Seringkali kita menggugat eksistensi Tuhan. Bahkan boleh dibilang,
penggugat Tuhan ini kuantitasnya relatif banyak. Mereka protes, Tuhan
itu bohong. Kalo benar Tuhan ada, kenapa selalu tidak ada di lokasi
kejadian ketika Manusia akan atau sendang mengalami musibah? Kalo benar
ada, mengapa Tuhan tidak mengangkat derajat orang miskin menjadi orang
kaya?
Mereka yang protes akhirnya menjadi atheis.
Menjadi tak bertuhan. Mereka yang menggugat eksistensi Tuhan akhirnya
menyepelekan perintah-perintah Tuhan. Apa yang ada di kitab suci, bukan
sesuatu yang sakral. Bukan sesuatu yang wajib dilaklukan. Apa yang
jelas-jelas bisa menjadi pedoman hidup, tidak lagi menjadi acuan, tapi
malah diacuhkan.
Pemukiman
di bantaran kali Kampung Melayu. Kadang mereka nggak benar-benar
miskin, tapi malas buat pindah lagi. Bukan gara-gara nggak punya duit
juga, lho! Bencana banjir buat mereka udah kayak rutinitas. Bingung
juga, mau dikasihani, tapi mereka nggak mau berubah. "Hoki tinggal di
situ," kata salah seorang dari mereka.
“Harusnya
Tuhan menurunkan rezeki lebih banyak pada orang miskin, karena
orang-orang kaya sudah terlanjur kaya dan banyak yang tak pernah peduli
orang miskin.”
“Harusnya mereka yang kaya tak perlu
lagi ditambahkan rezeki agar orang-orang miskin bisa merasakan
kenikmatan sebagaimana orang kaya menikmati hidup mereka.”
“Orang miskin harusnya punya hak bersekolah ke luar negeri...”
“Orang miskin sebenarnya punya hak memiliki saham dan dolar sebagaimana Pengusaha kaya raya...”
“Orang miskin juga punya hak pacaran dengan Selebriti dan punya mobil Hammer...”
Ibu
ini tidur di pelataran trotoar di jalan Thamrin. Gw nggak tahu apakah
dia masih bernafas atau enggak. Ironisnya, dia tergeletak persis di
depan Starbuck yang ada di bawah Jakarta Teater. Mereka nampak ceria,
cekakak-cekikik. Tuhan akan melihat siapa manusia yang melihat ada orang
miskin di sekitar kita dan dengan sebagian harta bisa memberikan
kelebihannya.
Protes dan gugutan
manusia-manusia di atas itu tentu cuma sebagian kecil dari jutaan protes
yang ditujukan pada Tuhan. Tuhan jadi dipersalahkan atau ada di posisi
pesakitan. Tuhan seolah dibawa ke pojok dan diadili. Apakah dengan
begitu Tuhan marah? Apakah dengan begitu Tuhan merasa bersalah? Atau
apakah dengan begitu manusia seolah menjadi mahkluk paling benar di
seluruh jagat ini?
“NO!”
Manusia
memang mahkluk paling sempurna. Manusia nggak bisa dibandingkan sama
Tuhan, sebaliknya begitu. Tuhan bukan manusia. Tuhan tidak punya kumis,
jenggot, atau berkepala botak. Tuhan tidak tercipta dari tanah, lalu
diberi rusuk, diberikan daging, dan ditiupkan ruh. Tuhan is Tuhan. Dia
adalah Pencipta manusia. Yang namanya Pencipta, posisinya jauh lebih
tinggi daripada mereka yang diciptakan oleh-Nya.
Manusia
tak sepantasnya protes pada Tuhan. Tak sepantasnya manusia menggugat
eksistensi Tuhan. Harusnya justru manusia berpikir kenapa kondisi di
dunia ini tidak seimbang. Mengapa Tuhan menciptakan si miskin dan si
kaya? Mengapa ada orang sakit dan orang sehat? Mengapa ada bencana?
Serta ketidakseimbangan lain yang terjadi di dunia ini. Manusia harusnya
berpikir hal-hal itu.
Sedikitnya ada sebuah alasan
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dan semua jawaban ujung-ujungnya
malah mempertanyaan eksistensi manusia: apa tugas manusia di dunia ini?
Tukang
kapuk yang sempat ganti kapuk kasur gw. Meski penghasilannya nggak
seberapa, dia tetap bersyukur dan menikmati pekerjaannya.
Esensi
tugas manusia di dunia ini adalah menolong. Mulai menolong diri sendiri
sampai menolong banyak orang yang membutuhkan pertolongan tentunya.
Tuhan akan mencatat siapa saja manusia-manusia positif seperti itu. Kalo
manusia itu menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, Tuhan sudah
menyiapkan surga. Sebaliknya Tuhan akan memasukkan manusia ke neraka
kalo tugasnya hancur lebur.
Menolong diri sendiri
adalah dengan mematuhi perintah Tuhan. Saya tidak akan menjabarkan
detail apa itu perintah Tuhan, karena anda adalah manusia dewasa yang
sudah tahu itu. Anda bisa membaca dan menulis kan? Tamat Sekolah Dasar
kan? Kalo begitu, anda pasti mengerti mana perintah Tuhan yang akan
menjerumuskan anda ke wilayah dosa, dan mana yang akan mendapatkan
reward pahala.
Harus
ada orang miskin dan orang kaya. Harus ada Pedagang miskin dan Pedagang
kaya. Pedagang kaya ada yang masih beli jamu gendong, sedang Pedagang
jamu gendong beli produk-produk dari Pedagang kaya.
Menolong
diri sendiri tidaklah cukup. Kita harus mengaplikasikan ke jalur
positif. Inilah yang Tuhan ingin lihat dari manusia. Bahwa Tuhan ingin
melihat manusia membantu manusia yang membutuhkan. Kalo manusia itu
adalah manusia kaya, maka Tuhan akan menilai apakah si kaya akan
menolong si miskin? Kalo manusia itu dari golongan sehat yang memiliki
ilmu, maka Tuhan akan melihat apakah si sehat dan pintar ini akan
mengabdikan ilmu tersebut untuk mereka yang sedang membutuhkan
pengobatan?
Kasus Prita Mulyasari (32) yang sedang
happening di media masa, menjelaskan dengan gamblang soal posisi
manusia. Ketika manusia memiliki ilmu (baca: dokter), sudah seharusnya
informasi yang berguna untuk pasien tidak ditutup-tutupi. Saya tidak
melihat kasus ini bagian dari pencemaran baik. Saya setuju dengan
tanggapan Ketua YLKI, bahwa yang tahu Rumah Sakit (RS) yang baik dari
100 RS yang ada itu, ya pasiennya. Bagaimana kita tahu sebuah RS itu
baik pelayanannya, dokter-dokternya, atau fasilitasnya kalo tidak ada
pasien yang mengungkapkan fakta? Kita tidak perlu bicara prosedur kalo
prosedur itu cuma basa-basi. Di sinilah Tuhan akan mencatat soal
kebaikkan, dalam konteks ini menolong orang lain.
Betapa
bahagianya Tukang korek api gas ini ketika gw kasih duit duaribu perak.
Padahal gw nggak ngisi korek, cuma mau ngasih aja. Lagipula, duaribu
perak itu buat kita-kita nggak ada artinya. Tapi buat Tukang yang udah
30 tahun dagang korek dan sampai kena asam urat seperti sekarang ini,
duaribu perak begitu berharga. Maklum, dalam sehari belum tentu dia
mendapatkan duit.
Kalo tak ada orang miskin,
maka tugas manusia selesai. Manusia kaya tidak lagi bisa menolong orang
miskin. Atau Tuhan tidak punya lagi penilaian terhadap manusia kaya dan
tentu manusia miskin. Dengan adanya orang kaya, maka Tuhan jadi tahu
mana manusia pelit, manusia yang tak pernah beramal, manusia yang tak
pernah menulari ilmu positif, dan manusia-manusia lain. Dengan adanya
orang miskin, Tuhan jadi tahu, apakah dengan keterbatasan hidup dan
rezeki, si miskin masih tetap percaya kalo Tuhan itu ada.
Ini
anak gw yang sempat sakit beberapa hari. Kalo inget, gw sedih. Tuhan
akan memberikan hati manusia apakah ketika dia sehat si manusia menjaga
kesehatan atau membantu si sakit. Sebaliknya apakah si sakit sadar bahwa
nggak ada manusia yang bisa menjadi superman alias antisakit.
Kalo
tak ada orang sakit, maka tugas manusia sudah selesai. Manusia yang
sehat tidak akan pernah menolong orang yang sedang sakit. Manusia sehat
akan merasa sombong, merasa dirinya tidak akan pernah sakit, karena
selalu berolahraga, hidup sehat, tidur cukup, dan antistes. Sebaliknya,
kalo manusia tidak pernah merasakan sakit, maka dia tak akan pernah
memiliki sense of sickness.
Tuhan menciptakan
ketidakseimbangan agar manusia berpikir. Agar manusia sadar diri dan
berkaca manusia lain. Ketidaksimbangan ini seharusnya justru
menggairahkan diri manusia untuk berpacu berbuat kebaikan. Kalo ada
manusia yang belum sadar dan masih terus protes soal ketuhanan, just
forget it! Barangkali mereka belum mengerti tugas manusia di dunia ini.
Maklumlah, mereka pasti orang-orang bodoh yang justru perlu kita kasihi.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
No comments:
Post a Comment