Wednesday, October 7, 2015

Buku "Teroris Visual": Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga



Peradaban sudah kian modern, bro. Ubahlah pola pikirmu atau terpaksa tertinggal. Bawa-bawa isu gender adalah senjata kuno yang sudah waktunya masuk museum..”

Kalimat tersebut menjadi penutup dari Bab II berjudul Wanita Berdaya dan Mulia di komik Teroris Visual. Kalimat tersebut diletakkan dalam sebuah visual yang terang benderang melecehkan orang Islam yang mencoba menjadi muslim yang kaffah. Karakter “orang modern” digambarkan oleh kartunis dengan pakaian rapi, berdasi, dan berambut rapi. Sementara karakter “orang (baca: muslim) kuno” digambarkan memakai peci dan berjanggut.

Bagi muslim, makna kaffah artinya masuk ke dalam segala syariat dan hukum Islam secara keseluruhan, bukan berislam sebagian dan mengambil selain syariat Islam untuk sebagian lainnya.Kalo masuk Islam cuma setengah-setengah, ini jalan yang dilakukan oleh kaum Jaringan Islam Liberal (JIL).Allah swt berfirman dalam al-Qur'an:

Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (Qs al-Baqarah [2]: 208).



Adalah komikus Aji Prasetyo yang mencoba menggiring pembaca bukunya untuk mempertanyakan mengenai peran perempuan dalam Islam. Ia mempertanyakan sikap suami yang tidak "memberdayakan" dan "memuliakan" perempuan. Menurut sang komikus, wanita yang tidak diizinkan bekerja oleh sang suami di luar rumah dianggap "tidak diberdayakan". Perempuan (komikus lebih suka menggunakan kata 'wanita') dianggap sekadar korban. Korban dari kejahatan seksual, sampai politik.

Dalam sebuah gambar masih di Bab Wanita Berdaya dan Mulia, Aji memperlihatkan seorang pria muslim menggunakan topi, pakaian muslim, (lagi-lagi) berjanggut, merasa terganggu dengan kehadiran perempuan berhijab. Sang pria berteriak, "Jangan buka aurat!". Entahlah, sang komikus tahu atau mengerti atau tidak, bahwa sang perempuan berhijab tersebut sudah menutup aurat. Di gambar ini pembaca bisa melihat kapasitas keislaman sang komikus.

Agar pembaca merasa Aji punya kapasitas keislaman yang "mumpuni", di Bab berjudul Wanita Berdaya dan Mulia ini ditampilkan hadist-hadist. Lucunya, hadist tersebut tidak mendukung ilustrasi, tetapi justru dipertanyakan oleh sang komikus. Di sinilah saya merasa Aji berusaha menggugat hadist dan perintah Allah swt yang sebetulnya wajib dijalankan muslim yang kaffah. Contoh mempertanyakan firman Allah swt dan hadist terdapat di ilustrasi seorang Kiai atau Ustadz yang sedang menjelaskan firman Allah swt di surat An-Nisa ayat 34 dan hadist H.R. Bukhari: "Tidak akan bahagia suatu kaum yang mengangkat seorang pemimpin mereka seorang perempuan".

Dan Aji pun menggugat muslim dengan memberikan kesimpulan, bahwa muslim yang kaffah selalu berpegang pada teks agama untuk memposisikan perempuan sebagai yang pasif. Sungguh liberal pemikiran komikus ini.



Pemikiran liberal Aji ini sungguh menyakitkan para muslimah. Istri saya, salah satunya. Beliau merasa mulia dengan berhenti bekerja dari perusahaan asing untuk menjadi seorang ibu bagi anak-anak kami dan full time wife. Dengan gelar sarjana yang disandangnya, istri saya merasa berdaya mendidik anak-anak kami yang akan kami persiapkan sebagai pemimpin masa depan yang memiliki ahklak mulia. Ia sangat merasa mulia dan berdaya ketika berhasil bekerjasama dengan saya mengelola keluarga.

Para pria yang tidak mengizinkan istri untuk bekerja, dianggap jadi "tidak modern". Sementara pria-pria yang membiarkan perempuan mencari nafkah, disebut sebagai "modern". Ukuran modern bagi seorang Aji seperti cuma "perempuan boleh bekerja di luar rumah", "perempuan diizinkan jadi pemimpin", maupun "perempuan tak harus menggunakan hijab". Lalu, suami, Ustadz, maupun Kiai yang berpegang pada al-Qur'an (yang menurut Aji 'berpegang pada teks agama') dianggap memposisikan perempuan sebagai pihak yang pasif. Bagi saya, kesimpulan tersebut terlalu picik.

Sebetulnya buku Teroris Visual terbitan Cendana Art Media pada Mei 2015 ini menarik. Banyak kisah yang seru. Namun, gara-gara membaca satu Bab, yakni Bab Wanita Berdaya dan Mulia, saya jadi tidak nafsu lagi dengan komik ini. Ibarat pepatah: "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Pembaca jadi bisa terhiptonis atau tergiring ke pola pikir sang komikus yang mengaku diri sebagai "teroris visual". Pengakuan "teroris visual" akhirnya jadi nyata. Melalui ilustrasi dan teks, Aji jadi berusaha menteror para pembaca untuk berpikir liberal. 

Nyatanya, bukan cuma saya yang geram dengan kelakuan Aji. Seorang Larasshita pun menuduh sang komikus telah menistakan Islam gara-gara hasil karyanya diunggah di indoprogress berjudul Berantas Pelacuran pada 11 Agustus 2014 (silahkan mampir ke link: http://indoprogress.com/2014/08/berantas-pelacuran/). Di komik ini, sang komikus meneror pembaca dengan pola pikirnya mengenai nikah siri, kawin kontrak, poligami, feminisme, maupun prostitusi.

Larasshita adalah seorang ibu muda yang berhenti dari kerja mapan demi mendampingi suami dan mendidik anak-anak. Kegeramannya ditulis di Kompasiana: http://www.kompasiana.com/larasshita/surat-terbuka-untuk-komikus-aji-prasetyo-jangan-nistakan-agama-saya_54f67911a3331198158b4d6e. Menurut perempuan ini, pengetahuan keislaman Aji sangat kurang. Ia fasih beropini melalui gambar, tetapi tidak mengerti mengenai hal-hal yang dikritik.

Kawin kontrak, misalnya. Islam tidak mengenal kawin kontrak (nikah mut'ah), karena hukumnya haram. Yang melakukan (baca: menghalalkan) kawin kontrak hanya Syiah. Dalam satu permasalahan ini saja Aji tidak mengerti. Begitu pula soal prostitusi. Sang komikus coba menjustifikasi, bahwa prostitusi sama tuanya dengan peradabaan itu sendiri. Atau dengan kata lain, prostitusi no problem. Padahal, tulis Larasshita, prostitusi tidak dibenarkan oleh agama apapun di Indonesia. Bukan hanya Islam.

"Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Huchu maupun Baha'i tidak membenarkannya bapak. Jadi jangan angkat sentimen sosial dengan sentimen beragama. Bahkan di Amerika yang katanya negara liberal dan sekuler sekalipun itu, prostistusi tetap termasuk tindak kriminal.."

 








No comments: