Tuesday, June 12, 2012

FILM "HAFALAN SHOLAT DELISA": MENGINGATKAN KITA KEMBALI AKAN KEKUASAAN ALLAH



Minggu, 26 Desember 2004, hari Delisa (Chantiq Schagel) mengikuti ujian hafalan sholat bersama anak-anak lain di Lhok Nga, Aceh. Setelah beberapa teman, giliran anak bungsu dari empat bersaudara putri dari Ummi Salamah (Nirina Zubir) dan Abi Usman (Reza Rahadian) ini maju di depan Ustaz Rahman (Fathir Muchtar). Ia pun memulai bacaan shalatnya.

Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamawati wal ardhla haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikin

Tiba-tiba laut Lho Nga bergelombang beser. Ombak menggulung air laut menuju darat. Atap rumah runtuh. Pohon tumbang satu per satu. Seluruh orangtua murid yang semula menyaksikan ujian dari balik jendela panik, termasuk Ummi Salamah. Sementara di dalam ruang ujian, Delisa terus mengucapkan hafalan sholatnya. Dia teringat nasehat sang ustaz, agar tetap khusyuk dalam keadaan apapun.

Inna shaalaati wanusuki wamahyaaya wamaati lillahi raabil ‘alalamiina. Laasyarikalahu wabidza lika umirtu wa anaa minal muslimin


Dengan memejamkan matanya, Delisa tak larut dalam kepanikan. Padahal, tsunami sudah membuat orang-orang kocar-kacir di ruang ujian itu. Gelombang dahsyat tsunami berkekuatan 8,9 skala richter kemudian menggulung ketiga saudara perempuannya serta ribuan warga Aceh hingga tewas. Beruntung nyawa Delisa diselamatkan oleh Prajurit Smith (Mike Lewis) dari US Army. Sayang, ia harus kehilangan kaki kanannya karena diamputasi.

Tsunami menorehkan luka yang mendalam bagi Delisa. Ayah Delisa yang sehari-harinya bekerja di kapal tanker mencoba mengobati lukanya, meski sempat kehilangan kesabaran.Alhamdulillah, lambat laun Delisa mengerti, mengapa Allah memanggil Ummi dan ketiga saudaranya: Fatimah (Ghina Salsabila), Aisyah (Reska Tania Apriadi), dan Zahra (Riska Tania Apria).

Itu tanda kita sudah naik kelas. Allah telah menguji kita dan kita berhasil melewati dengan sabar dan ikhlas,” ujar Abi Usman pada Delisa.

Itulah cuplikan film Hafalan Shalat Delisa yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Tere Liye. Film ini menarik sekali untuk ditonton, terlepas dari detail scene atau penokohan yang ada di film tersebut. Selain ceritanya begitu menyentuh, juga banyak pesan moral yang ingin dimunculkan di film garapan sutradara Sony Gaokasak ini.

Film ini mengingatkan kembali pada kita, bahwa tsunami yang terjadi di Bumi Serambi Mekkah itu adalah bukti kekuasaan Allah azza wa jalla. Seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya : “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” (QS.al-Baqarah {2}: 117).

Lewat film ini pula, kita diingatkan kembali untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi orang yang tak beriman, bencana adalah bentuk penyiksaan dan ketidakadilan Allah. Padahal bencana itu adalah ujian dan jalan mereka untuk syahid di jalan Allah. Tapi sebaliknya , bagi orang yang dimuraki Allah, maka bencana adalah azab Allah yang sangat pedih. Nauzubillahhi Minzalik.

Kepada Allah-lah tunduk dan patuh manusia di bumi, baik dengan suka maupun tidak” (Al-Imron: 83)

Janji Allah dalam surah tersebut sangat jelas menyebutkan agar manusia dapat berpikir. Semoga kita termasuk manusia yang berpikir, sehingga kita akan selamat dunia serta akhirat kelak. Dan kita selalu diberikan kesabaran, keselamatan, dan selalu dalam lindungan-Nya. Amin ya Allah.

No comments: