Saturday, September 11, 2010

Memberi Lebih Baik Daripada Meminta



Meski sudah ada undang-undang yang melarang pemberian sumbangan kepada para pengemis di jalan raya, eksistensi pengemis tetap saja ada. Inilah realita yang terjadi di Indonesia. Mengemis bukan sekadar soal kemiskinan lagi, tetapi soal atittude si pengemis maupun si pemberi.



Pengemis merasa, mendapatkan uang yang paling mudah, ya dengan cara meminta-minta. Padahal masalah yang mereka hadapi bukan soal nggak mampu buat mencari uang, sehingga menyebabkan mereka miskin. Tetapi lebih karena mereka ingin instan mendapatkan uang atau cara cepat.

Setelah mendapatkan pengalaman mengemis, yakni dengan mendapatkan uang secara instan, mereka jadi malas lagi bekerja. Yaiyalah! Cuma dengan menadahkan tangan, wajah pura-pura dibuat susah, baju dibuat lusuh atau compang-camping, kita bisa meraih sehari at least Rp 30 ribu. Nggak heran kalo pengemis ada di mana-mana di kota metropolitan ini.



Padahal saya banyak menjumpai orang-orang miskin yang bekerja keras buat mendapatkan uang tanpa harus mengemis. Kalo pengemis beralasan, kan harus pake modal? Para pekerja miskin yang saya ceritakan ini nggak membutuhkan modal, kok! Mereka sekadar punya niat bekerja. Eh, meski sudah tahu nggak butuh modal, tetap saja kita menemui orang-orang di jalan-jalan raya, dimana mereka yang sesungguhnya masih mampu buat bekerja, dengan enak duduk-duduk di pingir jalan atau mengandalkan cacat tubuhnya, mengandalkan orang yang berbaik hati pada mereka.

Selain dari kemalasan dan ingin mendapatkan uang secara instan, faktor lain yang menjadikan pengemis sulit diberantas, karena ada mafianya. Pengemis sudah menjadi industri yang menarik buat segelintir oknum orang yang memanfaatkan orang-orang miskin yang malas buat mengemis di kota metropolitan. Gokil abis!

Soal mengemis ini, Majelis Ulama Indonesia Sumenep sudah mengeluarkan fatwa haram bagi mereka yang mengemis. Langkah MUI Sumenep ini pun mendapatkan dukungan dari MUI Pusat. Sementara soal mereka yang memberikan shadaqoh ke para pengemis, MUI mengimbau kepada kaum Muslim untuk menyampaikan infak, zakat dan shadaqoh melalui lembaga atau saluran yang sudah disediakan secara Islam.

Simak hadits berikut ini:

Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna.”(HR Tarmidzi).

Hadist tersebut menjelaskan, bahwa para pengemis yang sebetulnya masih produktif, masih sangup bekerja diharamkan mengemis. Apalagi kalo tujuan mengemis adalah memperkaya diri sebagaimana yang diungkapkan di hadist Tarmidzi berikut ini:

Siapa yg meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat dan makan batu dari neraka jahanam. Oleh karena itu, saa yg mau silakan minta sedikit dan siapa yg mau silakan minta sebanyak-banyaknya.”(HR Tarmidzi)

Meski jelas-jelas banyak pengemis di perempatan jalan, namun ada fenomena yang sebenarnya nggak jauh beda dengan aktivitas mengemis, yakni meminta sumbangan masjid di jalan raya. Bermodalkan jaring ikan, para peminta sumbangan berdiri di pinggir-pinggir jalan. Ada suara orang membacakan ayat suci Al-Qur'an yang diperdengarkan via speaker. Buat saya, ini memalukan!

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy r.a. bahwa beberapa orang dari kaum Anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW. kemudian beliau memberi mereka, kemudian mereka meminta lagi kepada Rasulullah SAW., Kemudian beiau memberi mereka lagi, kemudian mereka meminta lagi kepada Rasulullah SAW. kemudian beliau memberi mereka lagi, sehingga habislah apa yang beliau miliki, kemudian beliau bersabda: “Jika aku masih memiliki sesuatu tentu aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian. Siapa yang menghindari dari minta-minta, Allah akan memenuhi kebutuhannya, siapa yang merasa cukup dengan pemberian Allah, Allah-lah yang akan mencukupinya, siapa yang berupaya untuk bersabar, Allah akan membuatnya bersabar, dan tidak ada anugerah Allah yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih besar daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari)”

Bukan cuma berdiri di pinggir jalan, bahkan para peminta sumbangan yang katanya berasal dari masjid itu membawa kotak amal ke atas bus atau kendaraan umum lain. Di depan kotak terdapat tulisan mengenai maksud dan tujuan masjid yang diwakili oleh peminta sumbangan masjid tersebut. Ada yang berceramah terlebih dahulu sebelum berjalan melewati para penumpang bus sambil membawa kotak sumbangan. Ada pula tanpa ceramah, langsung menjulurkan kotak sumbangan ke para penumpang bus. Nggak jauh beda dengan pengemis di jalan bukan? Paling-paling yang beda, pengemis di jalan memakai pakaian compang-camping, sedang pengemis masjid memakai peci.

Demi Allah yang hidupku berada dalam genggamanNya! Seseorang yang mengambil seutas tali kemudian mencari kayu aker, lalu kayu tersebut diangkutnya diatas punggungnya, adalah lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada orang lain yang mungkin dia akan diberi atau ditolak.” (HR. Al-Bukhari).



Seharusnya kalo nggak punya dan buat bikin masjid, ya nggak usah bangun masjid, toh masjid udah banyak. Yg terpenting adalah memakmurkan masjid-masjid yang sudah ada, bukan membuat masjid baru. Aktivitas meminta sumbangan kayak begini bikin malu umat Islam.

Buat saya, seharusnya masjid nggak perlu melakukan aktivitas yang mirip kayak pengemis. Kalo nggak punya uang buat membangun masjid, ya nggak usah bangun masjid. Toh, masjid sudah banyak berdiri, ya nggak? Yang dibutuhkan adalah memakmurkan majid-masjid yang sudah ada. Berdoa dan berusaha agar bisa dapat uang dan membangun masjid. Berusaha di sini bukan dengan cara meminta-minta seperti pengemis. Kalo aktivitas tersebut masih dilakukan oleh panitia pembangunan masjid, sungguh mencoreng Islam. Orang kafir pasti akan menyebut orang Islam sebagai agama yang melegalkan pengemis, dan itu melanggar fatwa MUI yang mengharamkan menjadi pengemis. Bukankah lebih baik memberi daripada meminta?

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

3 comments:

Anonymous said...

ya udah la... rakyat kitakan aman kontrakkan disana... berdamailah..

Anonymous said...

ya udah la..berdamai aja...masih ramai warga kita kontrakan disana..

diary si tukang gowes said...

Kayaknya sih harus begitu nih bung Anonymous...