Monday, May 9, 2016

TUMPUKAN KARDUS AT BIG BAD WOLF BOOK SALE IN THE LAST DAY EVENT

Last Day at Big Bad Wolf Book Sale Jakarta 2016

Wednesday, May 4, 2016

RESTO DI SEMPADAN

Kalo menurut aturan, baik itu aturan lama maupun baru, tertulis bahwa 10-20 meter dari bibir sungai atau sempadan, dilarang untuk mendirikan bangun. Sungai, termasuk sempadan, adalah milik negara. Aturannya tertera di PP No 25/1991 tentang Sungai yang belakangan digantikan PP No 38/2011 tentang Sungai. Namun, nggak semua aturan diterapkan oleh pemerintah. Banyak bangunan berdiri di sempadan. 

Saat makan di salah satu resto di depan salah satu stasiun televisi swasta, saya sempat bertanya-tanya, apakah resto ini juga termasuk melanggar? Soalnya, bangunan resto berdiri, persis di pinggir sungai. Kalo melanggar, tentu ada oknum yang memberi izin resto ini berdiri di sempadan. Melihat resto ini bukan resto ecek-ecek (baca: sekelas PKL), karena pasti dibangun dengan biaya besar, jadi perizinannya nggak sembarangan.



Meski tetap penasaran soal perizinan resto di bilangan Jakarta Barat ini, namun perut saya kelaparan dan butuh asupan dari menu yang disajikan resto ini. Walhasil, sambil memandangi view persawahan yang nggak jauh dari resto itu, saya pun melahap menu ikan bakar plus kangkung.  





Tuesday, April 26, 2016

PERGURUAN KSATRYA: SEKOLAH PENCETAK PEMAIN BOLA NASIONAL ERA 70 AN

Tak banyak yang tahu, ada salah satu sekolah di Jakarta yang pernah banyak mencetak para pemain bola nasional. Sekolah tua yang berdiri pada 1951 ini terletak di jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat. Perguruan Ksatrya, begitu nama sekolah ini.

Berikut video mengenai Perguruan Ksatrya dan para pemain sepakbola yang pernah dicetak dari sekolah ini.


cc +Football.com +Persija Jakarta +Persija Jakarta +Indonesia Mendunia +Football Daily

Monday, April 18, 2016

BELAJAR BISNIS # 3: KREATIF ATAU INOVATIF?

Ada sebagian orang menganggap kreatif dan inovatif merupakan satu kesatuan yang nggak bisa dipisahkan. Dua kata ini dianggap manjur sebagai kunci keberhasilan sebuah bisnis. Benarkah? Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada baiknya Anda mengenal arti kata "kreatif" dan "inovatif".

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "kreatif" bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru atau bersifat pembaruan (kreasi baru).Maksudnya, kemampuan mengembangkan atau menciptakan ide dan cara baru yang berbeda dari sebelumnya. Sementara "inovasi" adalah proses pembaharuan/pemanfaatan/pengembangan dengan menciptakan hal baru yang berbeda dengan sebelumnya.

Kok nyaris mirip yak? Barangkali saya akan memberikan contoh nyata sebuah usaha daripada menjabarkan definisi "kreatif" dan "inovatif" lebih banyak lagi. Contohnya gini. Misal di sebelah rumah Anda ada tetangga yang punya peternakan lele. Selama beternak, tetangga Anda hanya menjual lele mentah ke pasar. Nah, suatu ketika Anda ingin berbisnis. Ide kreatif yang paling mudah adalah membuka warung lele dengan memanfaatkan lele-lele tetangga Anda. Sampai di situ, Anda baru punya ide kreatif.



Ide kreatif tentu bisa bertahan dan sukses selama warung lele Anda (1) tidak ada pesaing, (2) rasanya enak, (3) harganya terjangkau, dan (4) tempatnya strategis. Namun, bisnis warung lele Anda bakal ngos-ngosan jika tidak ada inovasi. Maksudnya?

Saya belajar banyak pada mentor saya, pemilik Lele Lela, yakni Kang Rangga Umara +rangga umara. Bertahun-tahun sebelum membuka outlet Lele Lela, beliau sudah survey, bahwa warung lele banyak sekali di jalan. Mereka menjual sekadar lele goreng atau lele kremes. Namun, agar berbeda dari warung lele lain, kang Rangga pun membuat inovasi dengan bahan lele. Hasilnya? Anda silahkan lihat daftar menu Lele Lela, dimana hanya dengan bahan dasar lele bisa membuat berbagai macam produk Lele.

Saat ini, bisnis Bebek Paris saya masih sekadar kreatif. Saya hanya punya ide menjalankan bisnis, yakni bisnis bebek. Di kisah sebelumnya Anda sempat membaca, bahwa bertahun-tahun saya cuma bisa menganalisa, tapi tidak terjun. Oleh karena ingin punya bisnis, ide kreatif saya adalah membuka usaha bebek di lokasi tempat teman saya dulu berjualan. Kreasi lain saya, karena keterbatasan modal, saya membuka bebek gerobakan.

Tentu, saya akan coba melakukan inovasi dengan menggunakan bahan bebek sebagai produk jualan, sebagaimana kang Rangga mengolah lele. Namun, sebelum membuat inovasi, Anda perlu memperhitungkan ongkos produksi dan pasar yang Anda akan jangkau. Jangan sampai begitu membuat inovasi, Anda malah tekor (baca: rugi), karena pasar Anda tidak begitu tertarik dengan aneka produk yang Anda jual. Tentu Anda berbisnis ingin untung dong, ya nggak?

Nah,dari penjelasan saya di atas,sekarang silahkan Anda pikirkan sendiri, mau sekadar kreatif atau melakukan inovasi? Toh, Anda yang tahu kemampuan keuangan dan pasar dari usaha yang Anda buat. Selamat berbisnis!

(bersambung)



Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang member kesempatan individu untuk menciptakan ide2 asli/adaptif

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ekogenshter/pengertian-kreatif-dan-inovatif_552feef86ea834b36b8b45ac
suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang member kesempatan individu untuk menciptakan ide2 asli/adaptif

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ekogenshter/pengertian-kreatif-dan-inovatif_552feef86ea834b36b8b45ac

Saturday, April 16, 2016

BELAJAR BISNIS # 2: JANGAN ANDALKAN INGATAN, TAPI CATAT!

Boleh dibilang, saya termasuk orang yang telat punya usaha. Ya, barangkali masih banyak orang-orang di atas 30 tahun dan 40 tahun belum punya usaha. Mereka masih menikmati kerja sebagai karyawan. Namun, saya seringkali iri melihat pengusaha-pengusaha sekarang yang usianya di bawah 25 tahun, bahkan ada yang di bawah 20 tahun sudah sukses mendunia. Masya Allah!

Saya baru memulai usaha bebek sekarang ini di usia yang nggak bisa dibilang muda lagi. Ini pun baru merintis untuk insya Allah menjadi pengusaha sukses kayak pengusaha lain. Sebetulnya kalo dipikir-pikir, jauh sebelum usaha bebek seperti sekarang ini dan sebelum nyemplung di bisnis MLM, saya sudah jalankan bisnis. Ada beberapa bisnis yang pernah saya jalankan, bahkan sejak saya masih sekolah.

Bersama teman, saya pernah jualan petasan. Modal dari uang pribadi saya, sementara teman saya yang menjual petasan itu. Petasan saya dan teman beli di pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Waktu itu, kebijakan soal petasan nggak seketat sekarang ini. Penjual petasan bisa bebas menjual macam-macam jenis petasan, mulai dari petasan kecil, kayak petasan cabe rawit atau petasan lempar, sampai petasan segede botol air mineral 1 liter juga masih bebas dijual. Pusatnya kalo nggak di Pasar Jatinegara, juga ada di pasar Tanah Abang.

Saya lupa, berapa modal saya menjual petasan. Yang pasti, dari jualan ini saya tidak pernah mendapat keuntungan. Boleh jadi, karena saya juga penggemar petasan, jadi petasan yang dijual kadang saya ambil untuk dibunyikan. Sistem administrasinya pun kacau balau. Petasan yang saya ambil, tidak ditulis jumlahnya. Walhasil, antara pemasukan dan pengeluaran nggak tercatat. Nah, ini salah satu tips bagi calon pengusaha, bahwa administrasi harus ketat. JANGAN MENGANDALKAN INGATAN, TAPI SEMUA ADMISTRASI HARUS DICATAT!



Gagal di usaha petasan, saya juga pernah jualan koran. Yup! Saya benar-benar jadi pedagang koran. Ambil koran subuh-subuh, lalu jualan di pinggir jalan. Atau naik sepeda keliling beberapa perumahan sambil berteriak: "Koran! Koran!". Waktu itu, saya nggak sendirian, tapi banyak tetangga yang juga ikut jadi Tukang koran.

Seru banget jadi Tukang koran. Sayangnya, menjadi Tukang koran bukanlah sebuah keterpaksaan sebagimana anak-anak kecil yang ada di pinggir jalan atau pedagang koran lain. Pada saat itu, kami bukanlah Tukang koran yang butuh uang, tapi sekadar iseng. Nah, ini tips lagi buat calon pengusaha, bahwa kalo mau bikin usaha itu harus serius. USAHA ITU BUTUH TENAGA DAN TENTU DANA, MAKA JANGAN ISENG, TAPI SERIUS. Oleh karena saya iseng, maka hasilnya pun juga iseng. Dari koran, saya nggak pernah meraih keuntungan gede, tetapi sekadar untuk membeli koran di hari berikutnya.

(bersambung)

+Blogger Mandiri  +Blogger  +Ngeblog News  +Ngeblog Gratis +ngeblog net  +Ngeblog Iseng +ngeblog asyik +Usaha Sampingan 

BELAJAR BISNIS # 1: KEBANYAKAN TEORI, NGGAK JALAN-JALAN

Dunia usaha bukanlah dunia teori. Setidaknya kalimat tersebut saya simpulkan, setelah beberapa tahun ini menjalankan usaha. Please jangan membayangkan saya pengusaha besar dan sukses. Belum. Insya Allah saya akan menjadi pengusaha sukses. Aamiin...

Back to topic. Saya mengawali usaha dari masuk salah satu perusahaan Multi Level Marketing (MLM) terbesar di dunia. Di MLM, saya digojlok sedemikian rupa. Selain dibekali ilmu membangun jaringan dari para mentor (kalo di MLM biasa disebut upline), saya praktek langsung di lapangan. Mulai dari praktek mengajak orang untuk ikut presentasi, hadir ke seminar, maupun melakukan persuasi agar orang tertarik untuk membeli produk atau jadi member.

Barangkali ada sebagian orang yang sudah merasakan bisnis MLM dan keluar, merasa sebel. Nggak suka dengan MLM lagi. Namun bagi saya, sedikit banyak MLM banyak ngasih bekal ilmu. Nggak cuma belajar berkomunikasi dengan calon pembeli, tetapi juga kesabaran (karena banyak ditolak pelanggan atau calon anggota), juga kepercayaan diri.

Bagaimana pun MLM tetaplah bisnis. Kalo kata buku Robert T. Kiyosaki, MLM dianggap bukan bisnis konvensional, tetapi network marketing. Bertahun-tahun saya melakukan network marketing dan akhirnya beberapa tahun ini saya justru tertarik menjalankan bisnis konvensional. Memiliki bisnis tanpa harus mencari member, tanpa harus takut dikatakan crosslining, membeli kaset atau datang ke pertemuan.

Tanpa teori-terori, saya memberanikan diri bisnis bebek. Jadi begini awalnya, kenapa saya pilih bisnis bebek. Ada seorang teman yang dulu punya usaha bebek di sebuah kantor. Ia menggunakan mobil van, dimana saat dagang, kap belakang dibuka. Di kap belakang ada puluhan bebek mentah siap goreng. Lalu, peralatan masak dikeluarkan. Nampaknya dagangan teman saya laku keras. Namun, hampir lebih dari setengah tahun setelah pindah kerja, ia nggak meneruskan dagang bebek lagi.

Suatu hari, saya memberanikan diri untuk meneruskan usaha bebeknya itu. Saya bilang ke teman, bahwa saya ingin punya usaha dan minta tolong dibimbing. Sebagai calon pengusaha, kita perlu mentor. Ya, kayak di bisnis MLM lah, ada upline yang selalu membimbing. Bimbingan mentor berguna agar kita nggak salah arah.

Sebelum teman saya, sebetulnya ada mentor lain yang seringkali memberikan motivasi dan dorongan agar saya segera buka usaha. Namun, berkali-kali saya ragu. Saya selalu melakukan analisa A, B, C, dan seterusnya. Saya pun selalu berteori ini dan itu. Gara-gara melakukan analisa dan teori, makanya bertahun-tahun saya nggak berani bikin bisnis. Yang ada saya cuma digolongkan sebagai pengamat bisnis.

"Tapi saya nggak mau franchise, Cak. Modal saya nggak kecil," begitu ucapakan saya pak teman yang punya bisnis bebek. Saya biasa panggil "Cak" pada teman saya itu. "Saya cuma bisa beli bebek mentah yang sudah dibumbui dan sambal..."



Bisnis bebek teman saya sudah maju. Sudah punya nama dan memang sudah ada hitung-hitungan bagi mereka yang tertarik untuk kerjasama. Tentu saja bentuk kerjasamanya franchise. Namun, alhamdulillah, saya nggak dikenakan kerjasama franchise yang bisa capai puluhan bahkan ratusan juta, tetapi menyetor modal awal yang termasuk uang kerjasama yang cuma dibayar sekali dalam seumur hidup.

Alhamdulillah, per Januari 2015 lalu, usaha bebek saya mulai jalan. Nama usaha bebek saya adalah BEBEK PARIS. Kenapa ada kata PARIS-nya? PARIS di situ adalah singkatan PASTI LARIS. Saya mendapat ilmu dari pengusaha, bahwa nama bisnis adalah doa. Maka buatlah nama usaha yang baik. Nah, buat saya PARIS adalah doa. Doa agar bebek saya pasti laris dan kelak mendunia sampai ke Paris. Aamiiin...

Kalo teman saya menggunakan mobil van, saya cuma menggunakan gerobak. Maklumlah, modal saya cekak. Nggak sanggup membeli mobil van, cuma sanggup beli gerobak. Meski gerobak, namun buat saya yang penting sudah nyebur jadi pengusaha. Bisnis bebek saya anggap sebagai pelajaran bisnis yang nyata. Nggak cuma teori, tetapi langsung nyebur. Byuur!

(bersambung)
  

+PengusahaHebat.com +Usaha Sampingan +Pengusaha Muslim Indonesia +pengusahamuslim





Sunday, April 10, 2016

Sortir Buku in the Wiken

Apa yang Anda lakukan di wiken? Jalan-jalan? Nonton bioskop? Wisata kuliner? Atau olahraga? Ada banyak aktivitas yang dilakukan saat wiken. Dan barangkali dari aktivitas yang saya sebutkan di atas cuma sebagian. Yang pasti, wiken menjadi waktu sengang buat melepas kepenatasn. Meski....meski ada pula segelintir orang yang menjalankan wiken dengan pekerjaan yang bikin stres. Saya nggak perlu menyebutkan jenis pekerjaannya.

Nah, seperti juga kebanyakan karyawan, saya juga memanfaatkan wiken dengan senikmat mungkin. Ya tentu saja menikmati dengan keluarga, baik dengan istri dan anak-anak. Namun, kadang saya masih harus berkutat dengan komputer untuk mencicil tulisan. Kebetulan ada job bikin buku yang harus saya cicil. Biasanya di wikde, nyicip tulisan pas pulang kerja dan pagi sebelum ngantor. Sisanya nyicil di wiken. 

Sortir in the wiken. Ya, gitu barangkali kalimat itu pas buat aktivitas wiken beberapa waktu lalu. Saya nyortir buku-buku yang bakal dibuang dari lemari buku saya. Maklumlah, lemari udah nggak muat lagi buat nampung buku-buku. Gegara nggak bisa nampung again, terpaksa nahan diri buat borong buku-buku baru, deh. Nyelesaikan PR membaca buku-buku yang nunggu minta dibaca. Huhuyyy!

Sunday, March 27, 2016

Novel "PULANG" Tere Liye Kecemplung Bak Mandi

Sebetulnya saya sudah kenal nama Tere Liye sejak nonton film "Hafalan Sholat Delisa". Jadi, ya sekitar 2005. Meski sudah kenal nama sang penulis, tetapi saya tidak pernah baca novelnya. Padahal, tiap pergi ke toko buku, saya selalu lihat deretan novel-novel karya Tere Liye, mulai dari "Moga Bunda Disayang Allah", "Bidadari-Bidadari Surga", maupun "Negeri di Ujung Tanduk".

Namun, tak satu novel Tere Liye (selanjutnya saya panggil Tere) saya beli. Bukan...bukan saya tak punya uang untuk membeli. Tapi pada saat itu saya tidak tertarik untuk membeli novel. Di rumah masih banyak novel yang belum selesai saya baca. Sampai sekarang pun saya merasa punya PR untuk menyelesaikan baca novel-novel tersebut. Selain tidak tertarik, rak buku saya sudah penuh dengan aneka buku. Saya bingung untuk meletakkan buku, makanya saya rela menahan diri untuk membeli buku-buku baru.

Entah kenapa, saya tiba-tiba pengen membaca novel Tere. Pada +Islamic Books Fair (IBF) 2016 lalu, kebetulan saya datang ke Istora dan bertepatan dengan kehadiran Tere di panggung utama untuk mempromosikan buku "Pulang". Masya Allah, mendengar penjelasan sang penulis novel, rasa penasaran ingin membaca novel Tere. Walhasil, saya pun memborong 5 novel Tere di stand Republik Penerbit.

"Mau sekalian ditandatangani nggak?" tawar mas Syahruddin El Fikri, salah seorang pimpinan di Republika Penerbit , yang kebetulan saya kenal.

"Wah, boleh mas," ujar saya.

Sepanjang saya beli buku dan kenal dengan penulis buku, saya tak pernah minta tanda tangan. Tapi entah kenapa, tawaran mas Syahruddin menarik hati saya. Tawaran makin menarik, begitu melihat fans Tere yang antre panjang seperti ular untuk meminta tanda tangannya.

"Gokil, nih fansnya Tere," ujar saya dalam hati.

Pulang dari IBF saya bingung sendiri. Novel Tere banyak sekali, kapan saya bisa menyelesaikan bacanya, nih? PR untuk membaca novel-novel yang masih "nongkrong" di dalam lemari saja belum saya lakukan. Saya garuk-garuk kepala.

Setelah cap-cip-cup, akhirnya saya memilih novel "Pulang" terlebih dahulu yang saya baca. Alasan pertama, saya sudah sempat baca satu Bab saat di IBF. Sepertinya menarik, pikir saya. Ternyata, setelah baca Bab demi Bab, novel "Pulang" karya Tere Liye ini memang dahsyat! Saking nggak mau ketinggalan Bab selanjutnya, novel ini saya bawa ke kamar mandi, eh sempat kecemplung bak mandi. Biiuuur!

Sempat sedikit panik, karena di sampul depan novel ada tanda tangan resmi sang penulis novel "Pulang" ini. Saya minta TTD Tere, pas Islamic Book Fair kemarin di Istora Senayan, Jakarta.
Alhamdulillah, TTD asli nggak "meleleh". Tetap utuh sebagaimana aslinya. Yang paling sengsara beberapa pinggiran lembaran kertas yang kena air bak mandi.


Tuesday, March 15, 2016

Mengagumi Stasiun Kereta Palmerah Jakarta Barat

Kemarin hari kereta. Bukan, bukan hari kereta nasional, tetapi hari kereta khusus untuk saya pribadi. Saya namanya begitu, karena dari pergi kerja sampai pulang kerja, saya naik kereta. Norak? Ah, enggak juga sih. Saya beberapa kali naik kereta, kok. Mau kereta ke Bogor atau saat ke Malang, saya naik kereta. Kebetulan aja kemarin saya memang berniat naik kereta.

Saya memulai naik kereta di stasiun Senen, Jakarta Pusat. Sudah lama saya nggak naik kereta dari Senen. Saya ingat banget, terakhir naik kereta dari Senen saat masih SMP, yakni saat hendak pergi ke Jawa, tepatnya ke Cepu, Kabupaten Bojonegoro. Kemarin, saya melihat perbedaan stasiun Senen ini. Ada sejumlah tambahan ornamen di stasiun, meski ada bangunan lama yang tidak dibongkar.

Dari stasiun Senin, saya menuju ke stasiun Palmerah. Namun, sebelum Palmerah, saya harus transit terlebih dahulu di stasiun Tanah Abang. Nah, saat sampai di stasiun Palmerah, saya terkagum-kagum. Betapa tidak, stasiun keretanya jauh berbeda dari stasiun Palmerah sebelumnya. Arsitekturnya jadi mengingatkan saya pada stasiun-stasiun kereta di Eropa. Semoga saya tidak saya. Kebetulan, saya sempat ke Eropa, terutama ke beberapa kota di Perancis dan Jerman. Di kota-kota di dua negara itu, saya menggunakan kereta.



Ah, semoga arsitektur modern yang ada di stasiun kereta Palmerah ini bertahan lama. Ya, seperti kita ketahui, usia bangunan di Indonesia ini kebanyakan tidak awet. Selain perawatan kurang baik, banyak tangan jahil yang merusak bangunan tersebut.

Hari kereta api saya berakhir di stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Saya turun di stasiun tersebut, setelah saya naik kereta dari stasiun Universitas Pancasila. 


cc +ardhian yulianto  +Cucuk Trihidayat  +Yahya Sultony  +Badra Surya +Kereta Api  +KeretaApiKita dotCom  +uya keretaapi 

Saturday, November 7, 2015

NGANTOR vs USAHA SENDIRI


Sebagian besar karyawan punya impian memiliki usaha sendiri. Alasan utama, ingin menjadi Bos bagi diri sendiri dan bias punya penghasilan melebihi gaji di kantor. Wajar. Tapi, tentu tak semua karyawan bisa merealisasikan impian tersebut. Mereka harus tahu karakter diri masing-masing.

Sebelum lebih jauh membahas soal karakter yang Anda miliki, saya ingin klarifikasi dulu dalam tulisan ini. “Punya usaha sendiri” di sini bukan Multi Level Marketing (MLM) atau Network Marketing (NW), lho. Saya sedang tidak mempromosikan MLM atau NW dan mengajak Anda menjadi anggota. Tetapi yang dimaksud “peluang usaha sendiri” ini adalah Anda menjadi seorang pengusaha atau pemiliki bisnis konvensional.

***

1.     Termotivasi oleh peluang
2.     Berani menghadapi risiko
3.     Lebih mempercayai intuisi

Itulah tiga karakter pengusaha yang diungkapkan Deborah Dewi pada Festival Bohong Indonesia (FBI) 2015 pada Sabtu, 7 November 2015 kemarin di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan, Jakarta Selatan. Apakah karakter Anda sesuai dengan apa yang dikatakan mbak Debo (panggilan Deborah Dewi)? Jika iya, Anda punya potensi menjadi pengusaha.



Lho, kenapa baru potensi?

Sebagai pakar tulisan tangan (handwriting analyst), mbak Debo juga menganalisis karakter calon pengusaha dari tulisan tangan. Menurutnya, indikator tulisan tangan mereka yang berkarakter sebagai pengusaha adalah (1) right slant atau arah tulisannya miring ke kanan; (2) uphill baseline, garis dasar tulisannya semakin naik; dan (3) connected writing (both moderate or high), terdapat sambungan antarhuruf.

Ketiga hal tersebut dilihat dari Picture of Movement (gerakan tulisan), yakni right trend atau miring ke kanan dan naik. Selain Picture of Movement, mbak Debo juga menganalisa dari Picture of Space (ruang tulisan yang ada di kertas) dan Picture of Form (bentuk tulisan/ pemilihan font).

Untuk Picture of Space, indikator tulisan tangan karakter pengusaha adalah (1) Narrow right margin, margin kanannya menyempit, dan (2) shringking right margin, margin kanan semakin melebar. Sementara untuk Picture of Form, karakter pengusaha adalah (1) medium or big size, minimal 3 milimeter, dan (2) thready type, yakni bentuk hurufnya seperti benang ditarik.

Lalu bagaimana karakter pekerja profesional?

Menurut mbak Debo, ada 3 karakter juga, yakni:
1.     Termotivasi oleh rasa aman
2.     Menghindari risiko
3.     Lebih mempercayai data

Untuk indikator tulisan tangan karakter pekerja profesional dilihat dari Picture of Movement cenderung ke left trend, yakni arah tulisannya tegak lurus atau miring ke kiri. Begitu juga dengan Picture of Space, dimana margin kanannya lebih lebar (wide right margin) dan margin kanan semakin menyempit (expanding right margin). Indikator tulisan profesional dilihat dari Picture of Form: medium or small dan bentuk huruf sangat rapi, seperti diketik.


Nah, dengan analisis yang diutarakan mbak Debo di atas, Anda sekarang bisa menemukan karakter Anda. Lebih cocok jadi pegawai atau NGANTOR atau ternyata Anda berpotensi punya USAHA SENDIRI. Oh iya, mbak Debo ini satu-satunya handwriting analisyst dari Indonesia yang bernaung di bawah American Association of Handwriting Analysis Foundation (AAHA) dan berafiliasi dengan American Handwriting Analysis Foundation (AHAF). Hasil analisa yang dapat dipertanggungjawabkan akurasinya ini, mengantarkan mbak Debo jadi “orang kepercayaan” Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk mengungkap kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI).