Sunday, August 23, 2009

SUSAHNYA MENGATAKAN MAAF, TAPI HARUS!

Mengatakan maaf seringkali disalahartikan. Mereka yang minta maaf terlebih dahulu dianggap kalah. Looser! Apalagi kalo yang meminta maaf adalah orang yang sebenarnya tidak bersalah. Orang semacam itu -meminta maaf pada orang yang sebenarnya bersalah, tapi atas kerelaan hati tetap minta maaf- dikatakan sebagai orang bodoh. Hah?!

Itu realita yang ada di lapangan. Manusiawi, tapi jadinya stereotype. Padahal siapa pun boleh mengatakan permohonan maaf terlebih dahulu. Entah itu orang yang tak bersalah, apalagi mereka yang punya salah, harus minta maaf. Malahan mereka yang lebih dulu merendahka hati memohon maaf, meski orang yang bersalah tak kunjung minta maaf, akan mendapatkan pahala yang jauh lebih besar.

Dalam khotbah Jum’at tadi, saya diingatkan lagi oleh Ustadz. Bahwa, mereka yang dalam bulan Ramadhan ini masih menyimpan amarah, dendam, dan hal-hal negatif dalam soal hubungan, nggak akan diterima puasanya. Biar udah niat puasa, biar dalam proses puasa nggak batal, dan semua on the track, tapi kalo hal-hal tadi belum terbebas (amarah, dendam, etc), puasa kita gatot alias gagal total.


Kalo perlu cium lutut atau cium jempol kaki buat meminta maaf, barangkali gw akan lakukan. Tapi gw akan lakukan itu cuma buat Ibu seorang. Soalnya, surga ada di telapak kaki Ibu.

Menurut Ustadz di khotbah Jum’at before Ramadhan siang ini, ada tiga kelompok orang yang kudu kita minta maaf. Kelompok pertama, yakni ortu kita. Ini udah pasti lah yau! Kita kudu minta maaf, kalo perlu ampun pada ortu kita, apalagi kalo ortu kita masih hidup. Meski ortu kita banyak salah sama kita, sejelek-jeleknya mereka, kita dilahirkan di dunia ini akibat ulah mereka juga kan? Maksudnya, kita pernah merasakan kasih sayang, at least diperlakukan sebagai anak.

Kadang kita mamang kesal banget sama Bapak atau Ibu kita. Dulu minta uang jajan 100 ribu, eh cuma dikasih 50 ribu. Atau minta ASI, eh malah dikasih ASU. Wah, pokoknya bikin sakit hati banget, deh. Nah, meski kita yang sakit hati, tetap aja kita adalah anak ortu kita. Darah daging gitu. So, nggak ada salahnya kita yang terlebih dulu minta maaf.

Kelompok kedua adalah pasangan kita. Habis minta maaf ortu, kita minta maaf pasangan kita. Suami minta maaf istri, sebaliknya istri sungkem sama suami. Jangan sok merasa paling benar. Baik suami atau istri pasti punya banyak salah.

Kalo suami istri niat pengen cerai, tahan dulu jangan cerai pas Ramadhan. Maaf-maafkan aja dulu. Gugutan cerai sebaiknya disimpan aja dulu. Kalo udah keburu cerai, ya tetap minta maaf buat yang diceraikan atau si pencerai. Buat yang masih pengantin baru, sebaiknya jangan berpikir buat cerai, maaf-maafkan kesalahan masing-masing aja dulu. Ya, siapa tahu Allah akan menurunkan berkah sehingga nggak jadi cerai.

Kelompok terakhir adalah teman-teman kita. Kadangkala kita sering ngejek teman-teman kita, minta maaf pada teman yang kita ejek itu. Atau sebaliknya kita yang diejek, nggak apa-apa juga kita yang memaafkan orang yang mengejek kita. Kita akui kalo kita memang berwajah jelek, suka ngorok pada saat kerja, kabur-kaburan terus pada saat shooting, ketiak kita sering menimbulkan bau yang nggak sedap di ruang kerja, ya nggak apa-apa kita yang memaafkan teman-teman kita itu. Siapa tahu wajah kita yang jelek akan semakin jelek kalo kita berhasil melapangkan diri kita? Maksudnya, kita dapat pahala gitu, cong! Kalo wajah jelek mah memang udah dari sononya, nggak bisa diapa-apain, kecuali dioperasi usus buntu.

Meminta maaf memang relatif susah. Sekali lagi, ini manusiawi. Tapi kata Ustadz, kalo puasa di bulan Ramadhan ini mau sukses, ya nggak ada cara lain kudu memaksakan diri meminta maaf. Salah nggak salah, tetap minta maaf. Supaya hati plong kayak permen plong rasa blong (ini maksudnya apa seh?!). Seperti hari ini, saya membuka daftar orang-orang yang pernah saya benci atau orang bersalah yang belum pernah minta maaf pada saya. Saya akan samperin mereka dan ngajak berkelahi, eh maaf, maksudnya memohon maaf. Kalo nggak bisa ketemu face to face, voice to voice, atau at least via SMS. Ya, moga-moga puasa saya sukses dunia-akhirat. Amin!

photo copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: