Saturday, December 5, 2009

FILM "SANG PEMIMPI": DAN ARIEL 'PETER PAN' PUN MENEMUKAN IMPIANNYA...

Sebuah gulungan poster film seks dipasang. Ikal, Arai, dan Jimbron memandangi poster yang dipajang di bioskop di samping rumah kontrakan mereka di Magai itu. Alam pikiran ketiga sahabat ini terganggu. Di satu pihak mereka penasaran ingin menonton film dewasa, namun di pihak lain mereka takut ketahuan Kepala Sekolah mereka, Pak Mustar.

Berhari-hari poster bergambar wanita seksi berambut panjang yang memegang anjing pudel ini mengganggu pikiran mereka, terutama Ikal. Buatnya, wanita berbetis mulus yang tidak mengenakan pakaian dalam itu begitu menggoda, apalagi dalam lamunannya seolah mata wanita itu berkedip padanya.

Arai terus menerus mengganggu Ikal agar mau menonton film itu. Ikal tergoda juga dengan bujuk rayu Arai. Mereka kemudian nekad menonton. Awalnya mereka juga masih ragu boleh diizinkan oleh petugas tiket bioskop. Tetapi berkat akal bulus Jimbron, mereka bisa masuk, yakni dengan cara menutup kepala mereka dengan sarung agar wajah mereka tak terlihat.


Film Sang Pemimpi menjadi opening film 11th Jakarta International Film Festival (JiFFest)

Malang tak dapat ditolak. Ketakutan Ikal terjadi juga. Ketika film yang diputar tiba-tiba berhenti pada saat setengah diputar, tanpa mereka duga Pak Mustar masuk ke dalam bioskop. Dengan wajah kecewa, Pak Mustar yang Kepala Sekolah ini memerintahkan Ikal, Arai, dan Jimbron agar segera keluar dari bioskop.

Salah satu scene film Sang Pemimpi tersebut secara jelas menggungkapkan problematika yang terjadi dalam dunia remaja. Meski terjadi dan dialami oleh remaja asal Belitung, namun masalah yang digambarkan Riri Riza (Sutradara) juga terjadi di kalangan para remaja di kota-kota besar. Bahwa rasa penasaran terhadap apa yang belum pernah dilakukan –dalam konteks di scene tersebut, yakni menonton “film panas”-, pasti semua remaja mengalami. Ada rasa takut bersalah, tetapi juga penasaran.

Dalam sekuel novel Laskar Pelangi ini, Riri memang memotret kisah tiga sahabat yang mengejar mimpi. Sementara Ikal dan Arai bermimpi ingin pergi ke Paris, Perancis, Jimbron selalu bermimpi ingin menunggang kuda.

Tentu buat sebagian besar orang, mimpi-mimpi mereka sungguh “keterlaluan”, tak masuk akal. Sikap skeptis tersebut beralasan. Baik Ikal, Arai, maupun Jumbron adalah pemuda miskin. Dalam alam nyata, kita seringkali menemukan kondisi skeptis seperti ini. Sebuah stereotype yang sudah menjurus pada prejudice, bahwa orang miskin dilarang bermimpi. Mereka yang boleh bermimpi hanyalah orang-orang kaya.

Novel Laskar Pelangi menepis stereotype yang selama ini terjadi dalam masyarakat. Orang miskin asal Pulau Belitung juga bisa punya cerita mirip Cinderella, dimana hidup dalam dunia kemiskinan juga mampu mengejar mimpi dan kemudian berhasil. Apalagi Pak Mustar selalu memberikan semanggat pada Ikal soal mimpi-mimpinya. Ditambah lagi Arai yang selalu optimis dan tidak mudah putus asa.

Momentum mengejar impian terjadi ketika Ikal melihat ayahnya yang tetap tegar menerima raport Ikal. Padahal Ikal tahu, seharusnya ayahnya patut kecewa. Sebab, nilai-nilai di raportnya buruk, karena selama ini ia dan Arai serta Jimbron tidak fokus belajar. Sekolah bagi mereka nomor dua. Mereka lebih suka bekerja serabutan dan main.

Ikal kecewa pada dirinya yang telah mengecewakan ayahnya. Padahal ia sudah berjanji tidak akan mengecewakan ayahnya untuk yang kedua kali. Janjinya ini ia patenkan di hatinya, ketika sang ayah begitu berbesar hati menerima cobaan ketika tidak dipromosikan di kantornya di PT. Timah sampai gelombang besar yang membuat ayahnya di-PHK.

Ikal berlari menembus semak belukar hingga di jalan. Ini ia lakukan buat mengucapkan sebuah permohonan maaf pada ayahnya. Kisah haru inilah yang kemudian menjadi momentum Ikal buat menggejar impiannya dan momentum penonton untuk meneteskan air mata.


Lukman Sardi (kiri) berperan sebagai Ikal besar, sedangkan Ariel 'Peter Pan' (kanan) berperan sebagai Arai besar. Dengan impian yang kuat, mereka akhirnya berhasil menjajakan kaki di Perancis lewat beasiswa.


Film maupun novel Sang Pemimpi memang lebih banyak mengangkat kisah tentang ayah. Di pembukaan novel Andrea Hirata tertulis: “untuk ayahku Seman Said Harun. Ayah juara satu seluruh dunia”. Hal yang sama juga dilakukan oleh Riri dan Mira Lesmana, dimana pada closing film tertulis: film ini didedikasikan untuk ayah mereka.

Berbeda sekali dengan di film dan novel sebelumnya yang lebih banyak bercerita soal Ibu Muslimah, yang juga menjadi tokoh sentral. Ini pula yang oleh Riri diadaptasi dengan mengambil benang merah kisah ayahnya Ikal. Bab-bab di novel Sang Pemimpi yang tidak banyak berhubungan dengan ayah, terpaksa tidak difilmkan.

Seperti Laskar Pelangi, Riri tidak akan memasukkan semua bab yang ada di dalam novel Sang Pemimpi. Dari 18 bab di Sang Pemimpi, Riri hanya memfilmkan sekitar 10 bab. Kisah-kisah yang diadaptasi dari novel jelas kisah-kisah yang mengharukan, sehingga bisa membuat kita berlinangan air mata, dan tentu saja membuat kita tersenyum.

Kisah soal film bioskop misalnya. Di novel Sang Pemimpi ada di Bab 9, yakni Biokop (lihat hal 95-114). Sedang scene Bang Zaitun mengajarkan main gitar pada Arai diadaptasi dari Bab 14 berjudul When I Fall in Love (hal 83-205). Memang jika Anda sudah membaca novelnya, film Sang Pemimpi akan terkesan meloncat-loncat. Scene yang muncul tidak berdasarkan urutan Bab. Mohon jangan membandingkan novel dengan filmnya.

Sebagai Sutradara, Riri tidak punya kewajiban mengikuti alur sesuai Bab. Ingat! Medium film berbeda dengan novel. Dan ini yang seringkali disalahartikan oleh Penulis novel maupun Sutradara. Penulis novel selalu mewanti-wanti Sutradara agar membuat film harus sama persis dengan novel. Padahal tidak seperti itu. Beruntunglah Riri yang diberikan kebebasan penuh oleh Andrea Hirata.

Kali ini Riri tidak banyak menambah pelaku yang tidak ada di novel, sebagaimana di film Laskar Pelangi yang menambah sosok Pak Zulkarnaen dan Bakri. Namun Riri dan tentu saja Mira Lesmana sebagai Produser masih tetap mempercayai sistem bintang sebagai nilai jual sebuah film. Jika di Laskar Pelangi ada Tora Sudiro, maka di Sang Pemimpi, Riri dan Mira memasang Ariel “Peter Pan” sebagai Arai dewasa. Buat saya, kehadiran Ariel di film Sang Pemimpi bolehlah menjadi daya tarik calon penonton buat menonton. Meski begitu, tetap perlu pembuktian lebih lanjut. Sebab segmentasi penonton Sang Pemimpi sudah beda, bukan anak-anak lagi, melainkan remaja. Jadi soal bisa menandingi film Laskar Pelangi yang berhasil mencapai 4,6 juta penonton, ya perlu strategi pemasaran film ini lagi. Bukan mentang-mentang Laskar Pelangi sukses, tim sukses Sang Pemimpi tidak perlu kerja keras.

Terlepas dari soal pembuktian tadi, menurut saya kehadiran Ariel jauh lebih baik daripada hanya mengandalkan sosok Nugie yang buat saya sudah tidak happening lagi dalam dunia popularitas kaum pesohor. Baik di segmentasi AB atau CD, nama Nugie dalam bahasa televisi sudah tidak akan dapat rating. Lihat saja bandnya yang bernama Dance Company yang tidak terlalu bagus penjualan albumnya. Barangkali jika saya harus memilih, saya lebih suka memasang Coki Sitohang. Nama terakhir ini belakangan lagi naik daun. Program yang dipadunya, Take Me Out Indonesia meraih rating lebih dari 20%. Itu artinya 20% rakyat Indonesia menyaksikan program franchaise berkonsep perjodohan ini.

Anyway, film Sang Pemimpi sarat dengan pesan. Seperti pada Laskar Pelangi, Riri membalut pesan dalam rangkaian kisah. Pesan-pesan agama, budi pekerti, kegigihan, serta tampa pamrih digambarkan pada sosok Pak Harfan dan Bu Muslimah. Selain mereka, Laskar Pelangi juga memotret sosok Lintang sebagai murid yang gigih memuntut ilmu, meski dalam mencapai sekolah SDN Muhammadyiah anak pasisir yang jenius ini harus menempuh berkilo-kilo meter.

Riri punya pesan, saya pun ada. Pesan saya pada para pembaca novel, begitu Anda masuk bioskop, nikmati kisah Sang Pemimpi sebagai film, bukan sebagai novel. Pesan saya yang kedua, film ini film remaja. Jadi, pastikan Anda mendampingi anak Anda pada saat menyaksikan film Sang Pemimpi ini, terutama mereka yang masih di bawah 15 tahun. Terakhir pesan saya, hati-hati dengan mimpi Anda. Tidak perlu menjadi orang kaya terlebih dahulu untuk bermimpi. Anda yang merasa miskin pun bisa bermimpi. Sekali terucap dan gigih berjuang, Insya Allah mimpi Anda akan terwujud, sebagaimana mimpi Ikal dan Arai untuk pergi ke Perancis.

























No comments: