Saturday, September 26, 2009

KOTA KECIL AJA BISA, MASA JAKARTA NGGAK BISA?! MALU-MALUIN AJAH!!

Judul di atas buat mengejek sekaligus mengkritisi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan pemerintah pusat. Ternyata kota metropolitan sebesar Jakarta kalah canggih dengan salah satu kota di Bali, yakni Jembrana. Bukan cuma kecanggihan dalam menghilangkan angka kemiskinan dari 15,25% menjadi 8,39% cuma dalam tempo 2 tahun (2001-2003), tetapi menerapkan kebijakan good govermence dan clean govermence (baca: menghilangkan KKN di birokrasi).

Adalah Bupati Prof. DR.drg. I Gede Winarsa, yang berhasil menjadikan Jembrana maju pesat dalam hal administrasi kota. Daerah-daerah Bali lain yang lebih ngetop kayak Denpasar, Gianyar, atau Tabanan, justru kalah caggih. Jembrana meroket dari kota kecil dan miskin, menjadi kota maju.



Dahulu Jembrana adalah kota kecil dan miskin. Belakangan menjadi kota tercanggih dan sangat serius memberantas korupsi, karena pelayanan masyarakatnya sangat efektif. Jembrana menerapkan sistem sehingga sekolah benar-benar gratis dan kesehatan gratis buat seluruh warga. Angka kemiskinan pun bisa ditekan, dari 19,4% (2001) menjadi 10,9% (2003).

E-voting adalah satu keunggulan Jembrana dalam pemilihan langsung. Pemanfaatan informasi teknologi (IT) ini membuat Duta Besar (Diubes) Amerika Serikat untuk Indonesia, Ted Osius harus mengakui kehebatan Jembrana. Pasalnya, di Amerika saja masih menggunakan dua cara, yakni e-voting maupun sistem pencoblosan ala Pemilu nasional di negara kita.

“Amerika perlu 200 tahun untuk melakukan e-voting, tapi Jembrana hanya perlu sembilan tahun saja. Luar biasa. Sepertinya Amerika perlu belajar ke Jembrana,” ujar Osius.

Selain e-voting, Ted juga mengaku “kalah” dengan inovasi Jembrana mengasuransikan kesehatan seluruh penduduknya, yakni Jaminan Kesehatan Jembrana JKJ). Menurut Osius, di Amerika Serikat nggak semua penduduk menerima asuransi.

“Negara saya perlu belajar ke Jembrana,” kata pak Dubes.



Ambulan ini sangat canggih dan cuma dimiliki oleh Pemkab Jembrana. Nggak seperti ambulan yang ada di Indonesia ini, termasuk di Jakarta, ambulan milik Jembrana ini bisa sekaligus buat ruang operasi. Bukan cuma pamer kecanggihan, tetapi sistem kesehatan di Jembrana ok banget, karena seluruh warga mendapat pelayanan kesehatan gratis dengan sistem Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ).

Menurut Winarsa, ada rumus penanganan korupsi yang ia terapkan di Jembrana. Bahwa korupsi itu bukan cuma mengambil uang negara secara ilegal. Namun inefisiensi juga termasuk korupsi. Pencegahan korupsi bisa dilakukan dengan menerapkan berbagai standar, baik biaya, prosedur maupun waktu. Yakni bagaimana kita bisa menutup celah korupsi dengan membuat berbagai macam standar itu tadi.

Sistem pelayanan perizinan yang dilakukan Jembrana memang efektif dan efisien. Gara-gara hal itu, nggak ada celah pegawai pemerintah daerah di Jembrana, melakukan korupsi. Itulah yang menyebabkan sistem pelayanan di Jembrana berstandar internasional yang bersertifikat ISO 9001. Bandingkan dengan Jakarta dan kota-kota besar lain. Dari tahun ke tahun nggak ada peningkatan soal sistem pelayanan. Nggak heran kalo korupsi masih tumbuh subur.




Sistem e-voting inilah yang membuat kagum Dubes Amerika Serikat. Pada pemilihan kepala desa (foto di atas adalah 4 kades), menggunakan sistem canggih dengan memanfaatkan teknologi informatika (IT). Pemilih cukup menempelkan KTP yang sudah ada chip ke e-voting, mereka tercatat sebagai pemilih. Hal ini membuat nggak ada lagi pemilih yang mencoba curang (memilih dua kali atau lebih) dan nggak perlu lagi menunggu penghitungan melalui quick count. Warga yang nggak bisa baca pun bisa memilih.

Menurut KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, pola pelayanan publik satu loket yang terstandar dan transparan di Jembrana, berdampak pada peningkatan iklim ivestasi daerah. Maklum, dengan sistem yang terstandar dan transparan, nggak ada pungli. Kondisi ini membuat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan KPPOD memberikan anugerah Investment Award kepada Pemkab Jembrana di akhir tahun 2009 lalu.

Selain Investment Award, Pemkab Jembrana juga sempat memperoleh Bung Hatta Award, karena dinilai telah berhasil dalam memperjuangkan Hak Azasi Manusia (HAM) dalam bidang Pendidikan, kesehatan, perekonomian dan pelayanan publik. Soal pendidikan, di bawah kepemimpinan Bupati Winarsa, Jembrana yang dahulu menjadi kota termiskin di Bali ini berhasil membebaskan biaya sekolah. Nggak cuma dari SD, tetapi sampai di SMA. Hebatnya lagi, Pemkab juga memberikan beasiswa kepada lulusan SMA terbaik ke perguruan tinggi.




Salah satu sekolah di Jembrana. Selain gratis dari SD sampai SMA, Pemkab Jembrana juga memberikan makan siang gratis pada beberapa sekolah negeri. Hebatnya, siswa-siswa di Jembrana tidak mengizinkan anak sekolah menggunakan kendaraan pribadi, termasuk motor. Semua siswa di Jembrana menggunakan bus sekolah, dimana bus ini berhenti di tiap halte. Oh iya, mana ada SMA negeri di Jakarta punya kolam renang kayak SMA di Jembrana ini?

Kalo kota kecil kayak Jembrana aja bisa, masa kota segede Jakarta dan pemerintah pusat di Indonesia ini nggak bisa sih? Ah, jangan-jangan Jakarta dan pemerintah pusat memang nggak serius menangani korupsi. Mereka lebih suka membuat lembaga-lembaga yang judulnya memang buat memberantas korupsi atau mafia peradilan. Ujung-ujungnya cuma lyp service aja.

No comments: