Monday, November 30, 2009

MENGENDALIKAN BANJIR

Sesungguhnya nggak ada yang bisa menggendalikan banjir, kecuali Tuhan. Biar manusia berbuat sesuatu untuk mencegah banjir, tetapi Tuhan tetap mentakdirkan sebuah lokasi akan terkena bajir, ya banjirlah lokasi itu.

Namun begitu, manusia nggak boleh pasrah dan putus asa. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang diberikan akal, kita tetap kudu mengantisipasi banjir. Dengan kecanggihan otak, manusia bisa mengendalikan banjir. Sayangnya otak manusia jarang digunakan secara maksimal.



Banjir sebenarnya disebabkan oleh manusia itu sendiri. Banyak hal yang bisa membuktikan itu. Dalam Opini hari Senin (30/11) ini, dibahas soal bagaimana masyarakat mengendalikan banjir. Menurut Pak Prijanto, salah satu penyebab banjir adalah prilaku warga yang kurang disiplin.

"Membuang sampah di kali jelas menjadi penyebab banjir," kata Pak Prijanto. "Padahal warga pasti sudah tahu dan kami pun banyak mengkampanyekan pelarangan membuang sampah di kali."


"Sehari kita biasa mengangkut sampah berkilo-kilo dengan menggunakan alat transportasi umum," jelas Pak Prijanto.

Mampetnya saluran di selokan juga penyebab terjadinya banjir. Saluran yang ada di pinggir jalan jarang sekali menjadi pusat perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Padahal kalo selokan-selokan itu rajin dibersihkan, maka nggak mungkin ada penumpukan sampah atau pasir.

Agar supaya selokan lancar kembali, Opini juga menghadirkan salah seorang pembersih selokan atau dikenal sebagai gorong-gorong. Nama pembersih gorong-gorong ini Rudy. Katanya, dalam 8 jam kerja sehari, ia dan teman-teman sesama pembersih gorong-gorong mendapatkan sekitar 1.000 karung. Wow?! Bayangkan kalo Pak Rudy dan teman-temannya kerja membersihkan gorong-gorong selama sebulan, maka kita akan mendapat 30 ribu karung, dengan asumsi 30 hari, Senin-Minggu, dengan jumlah karung 1.000.



Dalam sehari, Rudy dibayar Rp 50 ribu. Biasanya Rudy dan kawan-kawan kerja selama seminggu buat membersihkan satu jalur selokan, kira-kira sepanjang 1 kilometer. Jadi pendapatannya mencapai Rp 350 ribu/ minggu dengan asumsi kerjad non stop Senin-Minggu.

Selama membersihkan gorong-gorong, banyak pengalaman yang sudah Rudy dapatkan. Yang paling berkesan, ya bau gorong-gorong yang aduhai itu. Selain itu, ia pernah juga menemukan cincin dan gelang emas. Entah benar atau bohong, tetapi katanya sih begitu. Sebab, logikanya mana ada orang yang buang-buang gelang atau cicin ke gorong-gorong. Memang sih mungkin jatuh, tetapi kayak-kayaknya jarang benget, deh. Ah, anyway, Rudy ini kulitnya gosong gara-gara keseringan berpanas-panas ria di bawah sinar matahari. Bukan gara-gara telat diangkat, lho.


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: