Wednesday, March 24, 2010

SEMANGAT REFORMASI DARI PETAKSINGKIAN

Tak banyak orang tahu, di daerah Glodok, di tengah-tengah gedung dan perumahaan penduduk, ada sebuah stadion sepakbola tua. Lapangan sepakbola yang berada di jalan Ubi no 10, Mangga Besar, Jakarta Barat ini bernama stadion Union Makes Strength atau disingkat UMS.

Stadion UMS dahulu bernama lapangan Petaksingkian. Lapangan yang semula adalah kebon singkong ini memang sejak lama dikelola oleh UMS. Cikal bakalnya terjadi tahun 1905, dimana sejumlah etnis Tionghoa bermain bola di tempat kebon milik orang Betawi asli bernama Haji Manap.


Pintu depan lapangan Petaksingkian yang sekarang dikenal sebagai stadion UMS. Dari stadion ini, semangat reformasi di tubuh PSSI begitu menggelora.

Tentu gara-gara keseringan pakai kebon, para pemain bola dari etnis Tionghoa tersebut nggak enak hati. Mereka akhirnya menyewa kebon itu pada tahun 1913, dan kemudian disulap menjadi lapangan sepakbola. Empatpuluh tahun kemudian, yayasan UMS membeli lapangan seluas 12.300 m2 itu dengan harga Rp 200 ribu.

Setalah diresmikan berdiri pada tahun 1905, dari stadion inilah muncul pemain-pemain yang masuk ke Tim Nasional (Timnas) PSSI dan membela bangsa Indonesia. Nama seperti Him Tjiang, Kiat Sek, Chris Ong adalah lulusan UMS. Lalu ada juga Mulyadi, Surya Lesmana, Sugeng Haryanto, Yudo Hadiyanto, Risdianto, dimana mereka berkali-kali memperkuat Timnas PSSI. Yang juga nggak bisa dilupakan adalah Fam Tek Fong atau Hadi Mulyadi, stropper andalan mantan Pelatih Nasional PSSI (alm) Endang Witarsa. Sejak dulu, UMS menjadi andalan Persija dalam berbagai kompetisi dan turnamen sepakbola.


"Kepengurusan PSSI memang harus ganti," kata Wahyu Hidayat dengan suara lantang.

Kemarin (Rabu, 24/3/2010) saya berkesempatan mengunjungi stadion yang usianya lebih dari 1 abad ini. Selain bertemu dengan pemain nasional yang menjadi legenda hidup Fam Tek Fong, saya juga ngobrol dengan beberapa pemain di situ. Dua di antaranya adalah mantan pemain nasional PSSI, yakni Bambang Nuswanto dan Wahyu Hidayat.

Bambang Nuswanto adalah mantan pemain Timnas PSSI asal Persiraja Banda Aceh. Sedangkan Wahyu Hidayat adalah pamain Timnas dari Persija Jakarta. Mereka berdua sangat concern dengan prestasi sepakbola saat ini yang nggak bisa dibanggakan lagi seperti dahulu kala. Mereka berniat akan berangkat ke Malang dalam rangka menghadiri Kongres Sepakbola Nasional (HSN) pada 30-31 Maret 2010. Mereka nggak sendirian, tetapi membawa pasukan, dimana pasukan tersebut membawa semangat reformasi di tubuh PSSI.

“Nggak ada kata yang paling tepat, selain mengganti seluruh kepengurusan PSSI yang sekarang,” kata Wahyu Hidayat.


"Sudah ada beberapa nama yang menurut saya pantas jadi Ketua Umum PSSI," ujar Bambang Nuswanto

Tentu apa yang dikatakan Wahyu Hidayat dan teman-temannya beralasan. PSSI yang sudah berdiri sejak 19 April 1930 ini seharusnya sudah matang, baik matang dalam pembinaan sepakbola sehingga berprestasi maupun matang dalam sistem kepengurusan. Namun dalam sepuluh tahun terakhir ini, nggak banyak prestasi PSSI yang dibanggakan, bahkan mayoritas berpendapat nggak ada prestasinya. Nah, baik Wahyu maupun Bambang begitu sedih melihat kenyataan ini. Ia ingin menjadikan lagi PSSI sebagai kebanggaan bangsa.

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: