Saturday, May 19, 2012

Food Revolution, Gerakan Mencintai Pangan Lokal, Sehat, dan Mandiri


Saat ini penderita obesitas meningkat. Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)merilis laporan yang menyebutkan pada 2015 nanti, jumlah penderita obesitas atau kelebihan berat badan di dunia akan mencapai 2 sampai 3 miliar orang.  Angka ini naik hampir 50 persen dari tahun 2005 lalu, yang hanya 1,6 orang.

Menurut Dr. Damayanti R. Syarif, Sp. A (K), dari hasil penelitian yang dilakukan di 14 kota besar di Indonesia, angka kejadian obesitas pada anak tergolong relatif tinggi, yakni antara 10-20% dengan nilai yang terus meningkat hingga kini.

Bloggers, besitas merupakan permasalahan yang sudah lama muncul di dunia. Bahkan WHO telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global. Prevalensinya meningkat tidak saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Menurut spesialis anak RSAB Harapan Kita dr. Tinuk Agung Meilany SpA,sekitar 95 persen obesitas anak disebabkan aspek nutrisional, sedangkan 5 persen disebabkan aspek lain, seperti penyakit atau kelainan hormon. Nutrisi berkaitan dengan pola makan mulai dari jenis makanan sampai perilaku makan yang berlebihan — baik porsi maupun frekuensinya. Tentunya, aktivitas fisik yang kurang, akibat obat (steroid),atau faktor gaya hidup juga amat berpengaruh .

Dewasa ini, anak-anak memang lebih suka memakan junk food di restoran fast food. Namun lebih dari itu, ada faktor lain yang tidak kalah penting, yakni kini semakin banyak ibu yang tidak pandai memasak makanan sehat untuk anak-anak mereka. Oleh karena tidak pandai memasak, maka ibu-ibu ini lebih suka ‘membiarkan’ anak-anak mereka makan di restoran fast food dengan mengkonsumsi junk food atau memasak masakan instan, yang kadar vitamin dan mineralnya sudah tidak baik.

Bloggers, ibu yang pandai memasak biasanya pasti mengerti sayuran dan lauk pauk yang baik. Sayuran yang baik tidak mengandung zat-zat kimia, dimana berasal dariobat yang digunakan oleh para petani, seperti pestisida atau pun insektisida. Sebetulnya, zat tersebut digunakan sebagai pembasmi hama. Namun, efek yang ditimbulkan dari zat-zat melalui sayur-sayuran atau buah-buahan, sangatlah berbahaya bagi tubuh kita. Jadi, sayuran yang baik adalah sayuran yang tidak mengandung pestisida atau insektisida alias sayuran organik.

Sayuran organik kan mahal?

Berangkat dari sinilah sebuah gerakan Food Revolution digagas di tanah air. Sebetulnya, gagasan Food Revolution ini datang dari Jamie Oliver. Chef yang tersohor ini heran dengan semakin banyak anak kecil mengalami obesitas. Oleh karena itu, kemahirannya memasak membuat dirinya mengkampanyekan Food Revolution ini.

Seperti kita ketahui, sayuran organik adalah sayuran yang seluruhnya berasal dari organisme hidup. Dimana dalam perawatan tanamannya, menggunakan pupuk kompos dari dedaunan yang membusuk. Sayuran organik betul-betul memanfaatkan bahan-bahan dari alam dan bebas dari bahan kimia dalam proses penanamannya.

Lalu hubungannya dengan Food Revolution apa?

Bloggers, Food Revolution ini menggajak kita untuk mengembangkan potensi ekonomi yang dihasilkan dari kebun sendiri. Inilah yang dikembangkan di konsep urban farming yang sudah dilakukan oleh komunitas Indonesia Berkebun. Selain ekologi, urban farming juga menumbuhkan perekonomian dan wadah edukasi. “Urban farming is the urban lifestyle,” begitu ungkap Sindhi D. Savira, pegiat Jakarta Berkebun lewat twit-nya.

Food Revolution adalah gerakan yang ingin menanamkan pentingnya peduli pada pangan. “Tidak hanya ketahanan pangan, tetapi harus kedaulatan pangan,” ujar Tince perwakilan dari Serikat Petani Indonesia (SPI) dalam diskusi tentang Food Revolutionpagi ini di Warung Kopi Nusantara, Warung Buncit Raya no 40, Jakarta Selatan.

Selama ini darimana nasi dan sayur yang kita makan sehari-hari? Impor? Padahal dengan kedaulatan pangan, warga Indonesia punya hak untuk memilih pangan sehat dengan membeli pangan lokal yang sehat. Dengan begitu, kita bisa menguntungkan konsumen maupun produsen lokal. Tahukah Anda? Menurut SPI, saat ini ada 28 juta petani di Indonesia. “Jadi, kenapa harus impor pangan? Memangnya kita gak bisa produksi sendiri?

Kearifan pangan lokal kita ini luar biasa. Melalui Food Revolution, kita juga akan mengenali dan mencintai pangan lokal. Sehingga kita akan sadar, bahwa local food is real food. Selain membeli pangan lokal, dalam Food Revolution kita juga diajar untuk memproduksi pangan sendiri. Tentu pangan yang sederhana untuk kita konsumsi di rumah.

Kangkung adalah salah satu tanaman yang bisa diproduksi di ladang kita. Anda tidak perlu memiliki ladang luas untuk menanam kangkung. Di media tanam apapun bisa dilakukan, termasuk pot di rumah yang sempit. Panen kangkung pun cepat, yakni setiap 18 hingga 21 hari. Selain jadi lebih hemat, sayuran ini pun sehat, karena menggunakan pupuk kompos dari dedaunan yang membusuk.

Bloggers, saat ini gerakan Food Revolution sudah menyebar ke beberapa kota besar. Selain Jakarta, ada Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, dan Bali. Acara Food Revolution yang berlangsung di Sabtu ini, kabarnya diselenggarakan serentak bersamaFood Revolution Day di 450 kota dan hampir 50 negara. Yuk! Gabung di gerakan Food Revolution ini.

No comments: