Saturday, June 2, 2012

"THE MAGIC OF DREAM BOOK": KEKUATAN IMPIAN SI TUKANG PECEL LELE


Kalau Anda berpikir bahwa sesuatu itu mungkin, maka Anda benar. Kalau Anda berpikir bahwa sesuatu itu tidak mungkin, Anda juga benar.”

Kalimat yang tertulis di buku Piano di Tepi Pantai karya Jim Dornan (2006) yang terdapat di halaman 195 kembali saya baca. Pesan dari seorang multimilioner praktisi network marketing itu sangat jelas. Bahwa kekuatan pikiran mempengaruhi langkah dan tindakan kita. Dengan begitu, hasil akhirnya pasti akan terukur: sukses atau terlambat sukses.

Sengaja saya tidak menggunakan kata ‘gagal’ sebagai lawan kata ‘sukses’. Sebab, di sejumlah buku yang saya baca, kata ‘gagal’ harus dimasukkan ke dalam laci, lalu dikunci, dan dibuang ke laut. Artinya, tak ada kata ‘gagal’. Yang ada, menurut David J. Schwartz dalam buku The Magic of Thinking Big (1996), merasa gagal itu sama saja ragu akan kemampuan. Jika sudah merasa ragu, maka kekuatan pada diri kita akan menjadi negatif.

Ketika pikiran tidak percaya atau ragu, pikiran tersebut menarik ‘dalih’ untuk menyokong ketidakpercayaan tersebut. Keraguan, ketidakpercayaan, keinginan bawah sadar untuk gagal, perasaan tidak benar-benar ingin berhasil, bertanggung jawab atas sebagian besar kegagalan” (The Magic of Thinking Big, hal 8).

Berpikir ragu, maka Anda gagal.
Berpikir menang, maka Anda berhasil.

Buku The Magic of Dream Book (2012) karya Rangga Umara menstimulasi kembali impian-impian saya yang selama ini terkubur. Saya memang tidak pernah merasa gagal atau menjadi pecundang, tetapi saya sudah menjauhi semua impian saya yang pernah saya tulis di dalam dream book.

Buatlah rencana hidupmu sendiri atau selamanya jadi bagian dari rencana hidup orang lain”.

Kalimat yang ditulis Rangga di halaman 90 dan menjadi tageline dari buku terbitan Transmedia ini sungguh membuat saya tersadar. Bahwa hidup harus direncanakan dan punya tujuan. Di antara itu, dimasukkan impian-impian kita, mulai dari yang kecil sampai impian terbesar dalam hidup kita.

Impian terbesar pemilik warung Pecel Lele Lela ini adalah ingin memiliki bisnis sebagaimana Kentucky Fried Chicken (KFC) dan Starbucks. Tentu banyak yang melecehkan impian besar Rangga tersebut. Sebab, impian itu ibarat mimpi di siang bolong atau sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Namun apa yang dilakukan Rangga?

Dia berpikir (Rangga maksudnya), waktu itu lele lebih terhormat dari seekor tikus. Seorang Walk Disney bisa membuat seekor tikus yang tadinya bikin gelidan jijik bisa mendunia. Lele masih bermanfaat, bisa dimakan, jadi lele juga hasrus bisa mendunia” (hal 17).

Impian harus memiliki kendaraan. Buat Rangga, lele adalah ‘kendaraan’ untuk menjemput impian. Kepercayaan ini dikuatkan setelah melihat berbagai referensi mengenai bisnis pecel lele. “Omset usaha pecel lele SE-JABOTABEK tahun 2004 Rp 2 miliar per hari, terus ada juga di web YUK Bisnis-nya Jaya Setiabudi yang nyebut-nyebut soal pecel lele. Kadang kita suka meremehkan bisnis recehan seperti tukang nasgor, tukang bakso dan sejenisnya deh. Padahal omsetnya...widihh..... kalo ngobrol sama yang jualan warteg atau tukang nasi goreng (yang konvensional ya) pendapatan mereka lebih gede dari gaji kantoran deh” (hal 15).

Namun bukan berarti bisnis lele Rangga lancar. Di buku The Magic of Dream Book, ia menceritakan breakthrough atau titik nadir untuk makin bergerak maju. Yakni pada saat ia pulang ke rumah kontrakan, istri dan anaknya sudah tidak ada. Semua barang-barang di rumah kontrakannya diletakkan di luar. Rumah kontrakannya terkunci rapat dan dia hanya menemukan sebuah surat dari sang istri.

A’ yang punya kontrakan tadi marah-marah. Aku jadi takut, sekarang aku di rumah mamah, tadi bingung mau ngasih tau. Aa lagi banyak pikiran. Barang-barang tadi dikeluar-keluarin, barang yang penting-penting udah aku bawa. Yang sabar ya A, aku sama Razam baik-baik aja” (hal 63).

Peristiwa pengusiran dari kontrakan itu menjadi momentum bagi Rangga. Namun, ada pesan yang menurut saya juga sangat penting, yang menjadi faktor kesuksesan pengusaha berusia 32 tahun ini, yakni ada di halaman 149-155. Di kisah yang dikasih judul Tentang “Dukun” Saya, ia menceritakan resep keberhasilannya juga karena ridha orangtua.

Buat banyak orang, dukun dianggap sebagai sosok yang keramat atau orang yang bisa mempermudah kita untuk mencapai suatu tujuan dengan doa-doa atau matra-mantranya. Tapi buat saya, orangtua itulah ‘keramat’ yang sesungguhnya” (hal 150).

Kadang kita terlalu mudah berprasangka buruk sama orangtua kita. Seringkali tanpa pikir panjang, kita membantah mereka. Terus, cuma karena permasalahan yang sepela, kita jauhi mereka. Coba deh bayangin aja kalo kita digituin sama anak-anak kita nanti, apa yang bakal kita rasakan? Pasti perih, Jenderal!!!” (hal 154).

Buku ini sangat penting dan wajib Anda baca, dan nantinya akan menjadi koleksi perpustakaan pribadi Anda. Sebab, kita diingatkan kembali oleh tukang pecel lele ini akan impian kita yang selama ini sudah terkubur. Banyak kalimat-kalimat motivasi yang bisa mengobarkan semangat Anda kembali meraih impian.

Jika dalam buku Piano di Tepi Pantai, Jim Dornan mencontohkan sosok Jim Carey sebagai pengejar impian, Rangga mencontohkan sosok Bill Gates. Apa itu impian Bill Gates? “Suatu saat saya akan menghadirkan komputer di setiap meja dan setiap rumah dengan Microsoft di dalamnya” (hal 111). Pada saat itu, apa yang diimpikan Bill dianggap tidak mungkin. Namun sampai hari ini, hampir tidak ada para pengguna komputer yang tidak menggunakan Microsoft.

Jadi, pesan Mitch Sala, multimilioner network marketing, yang juga ditulis di buku The Magic of Dream Book ini, “FOCUS on your DREAMS, your SUCCESS is 100% PREDICTABLE.”


No comments: