Monday, August 3, 2009

ITULAH KENAPA PT. KA NGGAK UNTUNG-UNTUNG....

Kalo ngeliat jumlah penumpang kereta api Jabotabek, rasa-rasanya gw yakin banget, seharusnya PT Kereta Api bisa untung. Indikatornya jelas! Penumpang yang naik kereta banyak beneeeeer! Mau yang dari Bogor ke Kota, atau sebaliknya dari Kota menuju Bogor nggak ada gerbong yang sepi sepoy. Semuanya penuh! Udah gitu, PT. KA merupakan operator satu-satunya yang mengoperasikan kereta api. Tapi kenapa PT. KA selalu rugi?

Lihatlah video berikut ini. Ini salah satu contoh penumpang-penumpang yang nggak naik dengan semestinya. Ketika berhenti di stasiun, mereka naik ke pintu yang nggak seharusnya dinaiki. Kalo penumpang yang beli karcis, pasti naiknya nggak perlu ditarik-tarik begitu, tapi cukup melangkahkan kaki dari jalur loket menuju pintu masuk kereta.



Mereka biasanya penumpang "liar". "Liar" bukan berarti binal kayak istilah "Wanita Binal". Beda! Penumpang "binal" atau "liar" adalah penumpang yang nggak membeli karcis. Ada banyak faktor yang membuat mereka nggak membeli karcis.

1. Nggak punya uang. Ini masalah klasik!
2. Malas ngantri di loket. Soalnya disiplin orang kita saat ngatri, rendah banget.
3. Ngirit uang transportasi. Kalo bisa ngirit, ngapain ngeluarin uang?
4. Kebetulan temannya petugas penjaga tiket.

Tahu nggak? Para pedagang yang biasa hadir di gerbong kereta, itu bayarnya "semau gue". Kadang bayar, kadang enggak. Kalo kebetulan ada pemeriksaan di atas gerbong, ya paling-paling ngasih uang rokok ke petugasnya. Padahal barang-barang yang dibawa itu gede-gede. Mulai dari buntelan pakaian, keranjang buah-buahan, bahkan sekali waktu gw pernah naik kereta ada pedagang yang membawa meja sepanjang dua meter. Gokil nggak tuh? Nyusahin banget sih!

Banyak tipu muslihat yang dilakukan penumpang kereta api supaya nggak bayar tiket. Ada yang nggak masuk melalui gerbang yang ada petugas tiketnya (menyusuri rel kereta api sampai ke tempat pemberhentian/ shelter); ada yang mau naik ekonomi AC yang harga tiketnya Rp 5.500, tapi bayarnya cuma tiket ekonomi biasa seharga Rp 2.000. Dengan bayar selisih Rp 3.500 berharap bisa mendapatkan kenyamanan (dingin, karena pake AC) di kereta ekonomi AC. Kalo ketahuan petugas pemeriksa karcis, pura-pura salah naik kereta. Ah, akal bulus!

Itulah kenapa PT. KA nggak untung-untung. Gw nggak tahu apakah Direksi PT. KA belum tahu apa pura-pura nggak tahu. Padahal kalo sudah tahu, segera berantas oknum-oknum yang menyebabkan kerugian miliaran rupiah dari perkeretaapian ini. Entah itu oknum petugas yang kongkalikong dengan penumpang, maupun penumpang-penumpang "liar". Oh iya, soal kongkalikong, gw pernah diceritakan oleh penumpang yang hidup-matinya naik kereta. Bahwa, dahulu sempat ada petugas yang mengumpulkan uang penumpang "liar" dengan cara menyerahkan uang ke koran yang dibawa petugas itu. Begitu selesai, petugas itu menutup koran dan pergi deh. Uang menjadi milik pribadi, bukan milik peusahaan lagi.

Perlu diketahui, kereta api ekonomi AC itu nggak boleh disusupi oleh pedagang-pedagang yang membawa dagangan ke dalam gerbong. Nyusahin penumpang lain soalnya. Tapi berkat kongkalikong petugas itu lagi yang menyebabkan para pedagang bisa masuk ke ekonomi AC. Caranya? Kasih uang rokok aja! Satu-satunya gerbong yang nggak disusupi pedagang cuma di kereta Ekspres Pakuan. Maklum, Petugasnya nggak berani, karena kereta Pakuan bisa kelihatan, karena jumlah penumpangnya sedikit. Coba kalo banyak, gw yakin tetap aja akan disusupi oleh para pedagang yang sangat mengganggu kenyamanan itu.

video copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: