Wednesday, September 30, 2015

STOP MEROKOK! KRETEK BUKAN WARISAN BUDAYA!



Percayakah Anda “kretek sebagai warisan budaya”?

Adalah masyarakat Indian di Karibia yang mempopulerkan kata tobacco yang kelak diindonesiakan menjadi tembakau. Istilah tobago yang semula nama sejenis pipa rokok masyarakat Indian, lalu kemudian berubah menjadi tobacco. Sementara istilah sigaret berasal dari istilah Indian Maya Sik’ar yang berarti merokok.

Sudah sejak 600-1.000, suku Indian Maya Sik’ar merokok. Setidaknya hal tersebut diketahui dari peninggalan berupa bejana tanah liat dari sebelum abad XI. Bejana ini ditemukan di Uaxactun, Guatemala. Di permukaan bejana terdapat gambar orang Indian Maya yang sedang merokok dengan menggunakan lintingan daun tembakau.

Lalu tembakau “keluar” dari benua Amerika pada 12 Oktober 1492. Tanggal ini ditetapkan, ketika Cristobal Colon atau Columbus dan awaknya mendarat untuk pertama kali di pantai Pulau Watling, Amerika Tengah. Kala itu Colombus dan awaknya membawa tembakau, serta budaya merokok.

Biji tembakau kemudian dibawa ke Spanyol dari Santo Domingo pada 1559, lalu ke Roma pada 1561. Mula-mula tembakau diperkenalkan sebagai tanaman hias dan obat. Setelah Spanyol dan Roma, tembakau  untuk pertama kali dibawa ke Eropa dari Florida pada 1505 oleh Sir John Hawkins. Pria ini dikenal sebagai pahlawan AL Inggris. Namun, baru 20 tahun kemudian budaya merokok dengan pipa mulai muncul di Inggris.

Budaya merokok di Inggris akhirnya menyebar ke seluruh benua Eropa. Barulah pada abad ke-XVII, seluruh belahan dunia mengenal tembakau, termasuk Indonesia yang kemudian mengenal istilah rokok kretek.


Percayakan Anda “industri rokok meningkatkan petani tembakau”?

Berbahagialah perusahaan-perusahaan rokok dengan penjualan produk mereka. Sebab, angka konsumsi produk tembakau di Indonesia semakin hari terus meningkat. Setidaknya data peningkatan tersebut terlihat mulai dari 1970 yang “hanya”  30 miliar batang, hingga 2014 melonjak mencapai 360 miliar batang.

Namun sayang, bahagianya perusahaan rokok tidak sebanding dengan peningkatan kesejahteraan petani tembakaunya. Menurut data  Badan Pusat Statistik yang diungkap Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia untuk Pengendalian Tembakau, penghasilan petani tembakau di Indonesia masih di bawah upah minimum regional (UMR). Artinya, industri rokok tidak ada sangkut pautnya dengan kesejahteraan petani tembakau. Semua keuntungan dari tembakau, nyaris dinikmati oleh pemodal; mulai dari tengkulak, pemilik gudang, industri rokok, hingga sampai ke jaringan pemasarannya.


Percayakah Anda “pajak terbesar dari industri rokok”?

Itu cuma mitos yang diangkat oleh industri rokok maupun para perokok. Fakta, justru negara membayar biaya lebih besar untuk rokok dibanding dengan pemasukan yang diterimanya dari industri rokok. Penelitian dari World Bank membuktikan, rokok merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara.

Dari hasil survei lembaga "Global Youth Tobacco Society" pada 2006 untuk wilayah Jawa saja, hasilnya cukup memprihatinkan. 13.2% total  siswa Indonesia di Jawa merupakan perokok dan tentu angka ini merupakan kegembiraan terbesar bagi industri rokok. Angka perokok kaum generasi pelajar Indonesia cenderung meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2004 hingga 2008, pertumbuhan produksi rokok Indonesia tumbuh pesat hingga 4.6% per tahun, jauh melebihi pertambahan penduduk Indonesia yang hanya 1.4% per tahun. Pertumbuhan inilah yang secara tidak langsung akan menjadi beban negara. Sehingga, pemasukan negara dari industri rokok tidak sebanding dengan beban yang dipikul negara.


Percayakah Anda “tidak akan mati gara-gara merokok”?

Sebagian besar perokok percaya. Sisanya sangat mengerti, tapi tak peduli. Bagi Anda yang percaya, bahwa merokok tidak akan mati, seharusnya Anda bersyukur. Bersyukur? Yup! Meski sampai saat ini Anda masih merokok dan tidak mati, namun Anda harus tahu, bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan Anda untuk hidup. Artinya Anda bukan tidak mati gara-gara merokok, tetapi BELUM MATI. 
Jangan pernah sangsikan kekuasaan Tuhan untuk kapan pun mencabut nyawa Anda. Jangan pernah merasa bisa hidup seribu tahun gara-gara Anda masih “menikmati” rokok. Sekali lagi, Anda hanya diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan. Tapi tak akan lama lagi Anda mati, sebagaimana artis-artis perokok yang terkena kanker atau teman-teman saya yang lebih dahulu mati gara-gara merokok. 

Kalau pun Anda belum juga mati, tetapi banyak orang yang sudah mati gara-gara menghirup asap rokok Anda. Anda telah membunuh mereka yang bukan perokok. Itulah warisan budaya sesungguhnya yang diwarisi para perokok pada mereka yang tidak merokok.

Jadi, STOP MEROKOK! KRETEK BUKAN WARISAN BUDAYA!

No comments: