Mendung menyelimuti sebagian besar Jakarta. Bahkan beberapa sudut kota metropolitan ini sudah terguyur hujan. Jalanan maupun aspal yang sebelumnya kering, basah tersiram air hujan. Persis kayak salah satu album Bon Jovi: Slippery When Wet. Buat sebagian daerah, hujan kecil tapi terus menerus, bisa berakibat banjir. Ya, begitulah Jakarta, kota idaman seluruh orang. Mulai dari kaum pengusaha, eksekutif muda, termasuk kaum marjinal (baca: pembokat), tumplek blek di kota ini.
Hujan tetaplah hujan. Tapi hujan bukan berarti sebuah halangan. Boleh jadi, pepatah lawas benar. Begini bunyinya, “hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri”. Eh, kayaknya bukan itu deh pepatahnya, tapi mungkin yang tepat ini: “Anjing menggonggong kafilah berlalu”. Artinya, hujan gak menghalangi teman-teman YPK buat ngumpul. Tepat di hari Sabtu, 3 November 2007 jam tujuh lalu, berlangsung acara Halal bi Halal di rumah teman kita Rimbi di kompleks IKIP, Jakarta, Rawamangun.
Sebenarnya, gak sulit menjangkau rumah yang dulu milik mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) zaman Orde Baru: Fuad Hasan ini. Namun bagi yang belum pernah datang, kondisi cuaca yang gelap gulita, hujan pula, plus lampu yang menuju ke jalan rumah tersebut agak menerawang, ya bisa dipastikan banyak yang salah masuk. Untunglah ada petunjuk via SMS: rumah depan lapangan golf dan “embel-embel” rumah eks Fuad Hasan.
Menurut undangan, acara berlangsung jam lima sore. Namun beberapa teman ada yang datang setelah magrib. Bisa dimaklumi, mungkin jam lima nanggung buat magriban dulu (maksudnya sholat, bo!). Selebihnya, ada yang datang setelah acara makan malam berlangsung. Anyway, biar telat, yang penting mereka tetap bisa hadir. Mereka yang hadir malam itu (tidak menurut abjad) Emma, Arti, Susi, Ipank “Sang Ketua YPK”, Afiah, Rizki, Novi “Ucok”, Nana, Umi, Taya, Tommy “Acing”, Dini, Dina, Oncel, Ery, Tele, Trige, Ade Riana, Kiki “Ndut”, Anto “Prodjo”, Arief, Meta, Faisal, Jambrut, Mahyuzar, Nana Fitriana, dan tentu saja sang tuan rumah Rimbi. O iya, sebelum lupa, kita kudu ngucapin thanks banget buat Rimbi yang sudah mengizinkan open house di rumahnya.
Sejak gue berada di luar rumah, sudah terdengar suara-suara gaduh, suara perempuan. Dan benar, ada sekelompok perempuan-perempuan YPK yang sudah mengerubung di depan layar televisi (bukan Gerwani, lho). Ada Novi, Afiah, Susi, Arti, Dini, Emma, dan beberapa temen lain. Mereka ngerumpiin video reuni YPK yang belum sempat mereka tonton.
“Ih, kok kepalanya jadi botak gitu ya,” komentar teman kita A. “Padahal dulu kan dia gondrong kayak vokalis Nidjie”.
“Lho, kenapa si anu badannya jadi melar gitu? Kebanyakan makan permen karet kali ya?” komentar teman kita B.
“Ih, lihat deh, si anu. Cantik banget ya dia sekarang? Pasti dia cantik gara-gara sering ke bengkel, deh,” ujar temen kita C.
Aneka komentar dan analisa menyatu, begitu melihat tampang-tampang teman kita di layar televisi. Komentar-komentar tadi baru sebagian kecil aja. Yang pasti, malam itu seru banget. Keseruan mereka mengalahkan suara gluduk, angin topan, serta letusan gunung Krakatau. Itulah yang membuat gue heran. Lho masih juga heran?
Yap! Gue heran, suara mereka gede banget ya? Menebus tembok! Padahal jarak antara teras depan rumah ke ruang keluarga rumah Rimbi, lumayan jauh, bo! Kira-kira lima meter gitu deh. Untuk menuju ruang keluarga itu pun harus melewati beberapa tembok, karena ada beberapa ruang. Yang pertama, ruang tamu. Sebelum ruang tamu, ada ruang kecil, dimana terdapat dua tempat duduk. Nah, bisa maklumin dong kenapa gue terheran-heran dengan suara para perempu YPK itu?
Agenda Halal bi Halal pertama, biasalah sambitan...eh salah ding, sambutan sang Ketua YPK Ipank. Lho, Ipank itu Ketua YPK ya? Gue baru tahu...hihihi. Dalam sambutannya, Ipank coba mem-flash back kegiatan yang sudah dilakukan oleh YPK, mulai dari bakti sosial yang berlangsung di Sekolah Darurat Kartini di kolong jembatan Ancol, sampai aktivitas main futsal di Kemang. Flash back ini dimaksudkan buat info teman-teman YPK, yang kebetulan baru pertama kali hadir di acara kumpul-kumpul YPK. Selain ngasih info itu, Ketua “Sejuta Umat” ini juga ngejabarain aktivitas yang bakal dilakukan YPK dalam waktu dekat ini, yaitu donor darah, yang Insya Allah berlangsung pada bulan Desember.
Kelar sambutan Ipank, acara makan malam pun dibuka. Perlu diketahui, acara Halal bi Halal ini gak dipungut biaya alias gretong, bo! Nah, seluruh makanan yang disajikan di meja makan malam itu, merupakan hasil bawaan teman-teman kita.
Awalnya Ade Riana ngirim SMS ke seluruh seluler teman-teman YPK, bahwa Halal bi Halal gak ditarik dana sebagaimana buka puasa. Sistem yang dianut adalah potluck. Artinya, mereka yang datang bawa makanan sendiri, yang tentu saja gak cuma buat diri sendiri, tapi buat orang lain juga, at least buat sepuluh orang lah. Itu pun gak diwajibkan setiap yang datang, kudu bawa makanan.
“Apa aja boleh kok. Pokoknya kedatangan teman-teman yang terpenting,” begitu isi SMS Ade.
Namun hasilnya, di luar dugaan. Banyak sumbangan yang dibawa teman-teman. Ada yang bawa sate, ayam kecap, bakwan kuah, kerupuk, mie goreng, martabak, cap cay, makroni skrutel, sup, asinan, soto betawi, dan daging balado. Buat desert-nya ada buah melon, semangka, soft drink, puding, dan es krim. Wow! Luar biasa, bukan?
Pujian “luar biasa” tentu gak berlebihan. Sebab, dengan penuh kesadaran, teman-teman rela “nyumbang” makanan. Bahkan mereka yang kebetulan gak bisa habir, tetap ngirim makanan, seperti Handry Satri-“agogo” dan Salsa. Thx yang friends. Tiada kesan tanpa kehadiran makanan elo. O iya, ada pula teman yang gak sempat kirim makanan, tapi tetap kirim-kiriman. Ada yang kirim salam maupun kirim wesel. Yang pasti, apapun bentuk kiriman teman-teman, panitia YPK tetap menerima dengan iklas dan lapang dada.
Selain salut soal partisipasi teman-teman dalam hal membawa makanan, gue tentu salut dengan kekompakan YPK sampai dengan halal bi halal ini. Bayangkan aja, sejak di-“launch” per Januari 2007 pas reuni, aktivitas YPK gak pernah berhenti. Mulai dari jogging jumatan, baksos, buka puasa, main futsal, halal bi halal ini, dan yang mendatang donor darah. Padahal gue tahu, teman-teman sibuk. Moga-moga kekompakan ini gak akan pernah surut (baca: anget-anget tahi ayam). Amin! Ini tentu berkat kepemimpinan Ipank yang kharismatik dan tentu saja partisipasi teman-teman yang luar biasa. Good boy!
Balik lagi ke topik makanan. Cuaca memang mendukung buat kita mengisi perut berkali-kali. Gak cukup babak satu. Tapi banyak teman-teman yang makan sampai babak perempat final alias makan berkali-kali. Ternyata teori Albert Einstain benar soal grafitasi. Jika perut keroncongan dan cuaca mendukung, akan menimbulkan daya tarik makanan buat dilahap. Teori mbah Jambrong juga tepat. Apabila ada makanan di atas meja dan kita masih lapar, gak bagus kalo dibiarkan begitu saja, wajib buat disantap.
Mahyuzar adalah salah satu penganut mbah Jambrong. Pria hitam legam plus dekil ini gak kuasa membiarkan makanan bertumpuk tanpa alasan yang jelas. Ia berkali-kali bolak balik dari tempat duduknya menuju ke meja makan. Jadi, dengan melihat kebiasaannya seperti itu, gak heran dong kalo pria lajang nan ganteng ceria ini, punya badan kekar.
“Apa kabar, Mah?” gue coba basa-basi.
“Hmmm..”
“Sekarang sibuk apa, Mah?” gue basa-basi part 2.
“Hmm..hmmmm.”
“Loe sakit gigi ya, Mah?” basa-basi part 3.
“Hmm...hmmmm...hmmmm.”
“Lebih baik sakit gigi atau sakit hati, Mah?”
“Hmm....hmmmm...hmmmm...hmmmm.”
Begitulah percakapan gue dengan Mahyuzar yang gak produktif. Tiap ditanya, jawabannya selalu “Hmmm...”. Tapi bisa dimaklumi, namanya juga lagi enjoy sama makanan. Dunia seolah hanya dia dan makanan. Yang lain...
Beda Mahyuzar, beda lagi dengan Pepi. Pria yang juga masih menganut faham lajang ini lebih suka makan dua ronde saja. Ronde pertama, makan dengan lauk sop ayam. Ronde kedua, makan dengan sate ayam. Kelihatannya dikit, tapi porsi nasinya mirip porsi kuli yang berhari-hari gak makan. Walhasil, nafasnya jadi ngos-ngosan, gara-gara kebanyakan makan. Bengeknya pun kemudian kambuh. Untunglah ada pipa oksigen anti bengek alias respirator. Kalo gak...
Teman kita yang menjadi sorotan malam itu adalah Emma. Betapa tidak, prestasi wanita single berambut panjang ini dalam menghibur teman-teman kita, bukan main luar biasa. Ibarat pelawak sejati, Emma membuat perut kita “sakit”. Celotehan-celotehan karyawan Bank UOB Buana ini, selalu saja lucu. Entah lucu atau garing dah gak jelas batasannya. Pokoknya setiap kata atau kalimat yang keluar dari mulutnya, kita bisa ketawa. Orang seperti Emma ini memang layak dilestarikan di jagat YPK ini. Gak salah kalo Nana Fitriana, yang kebetulan kerja di WWF, mencatatkan Emma sebagai endangerous species alias mahkluk yang kudu dijaga jangan sampai punah..hehehe becanda!
“Enak aje loe ye nyumpahin gue mau mati?!” kata Emma agak sewot, begitu salah seorang teman kita, nyuruh Emma minta maaf sebelum meninggal. Jokes soal “meninggal” ini bergulir gara-gara Emma punya beberapa penyakit. Nah, bener dong kalo salah satu teman kita itu nyeletuk: “Wah, lebih baik elo minta maaf deh sekarang...”
Selesai makan, masing-masing berbaur. Sebagian masih terus icip-icip menu lain, karena di meja masih banyak yang tersedia. Sementara Ade Riana memanfaatkan momentum berharga ini (baca: keadaan rileks) dengan mengingatkan soal iuran YPK. Teriakkan Ade meninggatkan kita pada seorang Kondektur Metromini yang sedang nagih ongkos pada penumpang...hihihi.
“Ayo! Ayo yang belum bayar iuran,” pacing Ade Riana.
Di tempat terpisah, Ery dan Oncel kelihatan ngobrol serius. Gak tahu ada angin atau geloduk apa, dua orang ini begitu kompak. Mungkin gara-gara Oncel ceking dan Erry punya perut aduhai. Oncel konsultasi soal perut dan Erry konsultasi soal penyakit asma. Klop, kan?! Ah, enggak kok. Mereka berdua punya ide, ingin “memberdayakan” teman-teman agar YPK sebagai komunitas alumni yang produktif. Maksudnya, teman-teman yang ada di YPK ini kan punya potensi, punya skill. Nah, sayang dong kalo dari sekumpulan potensi YPK ini gak diolah, diberdayakan. Istilah Oncel: REENGENERING!
“Kalo kita bisa kaya bersama, kenapa nggak?” kata Erry.
Ya, namanya juga ide, tentu hal tersebut menjadi masukan yang bagus buat YPK. Apalagi ide Erry dan Oncel ini luar biasa. Artinya, gak egois, tapi mereka bicara terbuka dan keuntungan ide itu akhirnya buat teman-teman bersama juga.
Sebagai Ketua, Ipank menyambut baik ide itu. Namun, ide tersebut harus dibicarakan lebih dalam lagi, tentunya dengan tim kecil. Sebab, dasar pembentukan YPK sebenarnya adalah ajang untuk silaturahmi dan sosial. Silaturahmi di sini tentu bukan sekedar hahahihi, tapi maknanya bisa luas. Silahturahmi bisa berarti membangun jaringan person to person, bisa pula saling berbagi, bisa pula (mungkin) ajang jodoh bagi yang masih single.
Sebenarnya ide reengenering ini sudah sempat dibicarakan oleh Ipank dengan Ijam, Anto, dan Pepi, jauh sebelum acara halal bi halal ini. Waktu itu, idenya membuat sebuah seminar mengenai dunia film, dimana Riri menjadi pembicaranya. Namun, sayang akibat beberapa anggota YPK terlalu sibuk dan belum ada project officer yang meng-handle, ide itu tertunda.
Kita tentu tahu, setiap organisasi butuh uang kas, seperti YPK ini. Inti dari ide yang sempat dibicarakan Ipank, Ijam, Anto, dan Pepi yang selanjutnya menjadi ide Erry dan Oncel adalah memberikan sumbangan buat kas YPK. Jadi, kalo ada uang kas, setiap melakukan kegiatan, panitia jadi gak minta-minta uang ke teman-teman. Enak kan?
Tepat jam 20.30, Ipank ngumpulin teman-teman lagi. Isu yang dibahas soal reengenering itu tadi. Dalam membahas isu ini, Ipank dibantu oleh Oncel dan Erry. Pas Oncel ngejelasin, suasana di floor khusyuk, kecuali mereka yang berada di ruang lain. Ipank gak ingin suasana halal bi halal yang sebelumnya semarak, jadi berubah serius. Gak heran, isu reengenering ini cuma sekedar diketahui teman-teman. Sisanya, nanti akan ada tim kecil yang akan membahas bagaimana sebaiknya reengenering ini diaplikasikan di YPK.
“Moga-moga dalam waktu dekat, akan ada miting yang membahas masalah reengenering ini,” ucap Ipank.
Selesai berkumpul, satu per satu teman pamit. Namun sebelumnya mereka mendapat jatah sekantong plastik berisi makanan. Biasa, ibu-ibu. Gak boleh lihat makanan sisa, langsung dibungkus. Yang selalu punya inisiatif ini Dina Subingar dan juga Ade Riana.
“Ayo mana plastiknya?”
“Elo bawa sup ya? Makaroni sekrutelnya juga ya?”
Sementara ibu-ibu pada ngebungkusin makanan, Ipank, Meta, dan Arti serius membicarakan proyek YPK selanjutnya, yaitu donor darah. Insya Allah, donor darah akan berlangsung pada tanggal 1 atau 8 Desember 2007. Mengenai tempat, kita masih mengusahakan di arena sekolah Labs School. Kenapa mengusahakan? Ya, karena masih ada beberapa hal yang kudu dibicarakan lagi dengan pihak sekolah (baca: izin).
Sebagai kordinator proyek donor darah, Meta berharap tanggal dan tempatnya gak berubah. Kita kudu dukung 100% usaha Meta buat nge-goal-in proyek sosial ini. Kita sih berharap, sebagaimana Meta, bahwa tanggal dan tempat gak berubah. Namun, kalo nantinya ada teman-teman yang punya ide buat alternatif tempat, ya monggo, lho.
Jam sudah menunjukan angka 10. Hujan sudah berhenti beberapa saat lalu. Namun udara masih sejuk, buat ukuran Jakarta yang malam pun tetap panas. Dari hujan, menyisakan embun yang menempel di kaca mobil. Satu per satu teman-teman YPK pamit. Dan pada kesempatan ini, gue juga ikutan pamit dan mewakili anggota YPK say thanks again to Rimbi atas tempatnya. Wassalam! (*)
No comments:
Post a Comment