kumbang" apa dong? Tapi baiklah, saksikan dulu kesedihan kedua Amek. Kali ini kuda kesayangan dan satu-satunya diambil paksa akibat ayahnya dianggap penipu, karena menjual jam Rolex palsu.

Saya kembali berpikir, pasti perjuangan kali ini soal bagaimana Amek mencari kudanya yang bernama Smodeng. Sebab, penonton diperlihatkan scene dimana Amex sakit dan tidak semangat, karena Smodeng diambil. Ternyata lagi-lagi saya salah duga, kuda kembali dengan mudah. Ibu dan bapaknya mempersembahkan Smodeng pada Amex tanpa penonton diberitahu perjuangan mereka mendapatkan Smodeng. Saya pikir dengan bertemunya Amek dengan Smodeng, film ini selesai, eh ternyata saya salah. Ada kesedihan part ke-3.

Mari kita ikuti kesedihan ketiga, ketika kakak Amek bernama Minun tewas, karena terjatuh dari “pohon cita-cita”. Apa itu “pohon cita-cita”? Yakni sebuah pohon, dimana murid-murid SD dan SMP Negeri 08 bisa menuliskan cita-citanya ke secarik kertas, lalu kertas itu dimasukan ke botol, dan kemudian digantungkan di batang pohon tersebut. Nah, ceritanya Minun (diperankan oleh Monica Sayangbati) yang murid pintar itu tak lulus Ujian Nasional (UN). Gara-gara tidak lulus, ia menunggang kuda menuju ke “pohon cita-cita”. Ia berusaha menggambil botol berisi kertas bertuliskan cita-citanya, tetapi kemudian ia terpeleset dan jatuh. Entahlah, menurut saya, scene itu terlalu dibuat-buat untuk menambah unsur dramatik.


Last but not least, kesedihan Amek kembali muncul begitu tahu guru Imbok (diperankan Ririn Ekawati) tidak ada di rumah. Ia bersama teman-teman berusaha mencari guru Imbok dengan dibantuk Surya Saputra.Ternyata sang guru berjumpa dengan dokter (diperankan Nia Sihasale). Mereka berencana ingin membantu Amek untuk operasi bibirnya yang sumbing.

Film ditutup dengan perubahan pada diri Amek, yakni bibirnya tidak sumbing lagi. Teman-teman bergembira ria, termasuk guru Imbok dan Papin (Ustadz yang diperankan Putu Wijaya). Acan dan Umbe, dua teman Amek, kemudian membuka tabung berisi kumbang. Kumbang-kumbang pun berterbangan.

“Jadi yang dimaksud serdadu kumbang apa?” tanya saya dalam hati.


Ah, mungkin teman-teman Amek itulah yang dimaksud sebagai “serdadu”. Sementara “kumbang” yang dimaksud gara-gara Amex sempat membuat mainan dari botol yang mirip kumbang dan di akhir kisah ada kumbang-kumbang yang terbang. Ya, begitulah kesimpulan saya sementara ini. Jika salah, mohon maaf. Berbeda sekali ketika di film Laskar Pelangi, dimana penonton bisa tahu istilah “Laskar Pelangi”, karena ada dialog yang menyebutkan “Laskar Pelangi” dan sebutan tersebut beberapa kali muncul dan diucapkan oleh pemain utama.

Sepertinya sang penulis skenario Jeremias Nyangoen tidak fokus dengan plot utama. Di kepalanya penuh dengan gagasan atau pesan-pesan yang ingin disampaikan, sehingga yang banyak muncul justru multiplot yang tidak penting. Penonton, terutama saya, menjadi bingung. Banyak scene yang sebetulnya tidak penting, tetapi dipaksa masuk. Beberapa tokoh yang muncul yang tadinya saya duga akan menjadi tokoh penting dalam membangun cerita, ternyata tidak penting. Salah satunya Surya Saputra.

Jika menjadi penulis skenario-nya, saya pasti tidak akan memaksa tokoh Surya Saputra di film tersebut. Saya akan fokus pada plot perjuangan Amek mengejar cita-cita dengan segala tantangan yang ada, baik dari orangtuanya, tetangga, maupun sekolah. Sebagai multiplot, saya akan memasukkan kisah pertentangan guru Imbok dengan guru Amin (diperankan Lukman Sardi) yang memerankan guru killer. Guru Amin dibuat sebagai bad guy yang men-demotivasi Amek dan mengatakan: anak kampung tak pantas jadi pembaca berita, apalagi punya bibir sumbing. Saya pasti tidak akan memunculkan sub-plot Smodeng, kematian Minun, apalagi kunjungan murid-murid SDN 08 ke sekolahan Surya Saputra beserta upacara membebaskan penyu di laut.

Memang banyak hal yang menarik si Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Ada lomba balap kuda, pelepasan penyu, dan lain. Namun seharusnya Jeremias -tentunya atas permintaan Ari dan Nia Sihasale- bisa memilih hal-hal yang menjadi prioritas, mana yang event menarik yang bisa masuk ke dalam scene. Memasukkan semua, seperti dipaksakan. Jika pun terpaksa, harus ada konsep kreatif, sehingga hal tersebut tidak mengganggu plot utama. Nah, karena memaksa masuk semua, scene-scene jadi tidak penting. Tidak fokus.

Meski menurut saya banyak sekali scene-scene tidak penting yang muncul di film Serdadu Kumbang, namun sekali lagi usaha Ari dan Nia Sihasale patut diacungkan jempol. Two thumbs up. Sebab, mereka tetap konsisten menggarap film anak di tengah membanjirkan film-film hantu.


“Gimana mau mencintai film sendiri kalau filmnya begitu semua? Hiburan untuk masyarakat sangat kurang,” ujar Ari Sihasale.

Wednesday, June 8, 2011

ANGGUN C. SASMI TETAP RENDAH HATI

“Masih ingat band Testament atau Anthrax?” tanya saya pada Anggun C. Sasmi di pool side hotel Mandarin sore kemarin.

“Masih dong!” jawabnya sambil melebarkan senyum.


Begitulah kalimat pembuka saya pada Anggun. Berharap pertanyaan itu berhasil mengenang perjumpaan saya dengannya beberapa puluh tahun lalu. Saya yakin, Anggun pasti tak ingat saya. Tentu hal tersebut saya bisa maklumi, karena ia sudah milik dunia dan ribuan orang –termasuk wartawan- sudah pernah bercakap-cakap dengannya. Namun buat saya, pertanyaan tersebut membuat kami akrab kembali seperti dahulu kala.

Testament dan Anthrax yang menjadi awal pembuka percakapan saya dengan Anggun tak lain adalah dua band favorit perempuan kelahiran Jakarta, 29 April 1974 ini. Kebetulan pula, dahulu menjadi band favorit saya.

Sekadar info, Testament itu adalah band trash metal dari Amerika yang dibentuk di Berkeley, California tahun 1983. Personilnya Eric Peterson (gitar), Derrick Ramirez (vokalis), Greg Chritian (basist), dan Mike Ronchette (drummer). Album Testament yang sempat saya bahas dengan Anggun adalah Legacy. Sementara Anthrax juga merupakan band thrash metal dari New York, Amerika Serikat. Mereka disebut sebagai salah satu dari “empat besar” thrash metal bersama dengan Metallica, Slayer, dan Megadeth.

Bertemu dengan perempuan satu ini memang seperti mengingatkan beberapa puluh tahun lalu, ketika saya pertama kali bekerja sebagai reporter majalah remaja HAI. Alkisah, saat itu saya ditugasi oleh Redaksi Pelaksana (Redpel) untuk menginterview perempuan yang tahun 90-an dikenal sebagai ladies rocker.

Anggun Cipta Sasmi, begitulah nama panjang perempuan asal Indonesia yang saat ini memiliki kewarganegaraan Perancis ini. Ia adalah putri dari Darto Singo, seorang seniman Indonesia dan Dien Herdina. Saya beruntung sekali mendapat tugas menginterview Anggun saat menjadi Reporter. Pasalnya, saya tak pernah tahu jika kelak ia menjadi salah satu penyanyi Indonesia yang berhasil menembus dunia internasional.

Anggun mengawali karier lewat penampilannya di panggung Ancol. Saat itu usianya masih 7 tahun. Dua tahun kemudian ia rekaman album anak-anak. Di bawah bimbingan musisi rock handal, Ian Antono, Anggun memulai debutnya lewat album Dunia Aku Punya (1986). Di usianya yang relatif muda, ia telah berhasil menggapai puncak popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia, Hal tersebut terbukti dengan meraih penghargaan “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991″. Salah satu lagunya menjadi lagu legenda…

Melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi

Terlelap dalam, lautan emosi

Setelah aku sadar diri kau t’lah jauh pergi

Tiggalkan mimpi yang tiada bertepi

Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick Benzi, seorang komposer besar Perancis, pada 24 Juni 1997, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya: Au nom de la lune yang dirilis ke pasaran Perancis.

Singel pertama Anggun di album tersebut, La neige au Sahara, ternyata disukai oleh peminat musik, mulai dari Perancis hingga Belgia, Swiss dan Kanada. Singel ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer ‘97. Album Au nom de la lune yang memuat elemen world music plus instrumen tradisional Indonesia (tambur, seruling, kemiri) ini berhasil terjual lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia. Kesuksesan tersebut membuat Anggun dikenal sebagai seorang artis berbangsa Indonesia pertama yang sejajar dengan artis-artis Perancis.

Setahun berikutnya, Anggun meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya lewat Epic Records. Judulnya Snow on the Sahara. Album ini dirilis resmi di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika. Seperti juga sebelumnya, album ini meraih kesuksesan dengan penjualan yangmencapai lebih dari satu juta keping., menjadikan Anggun sebagai penyanyi Asia terlaris di luar Asia. Singel Snow on the Sahara itu sendiri menjadi hit dan mencapai posisi puncak di 15 negara, termasuk Italia dan Spanyol. Bahkan pada 1999, singel tersebut duduk di posisi Top 5 pada UK Club Charts di Inggris.

Sukses dengan album Snow on the Sahara, Anggun melakukan tour selama sembilan bulan keliling negara Amerika untuk promosi album. Saat promosi album, ia diundang oleh penyanyi Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika. Anggun juga tampil di acara New York Sessions at West 54th. Ia menjadi satu-satunya penyanyi Asia yang mendapat kehormatan tampil pada acara Divas Live di Las Vegas.

Kemarin (26/5), saya kembali bertemu dengan Anggun. Beruntung sekali saya bisa menggantikan seorang Sutradara yang kebetulan berhalangan akan melakukan shooting Anggun sore itu. Sebagai Sutradara pengganti, saya akhirnya dipertemukan lagi dengan perempuan yang di Indonesia dikenal dengan Mimpi dan Tua-Tua Keladi ini. Memang, beberapa kali Anggun ke Jakarta, tetapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Harap maklum, saat ini saya bukan Reporter atau Wartawan. Lebih dari itu, saya pun tidak punya kepentingan untuk bertemu dengannya.

“Waktu interview, kamu pake celana pendek dan kaos oblong,” ujar saya mencoba mengingatkan kenangan itu. “Kita interview di rumah kamu di jalan Tegalan, Matraman. Kamu masih punya rumah di situ?”

“Wah, sudah lama dibogkar,” ujar Anggun.

Saya sangat mengerti, ia kini sudah memiliki management kelas dunia yang jauh lebih profesional dengan jadwal yang sudah ter-schedule dengan padat. Tak heran, waktu shooting kami hanya dibatasi cuma 1 jam. Obrolan saya pun tidak sesantai dahulu kala. Meski begitu, Anggun ternyata masih tetap rendah hati. Ia seperti yang dulu, meski sudah mendapat cap penyanyi kelas dunia.

Wednesday, April 13, 2011

FILM "?" YANG PENUH TANDA TANYA

Wanita itu bernama Rika (diperankan Endita). Ia seorang istri yang kecewa terhadap suami, karena sang suami memutuskan menikah lagi. Rika yang menolak dipoligami, memutuskan pindah agama, dari Islam menjadi Katolik.

"Saya pindah agama bukan berarti mengkhianati Tuhan," ujar wanita ini lantang.

Rika pun dibaptis dan menganut Katolik. Meskipun Katolik, Rika sangat toleran. Abi, anak semata wayang yang masih kecil itu, dibiarkan menjadi seorang Muslim. Ia tetap mengaji dengan Ustadz di masjid dan di bulan Ramadhan menjalankan puasa.

Sepintas sebagai penonton kita diperlihatkan pada sebuah gambaran toleransi yang luar biasa. Rika begitu toleran terhadap sang anak. Ketika sahur menjelang, ia menemani Abi untuk makan sahur, bahkan mengajarkan doa sahur. Namun, sejumlah kritik menerpa film ? ini.

Saya mengutip kritikan dari Dr. Adian Husaini. Menurut Ketua Program Studi Pendidikan Islam—Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, tindakan Rika adalah Murtad. "Masalah kemurtadan ini senantiasa mendapatkan perhatian serius dari setiap Muslim, sebab ini sudah menyangkut aspek yang sangat mendasar dalam pandangan Islam, yaitu masalah iman. Dalam pandangan Islam, murtad (batalnya keimanan) seseorang, bukanlah hal yang kecil".

Dalam film tersebut, “orang murtad dianggap hal yang wajar, kemudian semua agama digambarkan menuju tuhan yang sama, ini ide-ide pluralisme yang sebenarnya sudah ditentang oleh Islam,” kata Dr Adian Husaini.

Tambah Dr. Adian, demi memperlihatkan sikap toleransi, Hanung mencoba "mengacak-acak" tokoh lain. Surya (diperankan oleh Agus Kuncoro), namanya. Ia seorang laki-laki Muslim, berprofesi sebagai aktor figuran. Dia berteman dengan Rika. Karena miskin, ia terusir dari rumah kosnya. sosok Surya ditampilkan sebagai representasi fenomena toleransi dan “kerukunan”. Setelah merelakan dirinya berperan sebagai Yesus, Surya kembali ke masjid membaca surat al-Ikhlas, sebuah surat dalam al-Quran yang menegaskan kemurnian Tauhid.

Terus terang, film ? membuat saya pribadi juga bertanya-tanya. Maksud Hanung barangkali ingin menunjukan, bahwa kita harus bisa bertoleransi. Namun sayang, contoh di film ini terlalu ekstrem, yakni dengan menonjolkan Rika sebagai pemeran utama yang disosokan sebagai wanita murtad. Kalo istilah Kiai: "toleransi yang kebablasan".

Setelah film Sang Pencerah yang mendapatkan banyak pujian, saya melihat Hanung cukup "nekad" menggarap film ? ini. Tapi barangkali saya mengerti, itulah Hanung. Sepertinya kurang afdol kalo nggak ada kontroversinya. Tentu Anda belum lupa saat sutradara ini menggarap film Perempuan Berkalung Sorban (2009)? Kisah pengorbanan seorang perempuan, anak kyai, ibu dan isteri yang sempat heboh itu.

"Sebenarnya kerukunan itu bisa diwujudkan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing. Ia menjelaskan, film Tanda Tanya ini sudah sangat berlebihan, ingin menciptakan kerukunan tapi justru merusak konsep masing-masing keyakinan agama, terutama Islam," ungkap Adian yang juga merupakan Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia.