Sunday, March 8, 2009

INGAT-INGAT PESAN MAMA!

Bentar lagi kita diminta partisipasinya buat mencontreng. Masuk bilik suara, lihat muke-muke Manusia narsis, mikir-mikir sebentar, trus membubuhkan tanda check deh. Yap! Itulah prosedur yang akan dilakukan di Pemilu legislatif udah tinggal menunggu waktu melahirkan aja.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar, katanya kita wajib mengikuti tradisi lima tahunan ini. Nah, sebelum mencontreng, ada baiknya mengikuti petujuk yang gw dapatkan dari Mama. Yang dimaksud Mama di sini bukan Mama Laurent atau Mama Mia. Tapi bener-benar Mama gw yang udah bangkotan berada di jalur politik praktis maupun ekonomis. Gw istilahkan dengan “Pesan Mama”.


Iklan Caleg udah setara derajatnya kayak iklan tempat belanja. Ibaratnya kita disuruh belanja Caleg. Hayu Mang!

Kenapa kita kudu mengikuti “Pesan Mama”?

Lebih baik ikuti “Pesan Mama”, daripada minta petunjuk Bapak Presiden, jadinya mirip-mirip Harmoko. Lebih baik ikuti “Pesan Mama”, daripada nyesel seumur hidup dengan memilih Calon Legislatif A, eh ternyata begitu jadi anggota DPR/ MPR si A jagonya korupsi. Kalo begitu kejadiannya, artinya elo udah mengoalkan si A melakukan hal-hal yang nggak berprikemnusiaan dan prikeadilan. Terakhir, lebih baik ikuti “Pesan Mama”, daripada elo salah pilih Anggota Legislatif yang akan mengangkat Presiden yang udah basi. Emangnya elo mau punya Presiden basi?

Berikut ini beberapa “Pesan Mama” buat elo-elo semua supaya selamat dunia akhirat!


THINK TWICE

Jangan pernah pilih Caleg secara impulsif. Maksudnya, gara-gara Caleg berasal dari anggota keluarga, kita jadi pilih doi. Don’t ever do that! Meski si Caleg dari anggota keluarga, teliti dulu apakah doi memenuhi kriteria menjadi wakil kita? Kalo doi memang jujur, punya jiwa sosial, selalu protes terhadap hal-hal yang melenceng dari jalur prosedur, antikorupsi, bolehlah Caleg model begini dipilih, apalagi kalo Caleg ini berasal dari keluarga sendiri. Tapi kalo Caleg dasarnya udah nggak jujur, nggak pernah aktif di lingkungan sosial, mending ke laut aja. Think twice! Pikir dua kali buat pilih doi.


Caleg rebutan pohon. Gara-gara jumlah batang pohon terbatas, sekarang ini satu pohon diperebutkan empat caleg. Bahkan kalo pohonya udah penuh dengan poster, Caleg yang terakhir menutup poster Caleg sebelumnya. Nggak ada etika berpolitik lagi.


Gw nggak akan pernah mau pilih Caleg sebelumnya kerja di salah satu Departemen yang korup. Memang sih, doi salah satu anggota keluarga gw. Namun, tiap musim Haji, doi selalu memungut biaya Haji nggak sesuai angka yang ditetapkan Pemerintah. Nggak heran kalo kekayaannya berasal dari selisih uang pungutan Haji itu. Sebagai orang yang antikorupsi, gw punya komitmen nggak akan memasukkan Koruptor menjadi wakil gw.

Gw juga akan think twice buat pilih teman SMA gw yang kebetulan jadi Caleg. Terus terang gw nggak pernah melihat sepak terjangnya sebagai Wanita yang peduli kaum Perempuan. Gw juga belum pernah lihat aktivitas sosialnya pada masyarakat. Lebih dari itu, doi juga nggak ramah sama gw. Padahal gw udah mengeluarkan jurus ramah, senyum, menonggolkan gigi, berharap supaya temen gw yang Caleg ini berkomunikasi dengan gw. Eh, nggak loe sodara-sodara. Doi cuek bebek! Nggak tahu deh apa salah gw. Tapi buat gw, orang kayak gini nggak pantas menjadi wakil rakyat.


CAPRES BASI

Menurut elo kalo kita pilih Capres yang pernah jadi Presiden apa namanya? Kalo gw menyebutnya sebagai kemunduran. Kok kemunduran? Sekarang let’s think about it, Presiden yang sudah terpilih pasti udah menjalankan kebijakan-kebijakan atau menelurkan peraturan-peraturan. Meski usia kepresidenannya cuma 2 tahun atau 3 tahun, pastilah mantan Presiden ini udah menjalankan roda kepemerintahannya. Apakah mantan Presiden ini concern terhadap masalah korupsi? Apakah mantan Presiden ini terbuka pada rakyat at least jurnalis? Kalo jawabannya NO, mending elo nggak usah pilih doi deh. Basi!


Ceritanya black champange. Mengkritisi Pemerintahan sekarang yang seharusnya bisa menurunkan harga bahan bakar lebih murah lagi. Lah, dahulu waktu menjabat jadi Presiden kenapa nggak bisa menurunkan bahan bakar kayak sekarang, Cin?! Basi banget!


Gw belum pernah lihat mantan Presiden-Presiden terdahulu concern pada masalah korupsi. Yang mereka pedulikan soal menjual aset atau keterbukaan. Bro, gw nggak kontra dengan yang namanya keterbukaan. Tapi kalo keterbukaan akhirnya jadi kebabalasan, wah itu bahaya, bo! Dengan alasan keterbukaan, segala bentuk aliran agama disahkan. Ujung-ujungnya malah meresahkan warga dan membuat Pemerintah sekarang pusing tujuh keliling. Lihatlah Mahasiwa-Mahasiswa sekarang! Gara-gara Presiden terdahulu terlalu sok menjual keterbukaan sebagai isu politik, Mahasiswa-Mahasiswa sekarang malah anarkis.

Pilih Caleg yang menjagokan Presiden yang nggak basi. Kalo Calegnya memilih Presiden basi, itu namanya mengajak kita ke arah kemunduran. Kok mundur? Yaiyalah! Masa kita udah pernah dipimpin oleh Presiden A, lalu pada Pemilu berikutnya kalah jadi Presiden, terus sekarang mencalonkan lagi jadi Presiden? Kalo elo pengen ada perubahan, pilih Carpes yang belum pernah jadi Presiden. Nggak peduli Capres-nya Laki atau Perempuan. Meski pilih Capres yang belum pernah jadi Presiden, elo kudu selidiki visi ke depan Presiden itu seperti apa. Pilih Capres yang mencampur konsep kepemimpinan Ir. Soekarno sebagai Founding Father dan Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional.

Tahu nggak kenapa Indonesia nggak pernah maju? Kata “Mama”, tiap ganti Presiden nggak pernah membawa unsur-unsur kebaikan yang udah ditancapkan oleh Ir. Soekarno dan juga Soeharto. Meski mereka berdua banyak kekurangan, namun suka nggak suka mereka udah berhasil membawa Indonesia lepas dari penjajahan dan negara berkembang dalam hal perekonomian.

Salah menyalahkan lebih dominan daripada koalisi. Capres A mengaku paling jago dari Capres B. Misalnya mampu menurunkan harga BBM lebih murah lagi, membuat peluang kerja yang banyak, atau mengecilkan jumlah penduduk miskin. Kalo yang bicara Capres yang belum pernah jadi Presiden mungkin masih wajar kali ya. Tapi kalo yang bicara Capres yang pernah jadi Presiden, basi banget, cin! Kenapa nggak pas jadi Presdiden dahulu melakukan prestasi turun-menurunkan harga? Membuka peluang kerja? Aneh! Ini kalo dalam pribahasa Bali disebut: apang bisa cara siap nyisik bulu. Yang artinya, nggak usah sok ngritik deh, introspeksi diri aja dulu.

PRESIDEN KOK LULUSAN SMA?

Banyak yang bilang, jadi Presiden nggak ada hubungannya dengan gelar akademis. Presiden ya Presiden, gelar ya gelar. Kalo buat orang tolol, pernyataan itu pasti berlaku. Tapi buat kita-kita, Presiden dan gelar keserjanaan harus satu kesatuan. Integrated, istilahnya. Gw nggak bicara gender. Terus terang gw nggak peduli Presidennya Pria atau Wanita. Yang penting, Presidennya kudu S-1 alias Sarjana. Minimal D-3 lah. Yang penting lulus kuliah. Bukan pernah kuliah.

Why?


Caleg dan orang miskin. Mungkinkah caleg-caleg ini akan ingat orang miskin begitu udah terpilih jadi anggota legislatif? Bagi-bagi duit dan sembako murah lagi? Biasanya sih lupa...

Pertama, kalo cap Presiden pernah kuliah, artinya ada sesuatu yang membuat si Presiden dahulu sampai nggak lulus kuliah. Apakah doi sering bolos kuliah? Apakah nilai-nilainya banyak yang “D”? Apakah doi bermasalah dengan Dosen-Dosennya? Apakah nggak punya uang buat bayar uang kuliah? Kalo nggak bisa bayar uang kuliah, itu masalah lain. Maksudnya, kalo memang otaknya jenius, pasti akan mendapatkan beasiswa. Namun kalo alasannya di luar dari masalah uang kuliah, ya itu mah memang doi bermasalah. Begitu pun kalo alasannya keadaan politik nggak stabil, itu juga nggak masuk akal. Wong banyak Pejuang-Pejuang kita yang tengah berperang sempat menamatkan kuliahnya, kok.

Kedua, mereka yang DO di kampus, nggak patut jadi contoh. Elo mau mencontoh Capres yang DO? Kalo gw mah ogah. “Pesan Mama”, seorang yang patut dicontoh adalah orang yang memiliki latar belakang luar biasa. Lulus kuliah cum laude misalnya. Jangan sok mencontoh Pengusaha sukses kayak Bill Gates yang nggak lulus kuliah. Doi bukan Presiden. Beda Presiden dangan Pengusaha. Pengusaha mau nggak lulus SMP pun nggak masalah, bo! We’re talking about President, bo!

Ketiga, Presiden kudu berhadapan sama Menteri-Menteri yang semuanya Sarjana. Bahkan sekarang ini S-1 aja nggak cukup. Minimal Master alias lulusan S-2. Masa para Sarjana itu diperintah oleh lulusan SMA? Level bicaranya tentu berbeda. Pengetahuannya nggak sebanding. Ini menyebabkan jurang komunikasi. Menterinya bicara A, Presidennya menanggapi D. Kacau deh!


KALO PERLU BODYNYA KAYAK ADE RAE

Kata Mama, jangan pilih Capres yang nggak sehat secara fisik. Elo nggak mau kan punya Presiden yang dikit-dikit sakit, dikit-dikit hidungnya meler, dikit-dikit masuk rumah sakit check up. Presiden kayak gini bakalan ngabisin duit. Bisa-bisa dana APBN habis buat ngrusin kondisi fisik si Presiden.

“Masa Presiden kalo jalan kudu dituntun oleh orang lain? Yang ada setiap pembicara pasti akan didengar oleh si Penuntun itu atau si Penuntun itu jadi pembisik Presiden. Kalo gw mah ogah punya Presiden kayak gitu. Kelaut aja tuh Presiden!”


Nggak ada pohon, jembatan pun jadi. Pokoknya selalu memanfaatkan fasilitas umum yang bisa dilihat oleh khalayak ramai.

Makanya Capres kudu sehat jasmani maupun rohani. Capres badannya kudu segar. Kalo jalan tegap. Matanya nggak bermasalah alias nggak buta atau semi buta. Sering olahraga dan antirokok. Dengan begitu, si Presiden akan menjadi contoh buat seluruh rakyatnya. Kalo perlu Presiden ikut body building. Bodynya dibentuk kayak Ade Rae.

“Kalo body kayak Ade Rai, begitu ada Menteri yang bandel, Presiden bisa ngajakin panco. Kalo Menterinya kalah, langsung dimutasi...”


CAPRES BLACKLIST

Belakangan banyak Capres yang nggak tahu malu. Mereka seolah melupakan masa lalunya, entah itu sebagai musuh bebuyutan Mahasiswa maupun memiliki catatan korupsi.


Banyak juga caleg yang memanfaatkan kendaraan umum buat sarana promosi mereka.

Tentu elo masih ingat beberapa tahun lalu, ketika Orde Baru masih berkuasa, banyak Mahasiswa yang ditangkap-tangkapin. Mending kalo ditangkap dan dimasukkan ke sel. Paling-paling cuma disiksa sebentar. Yang terjadi, beberapa Mahasiswa yang dianggap “meresahkan” negara, langsung diculik dan hilang dari peredaran. Siapa yang melakukan? Sampai detik ini nggak ada yang mengaku dan buang badan semua. Hati-hati kalo ada Capres yang dahulu memainkan peran ini.

Sementara Capres yang memiliki catatan korupsi juga berbahaya kalo terpilih. Masa sih kita pilih Capres yang udah jelas-jelas pernah masuk dalam daftar penyelidikan KPK? Biasanya kalo ada mantan Menteri atau mantan Presiden yang sempat dipanggil KPK pasti ada keterkaitan dengan kasus korupsi. Nggak mungkin ada orang yang berani mengadukan mantan Pejabat tanpa ada alasan. Meski si Pejabat atau mantan Menteri atau mantan Presiden nggak terbukti bersalah, tetap Capres kayak gini harus dimasukkan ke daftar Capres blacklist.


INTROVERT DAN NGGAK GAUL

“Pesan Mama” yang terakhir, jangan pilih Capres yang introvert alias tertutup. Pilih Capres yang terbuka pada setiap orang. Nggak cuma sama orang-orang tertentu, tapi kepada Jurnalis, Pemilik Televisi, Tukang Parkir, Musisi, dan profesi lain. Gimana mau menyampaikan komunikasi dengan rakyat kalo hubungan dengan orang nggak bagus? Pilih-pilih. Too picky. Ini menjadi contoh yang nggak baik buat rakyat. Even seorang Presiden Negara Adidaya Barrack Obama aja bisa bekomunikasi dengan siapa aja. Masa Presiden Indonesia intovert sih?


Kalo anggota Legislatif-nya sekelas Mandra, Indonesia bakal kayak apa ya? Wong yang orang-orang pinter aja masih banyak yang dibodohin, gimana orang bodoh? Nggak mungkin dipinterin kan?


Gara-gara introvert, biasanya Capres model begini nggak bakalan mau hadir bersama Capres-Capres lain. Doi takut basa-basi. Sok eksklusif. Alasannya kebetulan ada meeting lain. Lah, pertemuan dengan Capres-Capres lain merupakan agenda penting selain menjalankan sholat lima waktu dan puasa di bulan Ramadhan. Kenapa penting? Yang namanya Presiden nantinya akan menjadi orang yang mempersatukan elemen-elemen yang berpengaruh di negeri ini.

Capres introvert sama aja Presiden nggak gaul. Menutup pintu komunikasi antarcapres lain. Padahal kalo saja Capres membuka diri, hadir dalam pertemuan dengan Capres-Capres lain, barangkali akan terjadi koalisi yang kuat. Jika seorang Capres yang udah biasa gaul terpilih, doi akan menjadi motor buat perubahan dan kekuatan bangsa. Dengan begitu, warga akan mencontoh ke-humble-an Capres tersebut. Merendahkan hati buat mengompakkan seluruh Capres. Nggak cuma meng-add Capres-Capres itu buat memenuhi temen-temannya di Facebook doang. Status kudu selalu di-updates, khususnya status hubungan politik.

Nah, itulah beberapa “Pesan Mama”. Semoga berguna. Jangan lupa sebelum nyontreng, berdoa dulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa.....dimulai!


all photo copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: