Friday, August 28, 2009

TIADA KESAN TANPA ATARI

Kalo mengingat teknologi era tahun 80-an, rasanya “geli” sendiri. Betapa tidak, saya jadi membandingkan masa sekolah dulu dengan masa kini. Kalo sebelumnya saya menulis soal hi-tech era 70-an –yang ternyata masuk ke era 80an juga-, yakni view master, kini saya menemukan lagi print-ad atau iklan di media cetak jadul. Kali ini produk ATARI.

Ada yang masih mengenal ATARI? Bagi kalangan menengah ke atas, permainan ini pasti sudah tidak asing lagi. Kalo di iklan tertera tahun poduksi 1985. Artinya, sudah 25 tahun lalu. Namun kalo menggali sejarah ATARI di Wikipedia, perusahaan ini ternyata sudah berdiri sejak tahun 1972 atau 38 tahun lalu, bo. Perusahaan ini masih eksis dan sekarang dimiliki oleh ATARI Interactive, sebuah anak perusahaan pembuat game Perancis Infogrames Entertainment SA (IESA).

Ketika didirikan, Atari Inc. Dimiliki oleh Nolan Bushnell dan Ted Dabney. Mereka dikenal sebagai pengagas game arcade, konsol video games, dan komputer pribadi. Pong dan ATARI 2600 (seperti iklan media yang Anda lihat itu), merupakan produk ciptaan mereka. Noland dan Ted juga sempat merajai pembuatan game di industri komputer pribadi dari tahun 1970-an sampai pertengahan 1980-an. ATARI 2600 sendiri diciptakan oleh Nolan dan Ted pada Oktober 1977.



Di tahun 1984, Atari Inc. Pecah. Divisi game arcade mempunyai nama sendiri, yakni ATARI Games Inc. ATARI Games ini menerima lisensi untuk logo dan nama produk dengan tambahan nama "Games" setelah nama ATARI. Sementara divisi barang elektronik ATARI bernama ATARI Corporation. Pada tahun 1996, ATARI Corporation bergabung dengan pembuat hard disk JT Storage (JTS).

Dua tahun kemudian (1998), ATARI Corporation diakuisisi lagi oleh anak perusahaan dari Hasbro Interactive dan menjadi ATARI Interactive. Tiga tahun kemudian (2001), IESA mengakuisisi Hasbro Interactive dan melakukan perubahan nama menjadi Infogrames Interactive. Sejak tahun 2003, IESA menganti nama perusahaan menjadi ATARI Interactive.

Khusus ATARI 2600 yang gambarnya saya temukan di iklan media cetak itu, ternyata adalah konsol permainan video pertama yang mempopulerkan penggunaan kaset dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras ini berdasar mikroprosesor yang berisi kode permainan. Meski sebelumnya ada Fairchild Channel F yang dikenal sebagai konsol pertama, namun ATARI 2600 dianggap konsol yang paling dikenal.

Awalnya, ATARI 2600 ini bernama ATARI VCS (Video Computer System). Namun kemudian berganti nama menjadi ATARI 2600, karena dirilisnya ATARI 5200 yang lebih maju. Pada ATARI 2600 terdapat dua buah joystick, dua paddle, dan satu kaset. Umumnya kaset ATARI 2600 adalah Combat atau Pac-Man.

ATARI 2600 ini sangat sukses. Saking suksesnya di tahun 80-an kalo kita menyebut game video, pasti langsung menyebut kata ATARI. Mirip kalo di tahun 90-an orang menyebut kata game video, yang langsung terlintas dalam pikiran kita kalo bukan Nintendo, ya Play Station, ya kan? Nah, dengan menemukan kembali iklan media cetak itu, sepertinya saya diajak mengingat kembali era tahun 80-an, dimana hari-hari yang tiada kesan tanpa nge-game dengan ATARI. Untung sekarang nggak maniak game lagi, kalo masih....

SAY NO TO PLASTIC!

Seringkali tanpa sadar, kita menganggap remeh kebiasan kita yang sebenarnya kebiasaan itu wajib kita waspadai. Sebab, kalo kita nggak concern dengan kebiasaan kita, kelak akan menimbulkan bencana. Kebiasaan menggunakan plastik secara berlebihan, misalnya.

Buat mereka yang nggak mengerti, plastik cumalah sebuah alat yang berfungsikan buat membawa segala macam, mulai dari barang belanjaan semacam sayuran, pakaian, dan barang lain. Namun bagi mereka yang mengerti, plastik bisa menjadi “sumber penyakit” yang mengerikan. Dalam dunia kesehatan, hampir semua sampah plastik menghasilkan gas yang berbahaya kalo dibakar. Kalo proses pembakarannya nggak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.

Apa itu dioksin?

Dioksin adalah senyawa yang sangat berbahaya kalo terhirup oleh manusia. Penyakit yang bisa ditimbulkan oleh senyawa ini adalah penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem syaraf, dan memicu depresi.

“Itu kan kalo sampah plastiknya dibakar. Kalo nggak dibakar ya nggak apa-apa dong?”

Sebenarnya baik dibakar maupun nggak dibakar, penggunaan sampah plastik tetap menimbulkan efek negatif. Anda pasti udah sering melihat, sampah plastik bisa menyumbat saluran air, tanggul, sehingga menyebabkan banjir. Parahnya, plastik seringkali merusak turbin waduk. Kenapa begitu? Sebab, plastik sulit buat mengurai. Meski kena air berkekuatan jutaan meter kibik, yang namanya plastik nggak mudah hancur sebagaimana kertas.

You know what? Sampah plastik berbahan konvensional dari polimer sintetik membutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terurai sempurna. Hah?! 300-500 tahun? Kita udah mati berkali-kali, sampah plastik belum juga terurai-urai. Gokil kan? That’s why sampah plastik sangat berbahaya.

Berdasarkan penelitian Dosen Kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB), I Made Arcana, zat pewarna hitam yang umumnya ada di kantong plastik, berbahaya bagi kesehatan. Zat ini kalo terkena panas dapat terdegrasi dan mengeluarkan zat yang menjadi salah satu pemicu kanker. Oleh sebab itu, kalo beli gorengan atau makanan yang masih panas, jangan langsung ditaro di kantong plastik.

Melihat data-data itu apakah kita peduli mengurangi penggunaan sampah plastik?

Kalo orang normal mah barangkali udah bisa mikir-mikir. Mikir apa? Mikir bagaimana caranya menghindar menggunakan sampah plastik. Mana bisa menghindar? Kalo ada kemauan, ya bisa lah yau! Bukan mau ngajarin, tapi coba deh lakukan kebiasaan ini, tiap pergi belanja ke hypermarket, kita udah menyiapkan diri bawa tas. Tas apa? Tas yang terbuat dari non-plastik, misalnya tas yang terbuat dari kain. Nah, seluruh belanjaan yang biasanya dimasukkan ke tas plastik, dialihkan ke tas kain milik kita. Itu kalo kebetulan belanja beberapa kebutuhan pokok. Kalo belanja pakaian, barangkali pakaian yang kita sudah beli langsung dimasukkan ke dalam tas kita tanpa perlu membawa kantong plastiknya. Repot? Iya, tapi ini bagian dari upaya menekan penggunaan sampah plastik yang berlebihan.

Terus terang, data terakhir penggunaan sampah plastik di dunia mencapai 500 juta hingga satu miliar kantong plastik. Angka itu berarti, ada sekitar satu juta pengguna kantong plastik tiap menit. Kalo sampah plastik ini dibentangkan, konon dapat membungkus permukaan bumi hingga 10 kali lipat. Di Bandung sendiri, menurut data volume sampah plastik per hari mencapai 700 meter kubik. Jumlah segitu konon bisa menutupi 50 lapangan sepakbola sekaligus. Gokil nggak tuh?

Di negara-negara maju, penggunaan sampah plastik udah mulai dihindari. Di Cina dan Australia udah mengembangkan produk plastik yang ramah lingkungan. Hah ada plastik yang ramah lingkungan? Kalo plastik berbahan polimer sintetik itu perlu ratusan tahun buat mengurai, plastik ramah lingkungan ini berbahan selulosa. Plastik selulosa ini terbuat dari tajin jagung. Jenis plastik ini dapat mengurai cuma dalam waktu setengah tahun tanpa adanya efek negatif.

Di pasaran, jenis plastik ramah lingkungan ini biasa dikenal dengan nama smart plast-bag. Terus terang, di Indonesia plastik jenis polylaktida ini belum dikembangkan. Kenapa? Apa lagi kalo UUD alias ujung-ujungnya duit. Maksudnya, biaya produksi buat memproduksi plastik jenis polylaktida muahal tenan. Meski plastik ramah lingkungan belum berkembang, hal ini bukan berarti kita tetap cuek menggunakan sampah plastik secara berlebihan. Harusnya jangan dong! Harusnya kita tetap lantang berteriak: SAY NO TO PLASTIC!

"WIND OF CHANGE" - SCORPIONS

Tuesday, August 25, 2009

SELAMAT ULTAH MY LOVELY FATHER

Harusnya aku bangga dengan Bapakku ini. Yang terjadi, dahulu kala aku malah minder. Aku malu mengakui secara jujur, Soeprodjo adalah Bapakku. Padahal meski ”cuma” seorang guru, namun beliau tetap Bapak kandungku. Bapak yang sempat menimang-nimangku d...i waktu kecil.

Harusnya aku nggak malu mengaku diri, Soeprodjo adalah my real father. Namun sayang, aku terlalu minder. Aku merasa kalo mengaku, aku akan menjadi bahan olok-olok. Padahal itu cuma perasaan picikku saja. Oleh karena keminderan ini, masa-masa sekolahku terasa ”hambar”. Aku nggak sempat merasakan pacaran. Boro-boro mencoba mendekati cewek yang aku incar, apalagi sok-sokan mendekati cewek favorit. Halah! It was only a dream!

Aku memang termasuk nakal. Tapi kupikir nakalku masih dalam batas wajar. Ini lebih karena aku masih menghormati Bapakku sebagai seorang Guru. Bayangkan kalo bukan karena figur Bapakku, mungkin aku bisa menghamili seorang cewek pendiam itu. Bayangkan kalo Bapakku nggak eksis, aku menjadi salah satu murid pengguna narkoba yang dikeluarkan dari sekolah.

Harusnya aku nggak terlalu picik. Menjadi anak guru itu nggak dosa, bukan? Apalagi sekaliber Soeprodjo. Suka nggak suka, Bapakku bersama Arief Rachman Hakim termasuk peletak dasar kurikulum sekolah dengan basic disiplin dan spiritual di Labs School. Boleh buka catatan kriminal sekolah Labs ketika masih ada mereka. Soal disiplin dan spiritual yahud punya. Kalo pun ada siswa yang nakal dan menggunakan narkoba, mereka dengan tegas segera mengeluarkan tanpa pandang bulu. Salah satu contoh, pernah ada anak salah seorang tokoh Pejuang yang anaknya mengunakan narkoba dan segera dikeluarkan.

Harusnya aku bangga dengan Bapakku ini. Meski kumis tebal melintang, beliau barangkali masuk kategori Guru idealis. Dalam kamus hidupnya, beliau nggak hitung-hitungan dalam gaji. Apa yang diterimanya, itulah rezeki dari Allah. Nggak heran, beliau nggak pernah side job (SJ) atau nyambi. Barangkali kalo mencari Guru idealis model begini saat ini, bisa dihitung pake jari. Believe me! Niat Guru saat ini mayoritas mencari duit, bukan mendidik. Camkan kata “mendidik”! “Mendidik” beda dengan “mengajar”. Kalo “mengajar”, yang dilakukan Guru cuma text book. Cuma menghabiskan pelajar-pelajaran yang ada di buku, sesuai target. Kalo ”mendidik”, selain text book, Guru juga memberikan nilai-nilai sosial, disiplin, dan spiritual di luar dari pelajaran.

Kini aku sangat bangga dengan Bapakku ini. Buatku Soeprodjo adalah Pahlawan. Terserah apa kata orang, tapi beliau memang Pahlawan. At least Pahlawan buat keluargaku. Di tengah kesederhanaannya, serba kekurangan, beliau telah mengantar kami menjadi orang yang relatif berguna. Kami tahu, kami nggak cukup baik menjadi anak-anaknya. Tapi berkat kedisiplinan yang cukup keras yang beliau terapkan, kami menjadi orang-orang tough.

Kini aku benar-benar bangga dengan Bapakku. Sikap keras dan tegas yang diaplikasikan di Labs dulu ternyata membuat kangen murid-muridnya. Nggak heran dari Labs School angkatan pertama sampai angkatanku, merasakan ”kenikmatan” dididik Bapakku dengan cara disiplin yang keras. Nggak heran kalo salah satu eks murid Bapakku mengajaknya gabung di sebuah sekolah bersama Pak Arief Rachman. Barangkali, sekolah ini ingin ”dijadikan” sebagai Labs School era kami dulu. Ah, I don’t know for sure...

Bapakku yang kucintai, bersama ini di bulan Agustus ini, aku yang mewakili adik-adikku mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN. Kami selalu berdoa, Bapak selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Aku yakin, Bapak masih kuat naik Harley Davidson. Tapi mohon kalo niat mau naik, periksa dulu Harley-nya dalam kondisi fit apa nggak. Jangan sampe di tengah jalan, Bapak harus mendorong sebagaimana beberapa kali Bapak alami. Kasihan kan, tua-tua masih harus dorong Harley, mending dorong Becak lebih enteng.

Monday, August 24, 2009

EKSOTIKA KARMAWIBANGGA - EKI DANCE COMPANY













all photos copyright by Brillianto K. Jaya

CUP CAKE MURMER

Menjelang Idul Fitri kayak gini, nggak ada salahnya kalo gw promosi kue karya istri tercinta. Sebenarnya kue-kue kering yang didagangkan banyak. Tapi kali ini yang saudara-saudara lihat adalah cup cake.

Setelah mengikuti beberapa kali kursus dan mendapatkan pujian dari teman-temannya, istri ogut baru memberanikan diri menjual cup cakenya. Alhamdulillah, dari segi rasa dan kualitas hiasan, nggak kalah sama toko-toko kue yang mahal punya. Buat para pelanggan baru, satu cup cake dihargai Rp 10 ribu. Murmer kan? Itu udah dihias sesuai keinginan. Anak gw sempat mendapat orderan dari teman-temannya, dimana mereka minta nama mereka dihias di toping.



Selain hiasan bunga atau nama, toping juga bisa dihias foto diri. Namun kalo pake foto, ada mahalan. Saran gw, kalo pake foto sebaiknya cake buat ulangtahun. Kalo niat pake foto, sebaiknya foto dikirim dulu by email, karena kudu dicetak.

Buat yang tertarik pesan cup cake, silahkan hubungi langsung 0817-724112 atau 021-92856095. Kalo mau lihat-lihat cake-cake apa aja yang bisa diorder via istri ogut, please klik ke http://www.bakifoods.blogspot.com.

Sunday, August 23, 2009

SUSAHNYA MENGATAKAN MAAF, TAPI HARUS!

Mengatakan maaf seringkali disalahartikan. Mereka yang minta maaf terlebih dahulu dianggap kalah. Looser! Apalagi kalo yang meminta maaf adalah orang yang sebenarnya tidak bersalah. Orang semacam itu -meminta maaf pada orang yang sebenarnya bersalah, tapi atas kerelaan hati tetap minta maaf- dikatakan sebagai orang bodoh. Hah?!

Itu realita yang ada di lapangan. Manusiawi, tapi jadinya stereotype. Padahal siapa pun boleh mengatakan permohonan maaf terlebih dahulu. Entah itu orang yang tak bersalah, apalagi mereka yang punya salah, harus minta maaf. Malahan mereka yang lebih dulu merendahka hati memohon maaf, meski orang yang bersalah tak kunjung minta maaf, akan mendapatkan pahala yang jauh lebih besar.

Dalam khotbah Jum’at tadi, saya diingatkan lagi oleh Ustadz. Bahwa, mereka yang dalam bulan Ramadhan ini masih menyimpan amarah, dendam, dan hal-hal negatif dalam soal hubungan, nggak akan diterima puasanya. Biar udah niat puasa, biar dalam proses puasa nggak batal, dan semua on the track, tapi kalo hal-hal tadi belum terbebas (amarah, dendam, etc), puasa kita gatot alias gagal total.


Kalo perlu cium lutut atau cium jempol kaki buat meminta maaf, barangkali gw akan lakukan. Tapi gw akan lakukan itu cuma buat Ibu seorang. Soalnya, surga ada di telapak kaki Ibu.

Menurut Ustadz di khotbah Jum’at before Ramadhan siang ini, ada tiga kelompok orang yang kudu kita minta maaf. Kelompok pertama, yakni ortu kita. Ini udah pasti lah yau! Kita kudu minta maaf, kalo perlu ampun pada ortu kita, apalagi kalo ortu kita masih hidup. Meski ortu kita banyak salah sama kita, sejelek-jeleknya mereka, kita dilahirkan di dunia ini akibat ulah mereka juga kan? Maksudnya, kita pernah merasakan kasih sayang, at least diperlakukan sebagai anak.

Kadang kita mamang kesal banget sama Bapak atau Ibu kita. Dulu minta uang jajan 100 ribu, eh cuma dikasih 50 ribu. Atau minta ASI, eh malah dikasih ASU. Wah, pokoknya bikin sakit hati banget, deh. Nah, meski kita yang sakit hati, tetap aja kita adalah anak ortu kita. Darah daging gitu. So, nggak ada salahnya kita yang terlebih dulu minta maaf.

Kelompok kedua adalah pasangan kita. Habis minta maaf ortu, kita minta maaf pasangan kita. Suami minta maaf istri, sebaliknya istri sungkem sama suami. Jangan sok merasa paling benar. Baik suami atau istri pasti punya banyak salah.

Kalo suami istri niat pengen cerai, tahan dulu jangan cerai pas Ramadhan. Maaf-maafkan aja dulu. Gugutan cerai sebaiknya disimpan aja dulu. Kalo udah keburu cerai, ya tetap minta maaf buat yang diceraikan atau si pencerai. Buat yang masih pengantin baru, sebaiknya jangan berpikir buat cerai, maaf-maafkan kesalahan masing-masing aja dulu. Ya, siapa tahu Allah akan menurunkan berkah sehingga nggak jadi cerai.

Kelompok terakhir adalah teman-teman kita. Kadangkala kita sering ngejek teman-teman kita, minta maaf pada teman yang kita ejek itu. Atau sebaliknya kita yang diejek, nggak apa-apa juga kita yang memaafkan orang yang mengejek kita. Kita akui kalo kita memang berwajah jelek, suka ngorok pada saat kerja, kabur-kaburan terus pada saat shooting, ketiak kita sering menimbulkan bau yang nggak sedap di ruang kerja, ya nggak apa-apa kita yang memaafkan teman-teman kita itu. Siapa tahu wajah kita yang jelek akan semakin jelek kalo kita berhasil melapangkan diri kita? Maksudnya, kita dapat pahala gitu, cong! Kalo wajah jelek mah memang udah dari sononya, nggak bisa diapa-apain, kecuali dioperasi usus buntu.

Meminta maaf memang relatif susah. Sekali lagi, ini manusiawi. Tapi kata Ustadz, kalo puasa di bulan Ramadhan ini mau sukses, ya nggak ada cara lain kudu memaksakan diri meminta maaf. Salah nggak salah, tetap minta maaf. Supaya hati plong kayak permen plong rasa blong (ini maksudnya apa seh?!). Seperti hari ini, saya membuka daftar orang-orang yang pernah saya benci atau orang bersalah yang belum pernah minta maaf pada saya. Saya akan samperin mereka dan ngajak berkelahi, eh maaf, maksudnya memohon maaf. Kalo nggak bisa ketemu face to face, voice to voice, atau at least via SMS. Ya, moga-moga puasa saya sukses dunia-akhirat. Amin!

photo copyright by Brillianto K. Jaya

Saturday, August 22, 2009

MAAF! KAMPUS BUKAN BUAT ORANG MISKIN!

Inilah Technische Hoogesschool (THS) atau Sekolah Tinggi Tehnik. Di Perguruan Tinggi (PT) inilah dahulu Presiden RI pertama, Soekarno berguru dan tepat pada tanggal 25 Mei 1926 meraih gelar kesarjanaannya. Kini, THS udah punah di muka bumi ini, sebagaimana Dinosaurus. Nama THS berubah menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).

THS atau ITB bukanlah PT tertua di Indonesia. Menurut buku Manajemen Perguruan Tinggi karangan Dr. Taliziduhu Ndraha, terbitan PT. Bina Aksara (1988), PT tertua adaah Sekolah Ahli Kesehatan. Sekolah ini didirikan pada tahun 1851. Bahkan sebelumnya, di tahun 1811, ada sekolah kedokteran, dimana awalnya cuma melatih mahasiswa-mahasiswanya menjadi ahli cacar.

Sekolah Ahli Kesehatan (SAK) ini cuma berlangsung empat semester atau dua tahun kuliah. Setelah kelar, lulusan SAK mendapat gelar Dokter Jawa. Lucu ya? Untung SAK ini cuma ada di Jawa. Coba kalo ada di Jawa Barat atau Sumatera Utara, pasti akan ada gelar Dokter Sunda dan Dokter Batak. Pada tahun 1875, gelar yang “lucu” ini dirubah menjadi Ahli Kesehatan Bumiputera (Inlandsh Geneeskundige).


Gedung STOVIA. Cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Sebelum FKUI pindah ke Salemba, mahasiswa kedokterannya belajar di STOVIA ini.
Pada tahun 1902, SAK menreorganisasi manajemen perguruan tingginya. Selain masa belajarnya diubah, nggak cuma empat semester, tapi gelarnya pun diubah. Kata “Ahli Kesehatan” dihilangkan, diganti menjadi Dokter Bumi Putera (Inlandsh Arts). Nama SAK pun kemudian berubah menjadi School tot opleiding van Indische Artsen (STOVIA).

Pada tahun 1910 berdiri lembaga bernama Perkumpulan Universitas di Indonesia (Indische Universiteits Vereeniging). Tugas lembaga ini adalah mendirikan PT di seluruh Indonesia. Sejak itu, berdiri beberapa PT, antara lain Sekolah Tinggi Kedokteran (STK atau Geneeskundige Hogeschool) pada tahun 1927, Sekolah Tinggi Teknik (STT) di Bandung yang diprakarsai oleh Koniklijk Instituut voor Hoger Technisch Onderwijs in Nederlandsch Indie, dan Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hogeschool) pada tahun 1924.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) 1949 Nomor 23 tentang penggabungan sementara PT menjadi Universitas, maka seluruh PT di Yogyakarta digabungkan menjadi satu universitas. PP itu merupakan cikal bakal Universitas Gadjah Mada (UGM). Ini juga terjadi sebelum lahirnya Universitas Indonesia (UI). Pada bulan Januari 1946, pemerintah Belanda mendirikan Universitas Darurat, dimana lokasi universitasnya di dua daerah, Jakarta dan Bandung. Kalo di Jakarta ada 4 fakultas, di Bandung ada satu fakultas. Setahun berikutnya, Universitas Darurat itu berganti nama menjadi UI.

Tahukah Anda mengapa PT didirikan?

Seperti kita ketahui, PT didirikan pada zaman Belanda. Kalo kita lihat tadi, PT pertama didirikan tahun 1811. Pada tahun itu, seiring berakhirnya kekuasaan VOC di Indonesia pada Desember 1799, kekuasaan diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda, dimana Gubernur Jenderal pertama nggak lain nggak bukan bernama Herman Willem Daendels (1808-1811). Ini artinya, Belanda lah yang mengorganisir pendirian PT-PT di tanah air. Menurut Guru Besar ilmu teknik mesin Fakultas Teknik UI, ISTN, Universitas Pancasila, Nakoela Soenarta, Belanda mendirikan PT atau hogeschool agar lulusan dapat membantu misi mereka. Misi apa? Misi buat menjajah Rakyat Indonesia. Dengan lulusan orang lokal (inlanders), Belanda dapat dengan mudah memanfaatkan tenaga mereka buat menjadi Pembantu Utama. Sungguh licik bukan?

Sesungguhnya kelicikan ini masih terjadi sampai sekarang. Nggak percaya? Banyak Pusat Budaya atau Kedutaan Besar (Kedubes) di Indonesia ini yang menawarkan program beasiswa.

Sebenarnya wajar kalo orang-orang Indonesia mengambil beasiswa dari Pusat Budaya atau Kedubes. Mereka ingin terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, entah itu S1 atau S2, tanpa harus mengeluarkan biaya. Mumpung pandai, ya memanfaatkan kepandaian dengan mengambil beasiswa, ya nggak? Tanpa sadar, mereka yang mendapatkan beasiswa, banyak yang dimanfaatkan negara pemberi beasiswa, yakni dengan menjadikan mereka double agent. Maksudnya? Mereka “menjual bangsa” ke bangsa lain.

“Lho, dimana nasionalisme mereka?”

“Ah, kalo sudah urusan dengan UUD, mana pernah mikirkan soal nasionalisme? Bullshit!”

“Maksudnya ujung-ujungnya duit?”

“Yap! Setelah lulus dari Universitas di luar negeri, orang-orang Indonesia banyak yang tetap bekerja di luar. Mereka meninggalkan tanah air, bahkan banyak pula yang melepas kewarganegaraannya. Sebelum lulus, mereka ditawari macam-macam. Fasilitas, rumah, dan gaji. Siapa yang nggak tergiur? Soal Indonesia? Halah! Don’t care lah yau!”

“Ini pasti gara-gara pendidikan di Indonesia! Yang seharusnya pendidikan murah, bahkan gratis, eh realitanya dodol! Ini pasti juga gara-gara kurangnya penghargaan terhadap profesi. So, mereka wajar kalo memilih bekerja di luar negeri dan meningkatkan taraf hidup di sana...”

“Coba kuliah bisa gratis. Coba lulusan kita dihargai. Coba profesi juga dihargai....”

Dahulu, baik ITB, UI, maupun PT Negeri (PTN) lain bisa dinikmati oleh semua warga negara Indonesia. Nggak cuma golongan the have, tapi mereka yang masuk kategori warga miskin bisa masuk kampus. Setahu gw, nggak ada satu anak miskin yang berniat masuk ke PT Swasta (PTS), kayak Trisakti atau Atma Jaya. mahal lain. Kalo ada, pasti anak itu dimusuhi keluarga dan dianggap anak yang nggak tahu diri. Keluarga miskin cuma bisa menghayal masuk ke PTS. Oleh karena itu, di zaman gw, keluarga-keluarga miskin kudu pintar supaya dapat lolos seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) atau sebelumnya ada istilah Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru). Ini bukan berarti keluarga-keluarga kaya nggak pintar, lho. Keluarga kaya mah enak, nggak lulus UMPTN bisa seenak udel masuk ke PT, mulai yang bayarannya mahal sampai yang muahaaal.


Kampus Universitas Indonesia (UI) di Salemba.

Kalo berhasil lolos UMPTN, anak dari keluarga miskin akan masuk ke PTN. Kalo bisa masuk PTN, maka uang kuliah murah meriah. Dalam tulisannya berjudul Biaya Pendidikan di Indonesia: Perbandingan pada Zaman Kolonial Belanda dan NKRI (11/07/08), Nakoela mem-flashback biaya kuliah zaman Belanda. Tulisnya, biaya kuliah di PT dalam satu tahun besarnya rata-rata 300 gulden. Saat itu, harga satu kilogram beras sekitar 0,025 gulden. Kalo memakai patokan harga beras, maka biaya kuliah sama dengan 12.000 kg beras. Kalo ukuran dan perbandingan ini diterapkan sebagai biaya kuliah di PT sekarang, maka kisahan harga seorang mahasiswa yang kuliah di sebuah PT selama setahun kira-kira senilai Rp 36 juta. Nilai tersebut dengan asumsi harga beras rata-rata per kilo Rp 3.000. Murahkah? Tergantung.

Alhamdulillah, gw sempat merasakan biaya kuliah per semester kalo nggak salah Rp 200 ribu. Itu pada saat kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Sedang saat kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), saya kudu membayar per semester sekitar Rp 500 ribu. Buat saya IISIP memang PTS yang paling murah meriah. Bayangkan, harga per semester masih jauh di bawah Rp 1 juta. Udah gitu, uang bayarannya SKS juga murah. Hitungannya bukan per satuan SKS, tapi kolektif. Padahal setahu gw, di tahun 1989-an, satu SKS paling murah seharga Rp 20 ribu. Kalo dalam satu semester mengambil 20 SKS, ya tinggal kalikan saja Rp 20 ribu dikali 20 SKS, yakni Rp 400 ribu.

Saat ini biaya kuliah PTN maupun PTS nggak ada beda. Artinya, baik negeri maupun swasta biaya kuliahnya relatif sama. Jadi mohon maaf, sekarang ini kampus memang bukan tempat buat orang miskin.

Sejak kebijakan otonomi PTN, biaya di PTN nggak beda dengan PTS. Dalam buku Sekolah Bukan Pasar karya St. Kartono terbitan Kompas, Juni 2009, disebutkan biaya sekolah diserahkan kepada pasar. PTN mencari dana seluas-luasnya dari masyarakat, sebab otonomi PTN berlaku. Masyarakat di sini boleh diterjemahkan sebagai kalangan the have.

Beberapa waktu lalu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) sempat melakukan kritik sistem pembiayaan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Inti kritik itu apa lagi kalo bukan soal biaya kuliah di PTN, khususnya di UI. Wajar sih, biaya di UI hampir nggak beda jauh kayak PTS. Terakhir ke UI, gw lebih melihat kampus ini nggak cocok banget buat orang miskin, tapi lebih cocok buat kaum the have atawa borjuis.

Kampus yang dulu penuh dengan pohon yang rindang, hampir sebagian besar mahasiswa yang jalan kaki melewati pepohonan karet, eh sekarang justru sebaliknya. Parkir mobil diperbanyak, karena jumlah mahasiwa kaya semakin banyak. Kalo gw ke UI sekarang, kayak nggak ke “rumah” gw yang dahulu kala. Terlalu asing. Nilai kampus perjuangannya udah nggak terasa. Sekarang ini lebih cocok kalo disebut sebagai kampus the have. Buat mereka yang miskin, better nggak usah kuliah, deh! Nikmati aja hidup ini dengan penuh kesabaran.

Anyway, kritik BEM tadi langsung ditanggapi oleh Rektor UI Gumilar Rusliwa Soemantri. Menurutnya (Kompas, Sabtu 22/8/09), dari sekitar 40.000 mahasiswa UI, sekitar 40% mendapat beasiswa dan keringanan membayar biaya pendidikan. Kontribusi program Strata 1 terhadap penyelenggaraan pendidikan sangat kecil, sehingga UI melakukan subsidi silang.

Gumilar menambahkan, kebijakan BOP dengan rentang Rp 100.000 sampai Rp 7,5 juta disesuaikan dengan kemampuan orangtua mahasiswa. “Kalau semua mahasiswa minta keringanan dan cuma membayar Rp 100.000, jelas tidak mungkin,” ujarnya. Baiklah. Masalahnya sekarang, siapa yang mendapatkan Rp 100.000 dan siapa yang wajib membayar Rp Rp 7,5 jt per semester? Siapa lembaga yang mengontrol sehingga komposisinya fair enough?

Menurut buku Sekolah Bukan Pasar, yang sering muncul ke permukaan, banyak kasus calon mahasiswa menggugurkan niatnya masuk ke PTN terkemuka setelah dirinya dinyatakan lulus tes hanya karena tidak punya uang buat masuk PTN itu. Menyedihkan bukan?


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Monday, August 17, 2009

AGUSTUSAN DI KAMPUNG OGUT

Meski serba kekurangan, tapi tetap semangat. Itulah yang bisa gw gambarkan tiap kali perayaan ulangtahun kemerdekaan Republik Indonesia di kamung gw, Cempaka Putih Barat RT 02 RW 07, Jakarta Pusat. Kondisi ini sebenarnya merupakan cermin dari mayoritas rakyat Indonesia.

Meski sebagian orang menganggap kita sudah maju, tapi realitanya belum sepenuhnya begitu. Masih banyak rakyat kita yang belum merdeka. Mereka belum mendapat hak sepenuhnya sebagai warga negara. Hak mendapatkan pendidikan gratis. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan, dan hak-hak lain.

Lepas dari itu, warga tetap mencintai Indonesia. Warga tetap antusias menyambut HUT RI ke-64 tahun ini. Di kampung gw, semangat gotong royong, semangat buat mengikuti perlombaan begitu mengharukan. Padahal gw tahu banget, di luar dari kegembiraan ini, mereka seringkali menangisi hidup mereka sehari-hari.

Berikut ini, gw tampilkan galeri foto-foto saat perlombaan 17 Agustusan. Seru dan menegangkan. Selamat menikmati!


Lomba mengambil uang di melon. Biasanya lomba ambil uang ini menggunakan bola plastik. Tapi berhubung melon lebih mudah, maka bola plastik nggak digunakan. Baru juga diumumkan perlombaan, yang mau ikut serta banyak minta ampun, terutama laki-laki. Gokilnya, mereka langsung buka baju siap-siap bertanding. Ternyata kalo urusan duit, nggak cuma orangtua yang "hijau" matanya, anak-anak juga!






Sama-sama memperhatikan juri menghitung jumlah belut. Emang ngapain menghitung belut? Dalam rangka lomba memasukkan belut ke dalam botol kalee!






Lomba memasukkan paku ke dalam botol.






Ada juga ibu yang protes sama MC-nya gara-gara anaknya nggak menang. Tapi dasar MC, diprotes begitu, doi tetap berkoar-koar. Yang ada seluruh warga ketawa terpingkal-pingkal. Katanya MC: "Kalo mo protes ke Pak RT aja atau Pak Lurah, jangan ke gw!"




Penonton "VVIP" duduk di tembok rumah tetangga.


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Monday, August 3, 2009

BEDA TOKO, BEDA HARGA

Dalam rubrik Redaksi YTH di Kompas, Sabtu, 1 Agustus 2009, Gustinus Bayuaji mengeluh soal harga yang ada di Carrefour. Dalam keluhan berjudul Harga Carrefour Jauh Lebih Mahal, Bayuaji menceritakan sepeda lipat (seli) yang dia beli di Carrefour jauh harganya dibanding di toko sepeda di kawasan Kemang.

Di Carrefour, harga seli Rp 2.499.000, sedangkan di toko sepeda Kemang harganya Rp 1.800.000. Artinya, selisih harga di Carrefour dan di toko itu jauh sekali, yakni Rp 699.000. Gokil nggak tuh?


Ini Carrefour Cempaka Putih yang menjadi tempat belanja bulanan langganan keluarga gw. Selain nggak begitu rame yang belanja, tempatnya dekat dari rumah.

Bukan cuma selisih harga yang bikin Bayuaji mengeluh, tapi promosi Carrefour yang ternyata dianggap sebagai bentuk kebohongan publik terhadap konsumen. Masa sih? Anda tahu, promosi Carrefour adalah berjanji akan membayar selisih harga suatu barang jika harga di tempat lain lebih murah. Nah, ketika Bayuaji ingin minta selisih harga selinya itu, eh jawaban pihak Carrefour, dalam hal ini Pak Lutfi, adalah: (1) keluhan penggantian selisih harga hanya dilayani bila disampaikan pada hari yang sama pada saat belanja hari itu; (2) perbandingan selisih harga tidak dengan sembarangan toko, melainkan hanya pasar sejenis. Dalam hal ini Hero, Supeindo, dan Hypermart.


Ini foto seli yang dikomplain oleh Bayuaji yang gw potret di Carrefour, Cempaka Putih. Kebetulan kok, selinya kayak seli punya gw ya? Untung gw nggak beli seli di sembarangan toko. Ibarat kata, kalo beli obat, mbok ya beli di Apotik, jangan di toko pinggir jalan. Kalo obatnya palsu atau bajakan, komplain sama siapa hayo? Masa sama Pembajak obat?


Dalam penutup di surat itu, Bayuaji menulis: "Sekarang jelas bagi saya: harga di Carrefour jauh lebih mahal!"

Ah, seharusnya Bayuaji udah ngerti dan nggak usah komplain sama Carrefour soal selisih harga. Bukankah beda toko, beda harga? Tapi buat Carrefour, ya jargon promosinya mbok lebih diperjelas lagi kali ya? Supaya nggak disangka membohongi Customer. Gw yakin, Carrefour nggak ingin citranya ambruk cuma gara-gara seli, bukan begitu Carrefour?

all photo copyright by Brillianto K. Jaya

ITULAH KENAPA PT. KA NGGAK UNTUNG-UNTUNG....

Kalo ngeliat jumlah penumpang kereta api Jabotabek, rasa-rasanya gw yakin banget, seharusnya PT Kereta Api bisa untung. Indikatornya jelas! Penumpang yang naik kereta banyak beneeeeer! Mau yang dari Bogor ke Kota, atau sebaliknya dari Kota menuju Bogor nggak ada gerbong yang sepi sepoy. Semuanya penuh! Udah gitu, PT. KA merupakan operator satu-satunya yang mengoperasikan kereta api. Tapi kenapa PT. KA selalu rugi?

Lihatlah video berikut ini. Ini salah satu contoh penumpang-penumpang yang nggak naik dengan semestinya. Ketika berhenti di stasiun, mereka naik ke pintu yang nggak seharusnya dinaiki. Kalo penumpang yang beli karcis, pasti naiknya nggak perlu ditarik-tarik begitu, tapi cukup melangkahkan kaki dari jalur loket menuju pintu masuk kereta.



Mereka biasanya penumpang "liar". "Liar" bukan berarti binal kayak istilah "Wanita Binal". Beda! Penumpang "binal" atau "liar" adalah penumpang yang nggak membeli karcis. Ada banyak faktor yang membuat mereka nggak membeli karcis.

1. Nggak punya uang. Ini masalah klasik!
2. Malas ngantri di loket. Soalnya disiplin orang kita saat ngatri, rendah banget.
3. Ngirit uang transportasi. Kalo bisa ngirit, ngapain ngeluarin uang?
4. Kebetulan temannya petugas penjaga tiket.

Tahu nggak? Para pedagang yang biasa hadir di gerbong kereta, itu bayarnya "semau gue". Kadang bayar, kadang enggak. Kalo kebetulan ada pemeriksaan di atas gerbong, ya paling-paling ngasih uang rokok ke petugasnya. Padahal barang-barang yang dibawa itu gede-gede. Mulai dari buntelan pakaian, keranjang buah-buahan, bahkan sekali waktu gw pernah naik kereta ada pedagang yang membawa meja sepanjang dua meter. Gokil nggak tuh? Nyusahin banget sih!

Banyak tipu muslihat yang dilakukan penumpang kereta api supaya nggak bayar tiket. Ada yang nggak masuk melalui gerbang yang ada petugas tiketnya (menyusuri rel kereta api sampai ke tempat pemberhentian/ shelter); ada yang mau naik ekonomi AC yang harga tiketnya Rp 5.500, tapi bayarnya cuma tiket ekonomi biasa seharga Rp 2.000. Dengan bayar selisih Rp 3.500 berharap bisa mendapatkan kenyamanan (dingin, karena pake AC) di kereta ekonomi AC. Kalo ketahuan petugas pemeriksa karcis, pura-pura salah naik kereta. Ah, akal bulus!

Itulah kenapa PT. KA nggak untung-untung. Gw nggak tahu apakah Direksi PT. KA belum tahu apa pura-pura nggak tahu. Padahal kalo sudah tahu, segera berantas oknum-oknum yang menyebabkan kerugian miliaran rupiah dari perkeretaapian ini. Entah itu oknum petugas yang kongkalikong dengan penumpang, maupun penumpang-penumpang "liar". Oh iya, soal kongkalikong, gw pernah diceritakan oleh penumpang yang hidup-matinya naik kereta. Bahwa, dahulu sempat ada petugas yang mengumpulkan uang penumpang "liar" dengan cara menyerahkan uang ke koran yang dibawa petugas itu. Begitu selesai, petugas itu menutup koran dan pergi deh. Uang menjadi milik pribadi, bukan milik peusahaan lagi.

Perlu diketahui, kereta api ekonomi AC itu nggak boleh disusupi oleh pedagang-pedagang yang membawa dagangan ke dalam gerbong. Nyusahin penumpang lain soalnya. Tapi berkat kongkalikong petugas itu lagi yang menyebabkan para pedagang bisa masuk ke ekonomi AC. Caranya? Kasih uang rokok aja! Satu-satunya gerbong yang nggak disusupi pedagang cuma di kereta Ekspres Pakuan. Maklum, Petugasnya nggak berani, karena kereta Pakuan bisa kelihatan, karena jumlah penumpangnya sedikit. Coba kalo banyak, gw yakin tetap aja akan disusupi oleh para pedagang yang sangat mengganggu kenyamanan itu.

video copyright by Brillianto K. Jaya