Sunday, November 4, 2012

Meski Kontroversi, KPI Tetap Gelar Workshop P3SPS untuk Praktisi Televisi

Tak banyak pemangku kepentingan di stasiun televisi yang mengetahui isi dalam buku Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Padahal buku yang menjadi pedoman pada pemangku kepentingan di televisi nasional ini sudah disahkan lama.

Bloggers, P3SPS ini terdiri beberapa Bab, dimana Bab tersebut seluruhnya berisi mengenai aturan dalam membuat program televisi. Ada Bab mengenai perlindungan terhadap orang atau masyarakat tertentu, sebagaimana terdapat di Bab XI Pasal 17.

“(1) Program siaran dilarang menampilkan muatan yang melecehkan orang dan/ atau kelompok masyarakat tertentu; (2) Orang dan/ atau kelompok masyarakat tertentu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) antara lain, tetapi tidak terbatas: a. pekerja tertentu, seperti: pekerja rumah tangga, hansip, pesuruh kantor, pedagang kaki lima, satpam; b. orang dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu; c. lanjut usia, janda, duda; d. orang dengan kondisi fisik tertentu, seperti gemuk, ceking, cebol, bibir sumbing, hidung pesek, memiliki gigi tonggos, mata juling; e. tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, tunagrahita, autis; f. pengidap penyakit tertentu, seperti: HIV/ AIDS, kusta, epilipsi, Alzheimer, latah; dan/ atau; g. orang dengan masalah kejiwaan.”

Jika Bloggers melihat Bab XI Pasal 17 di atas, sangat jelas dan detail P3SPS itu. Namun, pelarangan yang terkandung di Pasal ini selama ini tidak sesuai dengan fakta dalam televisi nasional. Mayoritas televisi hiburan –yang banyak menampilkan program sinetron atau komedi- boleh jadi telah melanggar aturan yang ada di Pasal 17 ini.

Yang Bloggers baca baru satu Bab dan satu Pasal. Belum Bab-Bab maupun Pasal-Pasal lain yang sesungguhnya sangat ‘menyiksa’ pemangku kepentingan di stasiun televisi. Mari kita perhatikan lagi Bab XIII, yakni Bab mengenai pelarangan dan pembatasan kekesaran, Pasal 23.

Program siaran yang memuat adegan kekerasan dilaran: a. menampilkan secara detail peristiwa kekerasan, seperti: tawuran, pengeroyokan, penyiksaan, peran, penusukan, penyembelihan, mutilasi, terorisme, pengrusakan barang-barang secara kasar atau ganas, pembacokan, penembakan, dan/ atau bunuh diri; b. menampilkan manusia atau bagian tubuh yang berdarah-darah, terpotong-potong dan/ atau kondisi yang mengenaskan akibat dari peristiwa kekerasan; c. menampilkan peristiwa dan tindakan sadis terhadap manusia; d. menampilkan peristiwa dan tindakan sadis terhadap hewan, dan/ atau; e. menampilkan adegan memakan hewan dengan cara tidak lazim.”

Apakah Bloggers pernah melihat berita-berita di televisi nasional, dimana gambarnya tidak menampilkan sesuai perintah Bab XIII Pasal 23 di atas itu, terutama poin a? Pasti Kompasianers selalu melihat berita tawuran dengan gambar yang menampilkan peristiwa pada saat mereka melakukan kekerasan. Tawuran pelajar, misalnya. Footage (visualnya) sekolah A melempar batu ke sekolah B. Atau sekolah C mengejar para pelajar sekolah D dengan menggunakan bambu, bahkan golok. Footage berita terkadang memperlihatkan ada korban tawuran berdarah-darah yang terkena lemparan batu atau tewas di jalan dengan berdarah-darah. Namun, apakah stasiun televisi tidak boleh menampilkan fakta dengan footage seperti itu?

P3SPSI ini bisa jadi jebakan. Kita beberapa kali ditegur KPI, dimana mereka selalu mengaitkan dengan P3SPSI,” ujar salah seorang praktisi televisi yang tidak mau disebutkan namanya. “Di satu kasus mereka tegas, tetapi di kasus lain mereka membiarkan (ada program yang melanggar aturan-pen).”

Bloggers, P3SPS KPI tahun 2012 ini memang kontroversial. Betapa tidak, ketika sudah disahkan, sejumlah lembaga penyiaran swasta berniat mengajukan gugatan, baik ke Mahkamah Agung (MA) atau Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Menurut Arya M Sinulingga, Head of Corporate Secretary MNC Media, yang penulis kutip dari situs Okezone.com, ada tiga hal pokok yang membuat para stakeholder lembaga penyiaran swasta merasa keberatan. Pertama, P3SPS dinilai melanggar Undang-undang karena pembahasannya tidak melibatkan para pemangku kebijakan. Kedua, inti dari aturan-aturan dalam P3SPS dinilai melebihi kewenangan KPI. Ketiga, banyak aturan yang dinilai tumpang tindih dengan aturan lainnya, seperti UU Pers Nomor 40/1999 dan Kode Etik Jurnalistik.

P3SPS bisa membuat industri penyiaran terbunuh. Selain itu juga berpotensi menghalangi kebebasan pers,” ujar Arya.

Tak beda dengan Arya, Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Erick Thohir juga menyesalkan keluarnya P3PSP. Kata Erick, KPI belum melibatkan asosiasi ketika membahas aturan tersebut dan cenderung tumpang tindih dengan aturan lain. "Kami setuju diawasi tapi jangan industrinya dibunuh," kata pemilik sahan tvOne ini.

Meski masih tetap kontroversi di kalangan praktisi televisi, beberapa waktu ini KPI Pusat menggelar kegiatan workshop dan sosialisasi P3SPS KPI tahun 2012 di sejumlah stasiun televisi. Rencananya, dalam setiap akhir pekan, KPI Pusat akan mengadakan workshop P3SPS untuk 11 stasiun televisi di Jakarta secara bergantian. Kegiatan workshop pertama dimulai Global TV dan berlangsung di kantor KPI Pusat, Sabtu, 13 Oktober 2012 lalu, dengan dihadiri oleh Wakil Ketua KPI Pusat, Ezki Suryanto.

Menurut Ezki, praktisi televisi wajib mengetahui setiap aturan yang berhubungan dengan pekerjaannya dalam hal P3SPS KPI. Ia juga meminta perhatian para peserta untuk lebih jeli dan teliti pada setiap program acara yang akan ditayangkan. Seperti soal ciuman. Menurutnya, tayangan ciuman ini bisa menjadi masalah besar bagi anak-anak. Sebab, anak-anak yang menonton adegan ciuman akan menganggap sebuah hal yang biasa, jika si anak dicium oleh orang yang lebih tua darinya dan bukan muhrim.

Adegan ciuman, baik sedetik, setengah detik bahkan sampai tiga detik, tidak boleh ditayangkan untuk jam berapa pun,” kata Ezki.

Tentang ciuman dan larangan adegan seks banyak diatur dalam Bab XII di P3SPS ini. Memang, buat pemangku kepentingan, P3SPS ini seperti ‘membunuh’ program televisi (bukan membunuh televisi). Namun, sesungguhnya apa yang dilakukan KPI melakukan pembatasan patut dicungkan jempol, asal konsisten. Sebab, Indonesia bukan Negara liberal. 

Profil Picture dan Status Terakhir di BB Remy Soetansyah

Ajal Tidak Akan Menunggu Tobatmu

Itulah tulisan yang ada di profil picture terakhir rekan saya, almarhum Remy Soetansyah. Bang Remy -begitu saya dan beberapa orang memanggilnya-, memberikan isyarat pada kami, teman-temannya untuk senantiasa bertobat. Sebab, kematian tidak pernah kita tahu. Kematian adalah rahasia Allah swt. Dan sungguh merugi ketika kita belum sempat bertobat, ajal menjemput kita. Na’udzubillahimindzalik!

Namun, Alhamdulillah almarhum Remy telah bertobat di akhir hayat. Setidaknya itu kesimpulan saya pribadi dan Insya Allah juga teman-teman lain. Kesimpulan ini saya dapat setelah saya BBM-an dengan beliau, gara-gara mempertanyakan statusnya: “Belajar sabar, ikhlas en bersyukur sll”.

Sekarang ini bang Remy nampak religius sekali?” tanya saya via BBM.

Yo’i

Bang Remy memang selalu mengekspesikan kata “IYA” dengan kata “YO’I”. Ini untuk menunjukan di usianya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi, ia masih tetap gaul. Dalam obrolan saya via BBM itu, ia kemudian menceritakan betapa dirinya dulu bergelimang dosa dan tak heran belakangan ia mendekatkan diri kepada Allah swt.

Bloggers, saya mengenal bang Remy relatif lama, ketika beliau masih menjadi wartawan tabloid Citra. Tabloid terbitan Gramedia Group ini berisi tentang berita-berita musik dan televisi. Soal musik, semua penyanyi maupun anak band pasti kenal nama Remy Soetansyah. Rekan saya, Naratama menulis di milisnya, “Pada masa 1990an, ada pepatah diantara kalangan artis ‘Kalau belum kenal Remy Soetansyah, jangan pernah mimpi menjadi artis musik Indonesia’”. Saya setuju!

Boleh jadi di kalangan wartawan musik, bang Remy adalah legenda. Betapa tidak, ia bukan saja dikenal sebagai wartawan musik, tetapi juga pencari bakat, kritikus musik, dan mentor dari band-band pemula. Kiprahnya di dunia tulis menulis musik, hiburan, film, dan budaya Indonesia tidak bisa dihitung.

Bukan cuma berkarya lewat tulisan, bersama Produser RCTI senior, Yogi Hartanto, dan Hans Miller, bang Remy menggagas program Infotainment pertama di Indonesia, yakni Kabar-Kabari. Setelah Kabar-Kabari, barulah muncul program-program infotaiment lain. Sampai di akhir hayatnya, (alm) Remy masih tercatat memimpin program infotainmen ini.

Bang Remy terakhir mengirim BBM ke saya saat Idul Adha kemarin. Namun setelah itu, Naratama mengirimkan kabar tentang kondisi bang Remy via milis NaratamaTV@yahoogroups pada 30 Oktober 2012.

Teman2x...
Sahabat kita, member milis ini, begawan musik infotainment senior bang Remy Soetansyah sedang terbaring tidak sadar di Rumah Sakit akibat penyakit stroke yang datang mendadak. Bang Remy, adalah salah satu tokoh TV Infotainmen Indonesia, beliau adalah salah seorang penggagas dan produser program infotainment pertama di Indonesia, yaitu Kabar Kabari, di RCTI. Bang Remy dikenal sangat dekat dengan karir sejumlah musisi besar seperti Nicky Astria, Atiek CB dan (alm) Harry Roesli. 

Mari kita sama-sama mendoakan agar diberikan kesembuhan dan dikuatkan dari cobaan ini... Aaaammiiin... 

Terus berjuang Bang...
Salam Naratama

Seorang anggota milis pemilik akun documenter_heroik@yahoo.co.id kemudian meng-update kondisi bang Remy dengan mengirimkan foto pada Rabu, 31 Oktober 2012 pukul 01:00 wib, yang ia abadikan pada hari sebelumnya, yakni Selasa, 30 Oktober 2012. Foto tersebut menunjukan kondisi terakhir bang Remy di ICU Rumah Sakit Umum Pertamina Pusat (RSPP), Jakarta. Menurut istri almarhum, Ayum Sambuniatri, bang Remy terkena stroke pada Senin (29/10/2012) di tempat bekerjanya, PT Shandika Widya Cinema (PH yang memproduksi program Kabar-Kabari), di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam keadaan tak sadar, ia langsung dibawa ke RSPP. Itu merupakan stroke kedua yang dialaminya. Stoke pertama terjadi sekitar lima tahun lalu.

Bloggers, Allah swt berkehendak lain. Tepat pada pukul 18:48 WIB, bang Remy yang bernama asli Koernia Rusmir ini meninggal dunia di RSPP. Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun. Allah swt pasti menerima segala kebaikan yang telah bang Remy lakukan. Terlebih lagi, di ujung harinya, teman dan mentor saya ini telah dekat pada Allah swt dan menjalankan perintah dan menjauhkan larangan-Nya.

Selamat jalan bang Remy!

Friday, October 12, 2012

Sutradara Indonesia Memfilmkan Novel Stephen King

Adalah Marky Jahjali. Sutradara lulusan Fakultas Seni Rupa Insititut Teknologi Bandung (FSDITB) ini berhasil memikat hati penulis novel kelas dunia, Stephen King. Siapa yang tak kenal penulis novel kelahiran 21 September 1947 ini?

Dua dari lima orang yang pegang novel di public places pegang buku King. Pria yang biasa menulis kisah horor, fiksi ilmiah, dan suspen ini merupakan seorang penulis paling populer di dunia setelah JK Rowling. King mendapat julukan American Literary McDonald. Saking laku hasil karyanya itu, novelnya telah menjadi bagian budaya Amrika. Jika King of Pop itu Michael Jackson, lalu di film Steven Spielberg, maka di novel fiksi ada King.

Gelar sebagai King of Fiction tak berlebihan. Buku-bukunya sudah terjual sebanyak 350 juta copy. Bahkan King pernah masuk ke dalam Guiness Book of Records sebagai penulis bayaran dengan kontrak termahal. Kontrak terbesarnya saat menulis buku Bag of Bones, dimana King dibayar lebih kurang Rp 130 miliyar. Tak heran oleh Majalah Forbes ia dijuluki sebagai penulis dengan pendapatan terbesar kedua setelah JK Rowling, yakni sekitar Rp 390 miliyar.

13487939511702931099

Buku-buku King paling banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa. Ia pernah mendapat penghargaan sastra tertinggi America-Medal for Distinguished Contribution to American Letters. Karakter-karakter dalam novelnya sangat kuat, sehingga berhasil memotret kehidupan Amerika.

Novel-novel yang diadaptasi sudah cukup banyak. Hebatnya, banyak yang masuk nominasi Piala Oscar, bahkan ada yang meraih Oscar. Sebut saja film Carrie. Film ini berhasil meraih Best Actress, Best Supporting Actress. Lalu film Stand by Me mendapatkan 4 nominasi Oscar; film Shawsank Mile mendapat 6 nominasi; dan film Misery meraih Oscar untuk kategori Best Actress.

Kini, Marky mendapat kepercayaan untuk memfilmkan novel King berjudul The Woman in the Room. Sebuah drama kelam tentang seorang anak, ibu, dan penyakit kanker.

“Aku suka banget dengan cerita the Woman in the Room ini,” jelas Marky memberi alasan mengapa memilih novel King itu. “Aku bisa sangat mendalami sensibilitas cerita dan karakter-karakter di novel itu, karena secara personal aku alami semua.”

Tentu saat mengangkat novel menjadi film, seorang sutrdara harus membayar hak cipta, sebagaimana sutradara-sutradara lain. Anda pasti membayangkan Marky membayar hak cipta dengan harga sangat mahal dari novel King ini. Apalagi the Woman the Room ini sebelumnya sempat hampir meraih nominasi piala Oscar di kategori Best Short Movie pada 1980-an. Film pendek itu disutradarai oleh Frank Darabont, dimana ia sempat meraih piala Oscar dari film adaptasi novel King berjudul The Shawshank Redemption dan the Green Mile.

Saya tidak membayar hak cipta sama sekali alias free!” ujar Marky. “Namun ini menjadi tantangan terberat saya.”

Apa yang membuat King membebaskan hak cipta pada Marky, boleh jadi karena ia sempat berbagi pengalaman diri dan ibunya. Pada saat mengajukan keinginan membuat film the Woman in the Room, ia  menceritakan ibunya yang memiliki penyakit kanker. “Saya mengalami secara emosional saat ibu kita tercabik-cabik dengan penyakit kanker,” ungkapnya.

Aku bikin proposal tentang ini dan dicoba dikirim,” ujar Marky mengisahkan proses permohonan ke King.

Ia kemudian mengatakan pada King, jika film the Woman in the Room tidak diputar di bioskop komersial, paling tidak bisa diputar di festival-festival internasional atau dipertunjukan publik non komersial. Marky pun menjelaskan, kisah di novel itu bisa dibuat dimana saja, dengan setting mana pun dengan latar belakang sosio kultural di Indonesia sekali pun.

Ternyata aku dapat approval!”

Bloggers, selama ini Marky dikenal sebagai sutradara dari festival film. Sejumlah penghargaan pernah ia raih. Di Jakarta International Film Festival, filmnya Kursinya sempat masuk dalam Nominated for Best Script Award; lalu di South Africa International Film Festival's Top Ten film Kursinya itu pula duduk di posisi 10; di Gannfest, film Lolonii meraih Best Picture Golden Elephant Award; di Festival Film Padjajaran 2011 film Lolonii meraih Best Script Award; film Strangers menjadi one of the 9 official selected movies from 18 countries in Asia Africa Film Festival for competition; film Lolonii dan His Chair menjadi officially selected in Asia Africa Film Festival for non competition category.

Thursday, October 11, 2012

Surat Imbauan Komisi Penyiaran Indonesia untuk Seluruh Direktur Utama TV

Sehubungan film Innocence of Moslems, pada 17 September kemarin, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengeluarkan surat yang ditujukan kepada seluruh Direktur Utama stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI. Surat bernomor 549/K/KPI/09/12 itu ditandatangi langsung Ketua KPI, Mochamad Riyanto. Ada 4 poin yang wajib ditaati oleh ke-10 televisi swasta dan juga TVRI.

1348025248818290591
 Berikut poin-poin imbauan dalam surat KPI:
1. 
 Lebih sensistif dan berhati-hati dalam pembuatan/ penayangan berita atau informasi yang berhubungan dengan film tersebut.
2. Tidak menampilkan cuplikan adegan film tersebut dan/ atau membahas topic tersebut dengan berpedoman pada Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia 2012.
3. Program siaran dilarang berisi serangan, penghinaan, dan/ atau pelecehan terhadap pandangan dan keyakinan antaragama, menghargai etika hubungan antarumat beragama, serta tidak menyajikan perbandingan antaragama.
4. Agar menjadikan P3 dan SPS KPI 2012 sebagai acuan utama dalam menayangkan program siaran.

Imbauan KPI ini tentu sangat baik untuk bisa menentramkan kemarahan umat Islam agar tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan anarkis. Meski sifatnya imbauan, namun tentu saja seluruh stasiun televisi wajib menjalankan ke-4 poin KPI tersebut di atas.

Membalas Film Ecek-Ecek "Innocence of Muslims", Film Rasulullah SAW Berbiaya 4 Trilyun Bakal Diproduksi

Noor Qatar, sebuah grup milik konglomerat asal Qatar akan melanjutkan proyek memproduksi film tentang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebagaimana penulis kutip via situs al-intima.com, kualitas film ini nantinya bakal sekelas film-film papan atas Hollywood, baik dari seni maupun gambarnya. Tentu saja jauh dibanding kualitas film Innocence of Muslims yang ecek-ecek secara artistik dan alur cerita itu.

Saat ini, film berbiaya produksi senilai 450 dollar US atau sekitar 4 triliyun perak ini sedang dalam tahap akhir penyelesaian penulisan skenario. Menurut rencana, film yang belum diberi judul ini akan menggunakan bahasa Inggris dan akan diperankan oleh para aktor muslim yang fasih berbahasa Inggris.

Tidak seperti Innocence of Muslims, film produksi Noor Qatar ini benar-benar digarap setelah mendapatkan arahan dari para ulama ternama di dunia Islam. Sebab, nantinya film ini akan ditujukan untuk semua kalangan, tak terkecuali non muslim di seluruh dunia. Tak heran jika film ini akan diterjemahkan ke dalam 6 bahasa.

Yang pasti, film produksi Noor Qatar ini tetap tidak akan menampilkan wajah Rasulullah SAW. Sebelumnya, Sutradara asal Iran, Majid Majidi juga ingin memproduksi film layar lebar tentang Rasulullah SAW. Namun keinginannya sampai saat ini terganjal dengan beberapa fatwa. Fatwa yang terbaru dikeluarkan oleh Al-Azhar adalah mengharamkan visualisasi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shahabat yang mulia.
Meski demikian, sutradara Iran yang namanya meroket setelah menyutradarai film laris Children of Heaven ini tetap ngotot akan memfilmkan Rasulullah SAW. Sebelum memfilmkan Rasulullah SAW, Majidi, sang sutradara, telah membandingkan lebih dari 200 film tentang Yesus Kristus, lebih dari 100 film tentang Nabi Musa, sedangkan tentang sejarah nabi Muhammad hanya diproduksi satu film dalam kurun 40 tahun terakhir. Selain itu, ia juga melihat stasiun televisi Al-Manar di bawah Hizbullah, boleh menyiarkan film tentang Nabi Yusuf dengan dubbing bahasa Arab selama Ramadhan lalu. Di film itu, Nabi Yusuf diperankan oleh aktor Iran Musthafa Zamani.

Hal inilah yang menuai protes dari berbagai pihak di antaranya seperti yang diberitakan koran Kuwait Al-Wathan bahwa telah ada kesepakatan di antara sumber-sumber fiqih rujukan setingkat dunia Islam tentang larangan visualisasi pribadi Rasulullah SAW, bahkan menurut undang-undang Kuwait dianggap sebagai tindak kriminal.

Kenapa Majidi ngotot dan mengabaikan seluruh undang-undang visualisasi wajah Rasulullah SAW, padahal nasibnya bisa seperti sutradara film Innocence of Muslims? Barangkali salah satunya, dialah yang ingin memerankan tokoh Rasulullah SAW di film itu.


Thursday, September 13, 2012

Putra Nababan Membawa Angin Segar di Metro TV

Cerita masuknya Putra Nababan ke Metro TV bukan isapan jempol. Pria kelahiran 30 Juli 1974 yang selama ini dikenal sebagai Anchor dan pembawa acara Seputar Indonesia di RCTI ini akan menggantikan posisi Pemimpin Redaksi Metro TV, Elman Saragih setelah Idul Fitri 1433 H ini.

Bloggers, sebetulnya Putra Nababan bukanlah orang baru di Metro TV. Ia pernah menjadi karyawan Metro TV pada medio 2001. Di`tahun itu, ia menjadi Assigment Editor dan news Anchor di acara Metro Pagi sampai dengan 2004. Setelah empat tahun bekerja, lulusan S1 Jurnalistik di Midland Lutheran College, Fremont, Nebraska, Amerika Serikat ini pindah ke RCTI dan pertama kali menjadi Deputy Chief Editor dan pembawa acara Seputar Indonesia sampai kini.

Saat ini terjadi kasak-kusuk di redaksi untuk ‘menyambut’ kehadiran Putra. Kabar yang beredar, terjadi restrukturusasi para pejabat di redaksi Metro TV. Namun, kehadiran pria ini boleh jadi menjadi ‘angin segar’ di redaksi Metro TV. Betapa tidak, meski usia masih muda, jaringannya luas. Ini dibuktikan dengan keberhasilannya mewawancarai eksklusif dengan Presiden Barack Obama pada 17 Maret 2010 di Gedung Putih. Para jurnalis lulusan RCTI sekaliber Dessy Anwar saja  tidak mampu mendapatkan wawancara eksklusif.

Monday, August 13, 2012

Setelah Olga, Giliran Wendy Cagur Memplesetkan Lagu “Rindu Muhammadku”

Belum juga sirna kasus Olga Syahputra yang melecehkan sapaan Assalamu’alaikum di acara Fesbukers (ANTV), kini giliran Wendy Cagur buat kasus. Pada program Saatnya Kita Sahur yang disiarkan langsung oleh Trans TV (24/7), pelawak ini memplesetkan lirik lagu Rindu Muhammadku dengan kata ‘sampah’.
 
Bloggers, pagi itu, Raffi Ahmad menyanyikan lagu Ampar-Ampar Pisang. Lagu itu diplesetkan oleh Wendy dengan kalimat: ‘Sampah-Sampah Pisang’. Lagu selanjutnya, Raffi menyanyikan sebait lagu Rindu Muhammadku karya Hadad Alwi: ‘Siapa yang cinta pada Nabi-nya pasti bahagia dalam hidupnya’. Oleh Wendy, lirik tersebut diplesetkan menjadi: ‘Sampah yang cinta pada Nabi-nya…”. 

Penggantian kata ‘SIAPA’ dengan ‘SAMPAH’ sepertinya biasa, wajar, dan tak masalah. Ya, namanya juga guyonan. Pasti sebagian dari Anda ada yang mengatakan hal itu. Namun tidak bagi Ahmad Faizal Iksan. Penonton Saatnya Kita Sahur menganggap, plesetan kata tersebut jelas menyinggung dirinya sebagai umat Islam. Tak heran ia melaporkan kejadian ini pada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Sebagaimana penulis kutip dalam itoday.co.id (Selasa, 24/7), dalam kanal aduan di situs resmi KPI, Ahmad Faizal Iksan meminta KPI memberikan teguran keras kepada TransTV. Menurut Ahmad, guyonan Wendy tidak pantas dan melecehkan umat Islam. “Sungguh lawakan yang sangat tidak lucu dan menyinggung umat Muslim,” tulis Ahmad Faizal Iksan.

Bloggers, laporan Ahmad tentu sangat beralasan. Jika sebagai muslim Anda berpendapat plesetan itu biasa, berarti Anda golongan SAMPAH, sebagaimana diucapkan Wendy. Atau jangan-jangan Anda memang lebih suka dimasukkan ke dalam golongan SAMPAH? Anyway, kenapa sih pelawak model Wendy ini untuk mengumpulkan duit dari Trans TV harus melakukan pelecehan? Terhadap SIAPA yang di lagu tersebut merupakan umat Rasulullah SAW pula. Astagfirullah

Film “Omar” dan Sosok Presiden RI 2014

MNC TV boleh berbangga. Televisi ini berhasil merebut hati penonton televisi nasional di Ramadhan 1433 H ini. Di antara program-program komedi yang tak memberikan pesan edukasi, film Omar yang diputar Senin-Minggu pkl 04:00 wib di MNC TV ini berhasil rating tinggi. 

Menurut AC Nielsen, rata-rata rating film Omar berkisar 2,5 dengan share 25 persen. Bahkan di weekend, film Omar sempat meraih rating di angka 4. Sekadar info, rating adalah presentase dari penonton suatu acara dibandingkan dengan total atau spesifik populasi pada waktu tertentu. Hitung-hitungannya, jumlah penonton program dikali 100 persen dibagi populasi televisi. 9 kota besar di Indonesia dengan jumlah survey ke 49,5 juta penonton televisi. Sementara share adalah persentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua channel.

Bloggers, Omar memang menjadi film yang sangat menarik. Betapa tidak, beliau adalah seorang Khalifah dimana di masa kekuasaannya Islam tumbuh dengan pesat. Melalui kepemimpinannya, ia berhasil mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia, serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Tentu sebagian dari Anda masih ingat dengan kisah Umar dan rakyat kelaparan berikut ini:

Suatu malam, Sang Khalifah menemukan sebuah gubuk kecil yang dari dalamnya nyaring terdengar suara tangis anak-anak. Umar mendekat dan memerhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu. Ia dapat melihat ada seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya.

Ibu itu kelihatan sedang memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang Ibu berkata, “Tunggulah! Sebentar lagi makanannya akan matang.”

Selagi Umar memerhatikan di luar, sang ibu terus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan sebentar lagi akan matang.

Umar menjadi penasaran. Setelah memberi salam dan meminta izin, dia memasuki gubuk itu dan bertanya kepada sang ibu, “Mengapa anak-anak Ibu tak berhenti menangis?”

“Itu karena mereka sangat lapar,” jawab si ibu.

“Mengapa tidak ibu berikan makanan yang sedang Ibu masak sedari tadi itu?”

“Tidak ada makanan. Periuk yang sedari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anak-anak. Biarlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”

“Apakah Ibu sering berbuat begini?” tanya Umar ingin tahu.

“Ya. Saya sudah tidak memiliki keluarga ataupun suami tempat saya bergantung. Saya sebatang kara,” jawab si ibu datar, berusaha menyembunyikan kepedihan hidupnya.

“Mengapa Ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah? Sehingga beliau dapat menolong Ibu beserta anak-anak Ibu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Itu akan sangat membantu kehidupan ibu dan anak-anak,” nasihat Umar.

“Khalifah telah berbuat zalim kepada saya,” jawab si ibu.

“Bagaimana Khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” sang Khalifah ingin tahu.

“Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang senasib dengan saya.”

Umar berdiri dan berkata, “Tunggu sebentar, Bu. Saya akan segera kembali!”

Pada malam yang telah larut itu, Umar segera bergegas ke Madinah, menuju Baitul Mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya. Abbas, sahabatnya membantu membawa minyak samin untuk memasak.

Maka, ketika Khalifah menyerahkan sekarung gandum yang besar kepada si ibu beserta anak-anaknya yang miskin, bukan main gembiranya mereka menerima bahan makanan dari lelaki yang tidak dikenal ini.

Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.

Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.

Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.

***

Umar bukan cuma dihormati umat Islam. Di mata pemimpin Nasrani, beliau sangat disegani. Betapa tidak, ketika pasukan Muslim yang tengah mengepung kota Yerusalem, membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi sempat ketakutan. Harap maklum, warga Kristen masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem oleh tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya. Pasukan Persia melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan tempat-tempat suci. Namun, pasukan Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu. Uskup Agung Sophronius menyerahkan kota suci itu ke khalifah Umar bin Khattab. 

Lain kisah, Umar menerima seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat ini Perjanjian Aelia (istilah lain dari Yerusalem) dirumuskan dan mencapai kata sepakat. Berdasarkan perjanjian Aelia, Umar menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah bagi yang non-Muslim. Mereka yang tidak setuju, dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda mereka dengan damai. 

Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah ‘Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi.”

Luar biasa bukan? Dalam perjanjian itu ada butir yang merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur dihapuskan begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim. Melihat sejarah tersebut, sesungguhnya ketakutan sebagian orang terhadap syariat Islam yang diterapkan di sebuah Negara, sangat tidak beralasan.

Sosok Umar yang tegas dan sangat bersahaja, memang bisa menjadi contoh tauladan kita semua, terutama untuk pemimpin di negeri ini. Saya membayangkan, andai Presiden Indonesia 2014 nanti memiliki sosok sebagaimana Umar Bin Khattab? Namun terus terang, figur-figur calon Presiden 2014 yang sudah mulai unjuk diri, belum ada yang pantas disejajarkan dengan ketauladanan Umar. Semoga Capres-Capres sempat menyaksikan film Omar dan terinspirasi untuk menjadikan gaya kepimpimpinan Umar untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.

MUI Apresiasi Program Ramadhan: Metro TV Banyak Pujian, Acara “Pesbukers” Banyak Teguran

Hasil evaluasi dari Tim Pemantau Tayangan Televisi Komisi Informasi dan Komunikasi MUI memberikan apresiasi terhadap beberapa program Ramadhan di televise. Program-program ini dianggap mengedepankan tayangan konstruktif atau membangun bagi ibadah Ramadhan.
 
Momentum Ramadhan, sebagai bulan muhasabah atau instropeksi, dan ajang latihan spiritualitas, hendaknya bisa mengetuk kesadaran dunia televisi agar ambil bagian dalam proses pembentukan anak bangsa,” kata Tim Pemantau tayangan televisi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Komisi Informasi dan Komuniasi Imam Suhardjo kepada pers di Jakarta (6/7).

Bloggers, Metro TV adalah televisi swasta yang mendapat banyak pujian. Selain program Tafsir Al Misbah yang menampilkan Quraish Shihab, beberapa program Metro TV yang mendapat pujian adalah Sukses Syariah, Cahaya Hati, dan Humor Sahur

Serial Omar yang ditayangkan di MNC TV juga mendapat pujian. Menurut MUI, film yang diproduksi oleh Televisi Qatar ini menampilkan sirah Nabi Muhammad yang dilihat dari sudut pandang Umar bin Khattab.
Ustaz Fahmi Salim, MA menambahkan, film yang melibatkan 30 ribu actor dan tim teknis dari 10 negara berbeda ini tetap memberikan keuntungan terhadap edukasi umat Islam, yakni pelurusan sejarah yang selama ini diputarbalikan oleh ajaran-ajaran Syiah.

Film ini bagus untuk meluruskan fitnah-fitnah kelompok Syiah terhadap para sahabat,” ujar Fahmi sebagaimana penulis kutip dari situs Hidayatullah (07/08).

Tambah Fahmi, serangan Syiahnisasi tidak bisa disepelekan oleh dunia Islam. Sebab, Syiahnisasi sudah masuk pada tataran akar rumput masyarakat. Doktrin-doktrin Abdullah bin saba sebagai tokoh fiktif terus disebarkan oleh Syiah.  Pencelaan terhadap sahabat-sahabat Nabi Muhammad, termasuk terhadap Umar bin Khattab dan pengkultusan terhadap Ali ra, semakin gencar dilakukan.

Karena itulah salah satu manfaat film Omar ini untuk melawan Syiahnisasi,” tambahnya.

Program Musafir dan Jazirah yang ditayangkan Trans7 juga mendapat penghargaan dari MUI. Selain memperkenalkan negara-negara yang menjadi pusat penyebaran Islam di dunia pada awal kelahirannya, program tersebut bermanfaat bagi syiar Islam dengan gambaran dakwah Islam secara damai.

Sementara itu, di Indosiar terdapat program Catatan Harian Santri, Ceria Bersama Mamah dan Xtraligi: Ngaji Seni Bareng Slank yang dinilai kreatif dan mengambil sudut pandang berbeda dari sebuah permasalahan hidup. Lalu program Radio Show Sahur yang ditayangkan di tvOne mendapat apresiasi MUI, karena dinilai menarik dan arif untuk disimak.

Bloggers, MUI juga mengapresiasi beberapa tayangan sinetron bernafaskan religi, seperti Tukang Bubur Naik The Series (RCTI). Smash Ngabuburit, Mutiara Hati, Sabarr, Para Pencari Tuhan dan Insya Allah Ada Jalan yang ditayangkan di SCTV.

Sinetron tersebut memenuhi kualifikasi tontonan sekaligus tuntunan di bulan yang penuh berkah ini,” ujar Imam.

Selain program yang dianggap mengedepankan tayangan konstruktif atau membangun bagi ibadah Ramadhan ini, Tim Pemantau Tayangan Televisi Komisi Informasi dan Komunikasi MUI masih banyak menemukan program-program Ramadan masih menonjolkan guyonan yang bersifat merendahkan. 

Tentang guyonan yang bersifat merendahkan, secara legal telah tertulis di Undang-Undang Penyiaran, UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pasal 36 ayat (6), melarang, “Memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.” Pelanggaran pasal ini diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 10 miliar (pasal 57).

Lalu juga terdapat pada Peraturan KPI Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran (SPS), Pasal 24 ayat (1), menyatakan, “Program siaran dilarang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/ mesum/cabul/vulgar, dan/atau menghina agama dan Tuhan.” Pelanggaran atas pasal ini diancam sanksi “penghentian sementara” (pasal 80), dan bila tidak patuh, dapat diancam sanksi lebih keras: denda administratif; pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu;  tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran; atau pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran (pasal 75 ayat 2).

Jika para pengelola televisi membaca Al-Qur’an, pasti mereka tahu, bahwa di surat Al Hujurat (49) ayat 11,  secara terang benderang menyebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) .. Janganlah kamu mencela diri kamu sendiri. Dan janganlah saling memanggil dengan gelar yang buruk. .. Dan barang siapa tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Selain program-program Ramadhan masih menonjolkan goyonan yang bersifat merendahkan, juga ditemukan beberapa program Ramadhan yang dialognya berorientasi kepada hal-hal berbau seks dan pornografi. “Misalnya, ditemukan juga tingkah laku yang tidak sewajarnya seperti berpelukan dengan lawan main yang bukan muhrim,” ujar Imam.

Tambah Imam, beberapa acara komedi bertema Ramadhan, peran wanita yang dimainkan oleh pria juga masih dipertontonkan. Ironisnya, kemasan ini masih jadi andalan beberapa program televisi saat sahur ataupun berbuka.

Bloggers, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sendiri selama pertengahan bulan Ramadhan telah memberikan teguran terhadap tujuh acara komedi televisi di enam stasiun TV. Nina Mutmaina Armando, Komisioner Bidang Isi Siaran KPI, mengatakan, teguran dikeluarkan karena tujuh acara itu dianggap melakukan pelanggaran berupa pelecehan seseorang atau kelompok, perlindungan anak, serta melanggar norma kesopanan dan penggolongan terhadap program siaran.

Tambah Nina, selama bulan Ramadhan ini, KPI menerima 31 pengaduan publik terkait acara khusus Ramadan. Pengaduan tahun ini terkait program-program televisi mencapai 7.147, naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya sekitar 5.000 pengaduan.

Bloggers, berikut ini sebagian acara-acara yang mendapat teguran KPI:

1.   Pada tayangan Pesbukers (Pesta Buka Bareng Selebriti) yang ditayangkan ANTV, 25 Juli 2012 , Rafi memperlihatkan contoh kecil prilaku kebebasan yang memang ingin dikampanyekan kaum liberal. Sambil bergandengan, Kristin dan Rafi berdialog, “Gimana kalo tukeran deh Hengki sama Yuni Sara, aku sama kamu, mau cobain stang tinggi”. Tanggal 26 Juli 2012 , terjadi adegan pelukan sampai jatuh berdua antara Olga dan Jesica. Adegan tersebut kemudian diteraki penonton, “Batal, batal.”, kemudian Jesica dipeluk-peluk Rafi dari belakang.

2.   Masih di tayangan Pesbukers pada 3 Agustus 2012, terjadi dialog antara Olga, Rafi (berperan sebagai Napi) dan Opie kumis (penjaga). Rafi mengatakan, “Aku nggak mau sekamar sama dia (menunjuk Olga) saya lagi tidur Pak, masa saya diisep-isep Pak, (jeda) mbun-mbun saya Pak terus digigit. Kalo sekamar lagi saya takutnya balik lagi cintanya sama dia.”

3.   Meski Humor Sahur di Metro TV dipuji, namun komedi yang ditayangkan pada 02.30 – 03.00 ini ada sedikit pelecehan yang tak terhindarkan. Pada tayangan Senin, 23 Juli 2012 misalnya. Ada perkataan kasar dan merendahkan, “Namamu seperti surga, tapi kelakuan neraka.” Ada lagi perkataan, “Ini Dajjal belum waktunya keluar,” kata salah satu pemain kepada pria berambut kribo. 

Lalu pada  Selasa, 24 Juli 2012, salah satu pembawa acara di Humor Sahur mengeluarkan kata-kata merendahkan, “Silahkan orang miskin bertanya.” Terdapat kalimat tidak pantas, “Allah menciptakan kita manusia untuk main-main, ngapain kita serius-serius.” Pada Sabtu, 28 Juli 2012, terdapat kata-kata merendahkan, “Ini dulu kafir, sekarang murtad.” Yang lain bilang,  “Ini host yang kurang kecerdasaannya.


4.  Di Trans TV pelecehan banyak terjadi, baik di program sahur Waktunya Kita Sahur (WKS) yang ditayangkan pada 02.30-04.30, maupun program menjelang buka, Ngabuburit. WKS dibintangi Jessica Iskandar, Raffi Ahmad, dan Olga Syahputra, dimana ketiganya juga tampil di Pesbukers ANTV. Sementara Ngabuburit dibintangi Budi Anduk, Okky Lukman, Ruben Onsu, dan Soimah. Materi dialog bintang-bintang itu sangat tidak mendidik. Mereka lebih banyak cemooh. Begitu pula materi pertanyaan kuis kedua acara itu yang tidak mengandung edukasi, pun materi-materi seputar Ramadhan.

5.  Opera Van Java (OVJ): Sahurnya Indonesia di Trans 7 yang dibintangi Sule, Parto, Nunung, Andre Taulaani, dan Azis Gagap juga kerap mengabaikan etika. Guyonan mereka lebih mengedepankan pelecehan fisik atau ucapan. Tayangan episode pada 4 Agustus 2012, salah satunya. Komedian Mpok Nori yang sudah lansia dibentak-bentak dan secara tiba-tiba dicium secara kasar oleh Sule. 

Saturday, July 14, 2012

NASIB PENELITI INDONESIA: SEBENARNYA KITA BISA JAUH LEBIH MAJU, TAPI...


Pada Rabu, 8 Februari 2012, situs Berita Satu sempat memberitakan Irma Isnafia Arief, peneliti, yang berhasil menemukan bakteri yang berasal dari daging sapi lokal dengan kemampuan untuk mengawetkan olahan daging. Penemuan ini merupakan penemuan pertama di dunia. Hebatnya, si peneliti asli orang Indonesia.

Bloggers, saya tidak akan membahas mengenai Irma, tetapi ingin mengambil sudut pandang lain tentang kehebatan ilmuwan Indonesia. Irma bukanlah seorang Indonesia yang baru berhasil melakukan temuan menakjubkan di luar negeri. Ada banyak Irma-Irma lain asli Indonesia yang sudah menemukan penemuan yang luar biasa.

Sejak dahulu dan sampai kini perhatian Indonesia terhadap ilmuwan dan peneliti memang minim. Mereka seolah dianak tirikan. Selain gaji kecil, fasilitas penelitian sangat terbatas. Lebih dari itu, para peneliti sangat sulit mendapatkan hak paten atas penemuan mereka. Tak heran, untuk penelitian tesebut, Irma harus menunggu negara lain untuk membantu.

Ada penerbit di Jerman yang ingin siarkan penemuan saya dengan hanya mengirim laporan penelitian ini kemudian dibayar dengan sistem royalti,” kata Irma menambahkan jika telah diterbitkan dan dikenal masyarakat dunia maka akan menaikkan nama Indonesia sebagaimana saya kutip dari situs Berita Satu (Rabu/08/02/2012). “Kami perkirakan kalau ada dananya kami bisa selesaikan dalam jangka waktu satu tahun dan akan bisa daftar paten,” harap Irma yang menambahkan Universitas Osaka di Jepang telah mengajak kerja sama pelanjutan penelitian tersebut.

Pada 24 Oktober 2011, Kompas pernah menjadikan headline masalah perhatian pemerintah Indonesia pada para peneliti. Dalam dua artikelnya, yakni Ilmuwan Indonesia Diincar dan Negeri Ini Tak Nyaman Lagi bagi PenelitiKompas menulis, bahwa sejumlah peneliti lebih suka melancong ke luar negeri untuk melakukan penelitian berdasarkan latar belakang keilmuan mereka.

Bagi mereka, luar negeri merupakan surga bagi peneliti. Apalagi mereka menawarkan gaji yang cukup besar. Malaysia, misalnya. Negara tetangga RI ini menawarkan gaji total (take home pay) 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 45 juta per bulan. Bayangkan, nilai tersebut ibarat bumi dengan langit yang diterima peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Wakil Kepala Lembaga LIPI, Endang Sukarna mengatakan, gaji plus tunjangan yang diterima seorang Profesor riset LIPI sekitar Rp 5 juta per bulan (Kompas, 24/10/2011).

Jika Malaysia menawarkan Rp 45 juta per bulan, Amerika Serikat menjanjikan gaji sekitar Rp 90 juta per bulan. Di negeri bunga Sakura Jepang, gaji yang ditawarkan ke peneliti lebih dahsyat lagi, yakni Rp 600 juta per bulan. Itulah kenapa akhirnya Jepang menjadi raksasa ekonomi dunia, yakni dengan ‘memanjakan’ peneliti untuk menemukan penemuan-penemuan baru dalam rangka mencetak produk yang akan menguasai dunia.

Bloggers, sebetulnya Indonesia bisa jauh lebih maju dari negara tetangga. Bukan omong kosong, ketika negara-negara tetangga masih terlibat konflik, Indonesia sudah menyelengarakan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) pada 1969. Sayangnya, lomba ini sekadar lomba. Tidak ada tindak lanjut setelah LKIR. Selain itu, pemerintah tidak memiliki disain besar untuk menjadikan para peneliti muda sebagai ujung tombak dalam pembangunan perekonomian negara. Tak heran, budget untuk penelitian minim, fasilitas minim, pun gaji peneliti minim. Semua serba minim.

Kini, yang terjadi, para peneliti lebih suka migrasi ke negeri lain. Apakah mereka salah? Jangan melihat dari perspektif nasionalisme. Sebab, mereka tentu punya alasan dan sebagian dari kita tahu dengan jelas alasan para peneliti itu tinggal di luar negeri. Jangan heran, jika ada peneliti Indonesia yang menjadi Profesor di Chiba University Jepang atau Profesor di Cornell University, Amerika Serikat. Tak perlu takjub, ada orang Indonesia asli yang jadi Astronom di Jepang dan Profesor Ilmu Komputer di Universitas Utrecht, Belanda.

Terakhir, fisikawan Indonesia, Suharyo Sumowidagdo, terlibat dalam penemuan partikel yang dijuluki sebagai partikel Tuhan, Higgs boson. Lembaga penelitian nuklir Eropa Conseil Europeene pour la Recherche Nucleaire atau CERN, mengumumkan penemuan Higgs boson pada 4 Juli 2012 lalu. Saat ini Haryo bekerja di laboratorium CERN di Jenewa, Swiss. Ia adalah satu dari dua fisikawan asli Indonesia yang terlibat dalam penelitian ini. Fisikawan lain adalah Rahmat Rahmat, yang bekerja dari laboratorium Fermilab di Amerika Serikat.

Seharusnya profesi peneliti menjadi salah satu penentu kemajuan suatu bangsa,” ujar Prof Dr. Wahyudin Latunreng, Ketua Dewan Juri LPIR 2011.

Friday, June 22, 2012

TINGKAT KEAMANAN KONDOM MENCEGAH HIV/ AIDS CUMA 70%

Kami tidak dapat memberitahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini untuk memakai kondom sama saja artinya dengan menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk ke lehernya.”
(M. Potts, Presiden Family Health International, salah seorang pencipta kondom)

***

Barangkali Menteri Kesehatan (Menkes) pilihan Pak Beye: Nafsiah Mboi perlu membaca banyak buku penelitian tentang kondom. Bu Menkes lupa, bahwa pada 1993, Direktur Jenderal WHO, Hiroshi Nakajima pernah mengatakan tentang efektivitas kondom yang diragukan untuk mencegah virus HIV/ AIDS. Bahkan J. Mann dari Harvard University pada 1995 mengungkapkan hasil penelitiannya yang mengungkap, tingkat keamanan kondom hanya 70 persen. Artinya, 30 persennya lagi tidak aman. 

Bloggers, setiap kondom punya serat berbentuk lubang yang besarnya 1/60 mikron (dalam keadaan tidak meregang) dan 10 kali lipat lubangnya dalam keadaan meregang. Memang, jika dimasukkan air, seakan-akan air yang dimasukkan itu tidak keluar. Namun sesungguhnya tidak, karena itu tadi, kondom (berbahan latex) memiliki pori-pori. Sementara dalam penelitian yang diungkapkan di konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) ini, virus HIV itu 1/250 mikron. Jadi seribu kali lipat lebih kecil dibanding pori-pori kondom. Jadi seandainya ada anak-anak remaja berzina menggunakan 10 lapis kondom, virus-virus HIV/ AIDS masih tetap bisa keluar dari kondom itu. Dapat diumpamakan bahwa besarnya sperma seperti ukuran jeruk Garut, sedangkan kecilnya virus HIV/AIDS seperti ukuran titik.

Tentang 30 persen tingkat kebocoran virus AIDS pada kondom ini, telah diteliti oleh Carey dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA pada 1992. Pada penelitian tersebut, ia meneliti 89 kondom yang beredar di pasaran. Ia menemukan kenyataan, virus HIV tetap dapat menembus kondom. Dari 89 kondom, ternyata 29 kondom bocor.

Dalam rubrik SuaraPublika pada 13 September 2001, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. Dadang Hawari juga pernah menulis hasil rangkuman beberapa pernyataan tentang kontroversi kondom sebagai pencegah penyebaran AIDS. Pernyataan ini berdasarkan data-data. Oleh karena itu, di akhir tulisan, Prof. Dadang menegaskan, bahwa kelompok yang menyatakan kondom 100% aman, merupakan pernyataan yang MENYESATKAN dan BOHONG.

Bukan cuma Prof. Dadang, pada 2000, Prof. Dr. Biran Affandi pernah melakukan penelitian, yang menyimpulkan, tingkat kegagalan kondom dalam Keluarga Berencana (KB) mencapai 20 persen. Sebelumnya, pada 1994, Prof. Dr. Haryono Suyono (Ketua BKKBN zaman Orde Baru) juga pernah mengeluarkan pernyataan, bahwa kondom itu dirangcang bukan untuk mencegah virus HIV/ AIDS.

Kesesatan dan kebohongan yang dilakukan Menkes dengan program kondomisasi ini juga diutarakan oleh V. Cline. Pada 1995, Profesor psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat ini mengatakan, memberi kepercayaan pada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom sangat keliru. Penyakit kondom hanya dapat mereduksi risiko penularan, tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan (transmisi) virus HIV/ AIDS.

Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/ AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan,” kata V. Cline.

Bloggers, kondomisasi cuma sebuah solusi pragmatis yang sangat menyesatkan. Kondomisasi bukan menghilangkan akar sesungguhnya, yakni seks bebas yang terjadi di kalangan remaja yang memang sangat memprihatinkan. Pada 2000, Joni Rasmanto, SKM, Mkes mengeluarkan data tentang prilaku seks bebas di kalangan remaja di Jawa Barat (Jabar) dan Bali.

Dalam penelitian, terungkap 6,9 persen remaja di Jabar usia 12-17 tahun sudah melakukan hubungan intim. Lalu di Bali, 5,1 persen remaja berusia 15-19 tahun sudah making love. Sementara angka nasional aborsi pada 2000 mencapai 1.982.880 kasus. 

Pada 2004, Synovate Research melakukan survey tentang prilaku seksual remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan dengan jumlah responden 450 orang dengan kisaran usia 15-24 tahun. Hasil penelitian yang dimunculkan di vivanews.com ini menunjukan, ada 16 % sudah melakukan hubungan seks. Tempat mereka melakukan hubungan seks favorit adalah di rumah (40 %), kos-kosan (26%), dan hotel (26 %). 

Dalam Kongres Nasional I Asosiasi Seksiologi Indonesia (Konas I ASI) di Denpasar, Bali pada Juli 2002, Hudi Winarso dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Surabaya juga mengemukakan penelitian serupa. Dari 180 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Surabaya berusia 19-23 tahun, 40% mahasiswa sudah pernah melakukan seks bebas.

Tentu, angka-angka tersebut akan terus meningkat. Namun kondomisasi bukan solusi, apalagi sejumlah penelitian tentang kondom telah membuktikan, kondom tidak efektif. Anehnya, dalam situs BKKBN (http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/referensi/media/detail/341), instansi ini masih tetap yakin kodom sebagai solusi. “Amat sulit mengubah prilaku seksual seseorang, sebagaimana orang gemar ngebut (naik motor dengan kecepatan tinggi) sulit untuk disuruh berhenti ngebut, maka mereka dianjurkan pakai helm agar bila terjadi kecelakaan tidak terlalu fatal. Upaya ini disebut harm reduction.”.

Sungguh lucu, BKKBN membuat analogi pegiat seks bebas dengan seorang pengendara motor yang gemar ngebut. Institusi ini bukan memberikan pendidikan agar tidak perlu ngebut, tetapi malah mempersilahkan tetap ngebut, tapi supaya aman pakai helm. Dan sepertinya di pernyataan tersebut, BKKBN sudah frustrasi dengan prilaku seks bebas, sehingga mereka mengatakan ‘amat sulit’. Padahal jika melihat survey yang dilakukan oleh Synovate Reseach, kita mencegah para remaja melakukan hubungan seks sebelum nikah.

Jika berkaca pada data-data sejumlah pakar kesehatan dunia, semoga Menkes insyaf serta kembali ke jalan yang benar dan melupakan program kondomisasi untuk para remaja Indonesia. Atau jangan-jangan kondomisasi ini proyek titipan, sehingga anak buah Pak Beye ini ngotot dengan kondomisasi? Sebab, di Australia ada program yang mirip dengan gagasan Menkes ini, yakni One Dollar One Condom, dimana kondom dijual bebas sebagaimana Anda ingin membeli minuman ringan di sebuah kulkas transparan. Cukup memasukkan uang recehan, pilih kondom, dan Anda pun langsung mendapatkan kondom sesuai selera Anda.

Bloggers, tulisan ini saya tutup dengan pernyataan pakar AIDS, R. Smith pada 1995, yang penulis kutip dari Republika 12 November 1995. Setelah bertahun-tahun meneliti tentang AIDS dan penggunaan kondom, lalu mengecam para penyebar free sex dengan cara menggunakan kondom, Smith menyimpulkan:

Menggunakan kondom untuk mencegah AIDS sama saja dengan mengundang kematian.”

Tuesday, June 19, 2012

PEMBAKARAN BUKU YANG MENGHINA RASULULLAH: PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA LUAR BIASA !!!

Akhirnya PT. Gramedia Pustaka Utama memusnahkan 216 eksemplar buku 5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia pada Rabu (13/6) kemarin di Bentara Budaya, Jakarta Pusat. Buku yang diterjemahkan dari karya Douglas Wilson ini telah meresahkan ummat Islam, karena sangat menghina Rasulullah SAW.

Selanjutnya ia (Muhammad) memperistri beberapa wanita lain. Ia menjadi seorang perampok dan perompak, memerintahkan penyerangan terhadap karavan-karavan Mekkah. Muhammad memerintahkan serangkaian pembunuhan demi meraih kendali atas Madinah, dan di tahun 630 M, ia menaklukkan Mekkah”. (hal 24).


Di halaman 25 alinea kedua dan ketiga, Wilson juga membuat penafsiran, bahwa agama yang dibaca Rasulullah SAW (baca: Islam), selalu ditegakkan dengan pedang.

Ulasan tentang buku 5 Kota Paling Berpengaruh tersebut pertama kali ditulis oleh Republika (8/6/20212). Hal ini kemudian mengundang reaksi keras dari masyarakat, begitu pula dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut mereka, terbitnya sebuah buku tentu sudah melewati seleksi Editor, apalagi sekelas Gramedia Pustaka Utama. Pengaduan masyarakat sampai pula ke Polda Metro Jaya.

Bloggers, Dr. Mujiburrahman pernah menulis tentang penghinaan Islam sepanjang sejarah Indonesia yang dimuat di bukunya, Mengindonesiakan Islam: Representasi dan Ideologi (Pustaka Pelajar, 2008). Yakni (1) kasus J.J. Ten Berg tahun 1931; (2) kasus Langit Makin Mendung tahun 1968; (3) dan kasus Monitor 1990.

J.J. Ten Berg, seorang Jesuit Belanda yang bekerja di Muntilan ini menulis, bahwa Nabi Muhammad seorang yang goblok yang sangat sensualitas yang punya kebiasaan tidur dengan banyak wanita tidak layak mengomentari konsep trinitas dalam agama Kristen. Di tulisan yang dimuat di jurnal ilmiyah bernama Studien pada 1931 ini, ia juga mengatakan, “Pandangan Al-Qur`an yang mengatakan Jesus tidak disalib bukanlah temuan Muhammad melainkan dicuri dari pandangan sekte dekotik kuno, ten berg juga menegaskan bahwa Al-Qur`an menurutnya adalah interpretasi terhadap Injil dengan hasil yang sangat buruk sehingga yang tersisa hanyalah cerita-cerita yang salah paham”.

Di awal Orde Baru, pada 1968 majalah kebudayaan Sastra asuhan HB. Jassin menerbitkan sebuah cerpen berjudul Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin (nama samaran). Cerpen ini diprotes kaum Muslimin. Saat itu kantor majalah Sastra sempat didatangi para demonstran. Kejaksaan Sumatra Utara memerintahkan penarikan majalah itu dari peredaran. Bahkan Menteri Agama Moh. Dahlan menuntut pimpinan majalah sastra HB. Jassin dengan tuduhan penghinaan Agama.

Perhatikan sekelumit cerpen Langit Makin Mendung berikut ini:

“…Nabi Muhammad dan Jibril menjelma menjadi sepasang burung elang dan menyaksikan langsung kehidupan cabul dikawasan Senen Jakarta.

Sepasang elang terbang di udara senja Jakarta yang berdebu menyesak dada dan hidung mereka tercium asap knalpot dari beribu mobil. Diatas Pasar Senen tercium bau timbunan sampah menggunung, busuk dan mesum. Kemesuman makin keras terbau di atas Stasiun Senen. Penuh ragu Nabi hinggap di atas gerbong-gerbong kereta daerah planet.

Pelacur-pelacur dan sundal asyik berdandan. Bedak penutup bopeng, gincu merah murahan dan pakaian pengantin bermunculan. Di bawah gerbong beberapa sundal tua mengerang-lagi palang merah-kena raja singa. Kemaluannya penuh borok, lalat-lalat pesta menghisap nanah. Senja terkapar menurun diganti malam bertebar bintang di sela-sela awan. Pemuda tanggung masuk kamar mandi berpagar sebatas dada, cuci lendir. Menyusul perempuan gemuk penuh panu di punggung, kencing dan cebok. Sekilas bau jengkol mengambang. Ketiak berkeringat amoniak, hasil main akrobat di ranjang reot…

Kasus penghinaan Rasulullah SAW adalah kasus Monitor. Tabloid terbitan Kompas-Gramedia ini mengadakan polling mengenai orang yang paling dikagumi oleh para pembacanya. Hasil polling tersebut diterbitkan pada 15 Oktober 1990 dengan judul “Kagum 5 Juta”. 

Menurut polling tersebut, Rasulullah SAW berada di urutan 11, satu tingkat di bawah Pimpinan Redaksi (Pimred) Monitor, Arswendo Atmowiloto. Begitu diterbitkan, langsung mengundang reaksi. Beberapa tokoh muslim menuntut agar Arswendo diajukan ke pengadilan. Akhirnya Arswendo memang diadili dan dijatuhi 5 tahun penjara. 

Nah, kasus buku 5 Kota Paling Berpengaruh karya Wilson bisa mengulang sejarah Indonesia yang pernah terjadi tentang pelecehan terhadap Rasulullah SAW. Namun, Alhamdulillah, Direktur Utama PT Gramedia Pustaka Utama, Wandi S. Brata mengakui kesalahan, bahwa terbitnya buku ini memang keteledoran penerbit. Buku yang mulai diedarkan pada minggu ke-2 Maret 2012 sebanyak 3.000 eksemplar ini akhirnya dibakar Rabu kemarin.

Ketua Komisi Fatwa MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan, penerbit telah merespon dengan baik laporan masyarakat, sehingga kasus ini tidak perlu lagi menjadi polemik. Meski saya belum sempat memiliki, bahkan membaca buku tersebut, namun saya patut mengacungkan two thumbs up pada PT. Gramedia Pustaka Utama atas tindakannya.

Tuesday, June 12, 2012

FILM "HAFALAN SHOLAT DELISA": MENGINGATKAN KITA KEMBALI AKAN KEKUASAAN ALLAH



Minggu, 26 Desember 2004, hari Delisa (Chantiq Schagel) mengikuti ujian hafalan sholat bersama anak-anak lain di Lhok Nga, Aceh. Setelah beberapa teman, giliran anak bungsu dari empat bersaudara putri dari Ummi Salamah (Nirina Zubir) dan Abi Usman (Reza Rahadian) ini maju di depan Ustaz Rahman (Fathir Muchtar). Ia pun memulai bacaan shalatnya.

Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamawati wal ardhla haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikin

Tiba-tiba laut Lho Nga bergelombang beser. Ombak menggulung air laut menuju darat. Atap rumah runtuh. Pohon tumbang satu per satu. Seluruh orangtua murid yang semula menyaksikan ujian dari balik jendela panik, termasuk Ummi Salamah. Sementara di dalam ruang ujian, Delisa terus mengucapkan hafalan sholatnya. Dia teringat nasehat sang ustaz, agar tetap khusyuk dalam keadaan apapun.

Inna shaalaati wanusuki wamahyaaya wamaati lillahi raabil ‘alalamiina. Laasyarikalahu wabidza lika umirtu wa anaa minal muslimin


Dengan memejamkan matanya, Delisa tak larut dalam kepanikan. Padahal, tsunami sudah membuat orang-orang kocar-kacir di ruang ujian itu. Gelombang dahsyat tsunami berkekuatan 8,9 skala richter kemudian menggulung ketiga saudara perempuannya serta ribuan warga Aceh hingga tewas. Beruntung nyawa Delisa diselamatkan oleh Prajurit Smith (Mike Lewis) dari US Army. Sayang, ia harus kehilangan kaki kanannya karena diamputasi.

Tsunami menorehkan luka yang mendalam bagi Delisa. Ayah Delisa yang sehari-harinya bekerja di kapal tanker mencoba mengobati lukanya, meski sempat kehilangan kesabaran.Alhamdulillah, lambat laun Delisa mengerti, mengapa Allah memanggil Ummi dan ketiga saudaranya: Fatimah (Ghina Salsabila), Aisyah (Reska Tania Apriadi), dan Zahra (Riska Tania Apria).

Itu tanda kita sudah naik kelas. Allah telah menguji kita dan kita berhasil melewati dengan sabar dan ikhlas,” ujar Abi Usman pada Delisa.

Itulah cuplikan film Hafalan Shalat Delisa yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Tere Liye. Film ini menarik sekali untuk ditonton, terlepas dari detail scene atau penokohan yang ada di film tersebut. Selain ceritanya begitu menyentuh, juga banyak pesan moral yang ingin dimunculkan di film garapan sutradara Sony Gaokasak ini.

Film ini mengingatkan kembali pada kita, bahwa tsunami yang terjadi di Bumi Serambi Mekkah itu adalah bukti kekuasaan Allah azza wa jalla. Seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya : “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” (QS.al-Baqarah {2}: 117).

Lewat film ini pula, kita diingatkan kembali untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi orang yang tak beriman, bencana adalah bentuk penyiksaan dan ketidakadilan Allah. Padahal bencana itu adalah ujian dan jalan mereka untuk syahid di jalan Allah. Tapi sebaliknya , bagi orang yang dimuraki Allah, maka bencana adalah azab Allah yang sangat pedih. Nauzubillahhi Minzalik.

Kepada Allah-lah tunduk dan patuh manusia di bumi, baik dengan suka maupun tidak” (Al-Imron: 83)

Janji Allah dalam surah tersebut sangat jelas menyebutkan agar manusia dapat berpikir. Semoga kita termasuk manusia yang berpikir, sehingga kita akan selamat dunia serta akhirat kelak. Dan kita selalu diberikan kesabaran, keselamatan, dan selalu dalam lindungan-Nya. Amin ya Allah.