Thursday, May 14, 2009

NOTHING MORE IMPORTANT THAN FUEL...

Tanpa kita sadari, selama masih hidup di dunia, kita ternyata selalu tergantung dengan apa yang namanya bahan bakar. Kayak-kayaknya bahan bakar menjadi sesuatu yang menentukan hidup kita. Too powerfull!

Nggak percaya?

Ketika bahan bakar naik, segala komponen rumah tangga naik pula. Mulai dari sembako yang menjadi kebutuhan primer sampai kebutuhan sekunder. Naiknya komponen rumah tangga, menyebabkan Owner sebuah perusahaan menaikkan gaji para Karyawan. Kalo si Owner nggak peduli, dijamin demonstrasi bakal terjadi. Namun kalo ada perusahaan yang nggak sanggup menaikkan gaji, terpaksa kudu me-lay off alias mem-PHK karyawannya.

Teori efek domino memang kerap terjadi dan ini salah satunya berasal dari bahan bakar. Nggak heran banyak Pengusaha yang berlomba-lomba berbisnis bahan bakar. Mereka tahu, bisnis ini nggak ada matinye!


Truk tangki bensin ini selalu jadi sasaran empuk para Maling bensin yang biasa beroperasi di jalan-jalan. Ada kalanya si Sopir kerjasama dengan Maling-Maling alias kongkalikong. Modusnya, truk jalannya perlahan-lahan, supaya si Maling bisa membuka pipa yang mengaliri bensin. Bensin itu kemudian dimasukkan ke plastik. Kalo udah sedikit penuh, plastik-plastik tersebut dipindahkan ke botol. Nah, botol-botol bensin yang biasa dijual di pingir jalan, kebanyakan berasal dari bensin-bensin colongan. Nggak semua sih!

Ada juga pencurian bukan karena kongkalikong antara Sopir truk dan Maling. Kalo yang nggak kongkalikong, itu lebih karena si Sopir takut dipalakin Preman kalo nggak ngasih jatah bensin. Daripada digebukin sekampung, mending nurut printah para Preman, deh!






Hampir sebagian besar POM bensin pakai jalur hijau atau taman. Ini yang menyebabkan jatah taman jadi berkurang gara-gara bensin. Gokil kan? Pemerintah Daerah (Pemda) nggak berani menggusur POM-POM yang antijalur hijau ini. Kenapa? Sedikitnya ada dua alasan, pertama Pemda disogok. Kedua, pemilik POM bensin itu dari kalangan Pejabat juga atau Preman. Yang paling banyak sih POM bensin milik mantan Presiden. Siapa yang berani kalo gitu?



Namanya juga persaingan, so selalu ada layanan yang beda. Kalo POM lokal lebih ngurusin soal look-nya, POM pesaing lebih ngurisin layanan mengisi angin, atau menambah air radiator, dan mengelap kaca depan. Tapi layanan ini kalo kita ngisi bensin di situ lho, cong!




Udah banyak POM bensin yang ditutup gara-gara bensin oplosan. Ini gara-gara si Pemilik POM pengen untung, sehingga mencampur bensin murni dengan air atau benda cair lainnya. Ada juga kasus, POM sengaja nggak ngepasin angka digit saat pengisian. Lagi-lagi supaya dapat untung. Lumayan kan kalo dalam 1 liter bisa nilep Rp 500 perak? Namun ini cuma terjadi kalo ngisi di POM bensin lokal. Naluri korupsi memang nggak bisa hilang. Beda kalo POM luar yang di otaknya udah ditanamkan, kalo layanan nggak bagus atau melakukan tindakan yang merugikan konsumen, POM bensinnya pasti bakal bangkrut.



Kata orang tua, kita ini negeri kaya raya. Dalam tanah kita ada banyak "harta", termasuk bahan bakar. Namun sungguh ironis kalo tiap ke POM bensin, ada tulisan: "Maaf Premium habis!" Kenapa? Ini masalah distribusi. Tapi kadangkala juga masalah duit. Kok gitu? Iya, ada permainan, dimana Konsumen sengaja dibuat "tersiksa" gara-gara nggak ada stock bensin. Padahal stock bensin bertumpuk. Kalo udah "tersiksa", maka si Pemain bisa seenaknya memainkan harga-harga di luar bensin, karena kelangkaan bensin ini. Ya begitulah kalo kita udah dirasuki setan kapitalis.


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: