Sunday, May 20, 2012

KENAPA NGGAK BOLEH TIDUR SIH?

Barangkali saya cukup mengerti kenapa kebanyakan masjid atau musholla melarang orang tidur di situ. Biasanya kalo tidur, tanpa sadar seseorang akan mengeluarkan air liur, dimana aliran air liur itu dari sisi sebelah kanan atau kiri mulut menetes jatuh ke karpet atau lantai masjid atau musholla tersebut. Yang namanya air liur, pasti menampilkan bau yang kurang sedap. Bayangkan kalo semua karpet di masjid berisi air liur para penidur, sudah dipastikan pada saat bersujud di waktu sholat, jamaah akan mencium hal-hal yang tidak diinginkan.


Karena takut di-complain, tidur nggak bisa telentang di lantai, tetapi cari tembok dan bersandar. Kenikmatan seseorang kalo sudah letih, sama aja.
Itu baru soal air liur, belum soal lain. Mari kita menginjak ke masalah mimpi. Bayangkan kalo ada orang yang dibiarkan tidur terlelap, sehingga menyebabkan orang ini bermimpi, maka bisa menimbulkan dua efek. Kalo efek positif, Alhamdulillah. Tapi kalo efek negatif, misalnya sampai mimpi basah, dimana basahannya bisa menetes ke lantai atau karpet masjid atau musholla, dijamin jamaah yang terkena tetesannya akan mendapatkan najis.

Apapun alasan orang nggak boleh tidur di masjid, sesungguhnya nggak begitu saya setujui 100%. Saya tetap mempertanyakan kenapa orang nggak boleh tidur di masjid atau di musholla? Apakah sekadar memejamkan mata itu dosa? Apakah tidur tanpa mengeluarkan air liur atau sampai bermimpi-mimpi basah diharamkan oleh Allah? I don't think so, deh.


Memang nggak ada yang bisa menjamin, orang yang tidur di masjid atau musholla akan mengeluarkan air liur atau mimpi basah. Namun hal tersebut bukan berarti orang nggak boleh tidur di masjid.

Tidur biasa dengan Ittikaf itu memang beda. Ittikaf lebih sering dilakukan pada saat puasa. Namun bermalam di masjid, itu juga diizinkan buat tidur, lalu pada saat tengah malam bangun buat sholat sunnah. Nah, kalo Ittikaf saja boleh, kenapa hari-hari yang bukan Ittikaf nggak boleh dilakukan?

Saya justru berpikir, masjid itu tempat dimana semua orang Islam boleh masuk dan melakukan peribadatan. Semua orang ini biasanya dari berbagai tempat. Terkadang, mereka butuh "rumah singgah". Nah, masjid bisa dijadikan "rumah singgah", tempat beristirahat. Setelah melakukan sholat atau sebelum melanjutkan perjalanan, orang-orang ini bisa beristirahat terlebih dahulu. Mau cuma nyeder-nyender di tembok, memejamkan mata, atau tidur beneran, ya monggo aja.

Saya paling risi kalo melihat di masjid atau musholla ada tulisan: DILARANG TIDUR DI DALAM MASJID. Saya lebih suka memasang tulisan: SILAHKAN TIDUR DI MASJID, KECUALI DI KARPET. Kenapa? Kalo di karpet, air liur atau air mani hasil mimpi basah sulit buat dihilangkan, kecuali dicuci. Selama belum dicuci, bisa mengharamkan sholat kita. Berbeda kalo di lantai. Begitu selesai tidur, pihak pengelola dengan bantuan cleaning service bisa segera mengepel lantai.


Gara-gara sudah lelah, tanda dilarang tidur pun diacuhkan.

Saya lebih suka pihak pengelola masjid memikirkan bagaimana masjid itu makmur. Bukan takut kalo masjid atau musholla-nya ditiduri oleh orang. Soal memakmurkan masjid, terkadang pengelola atau pemilik masjid masih ketakutan dengan masjid bakal dicuri atau dirampok. Gara-gara takut, majid atau musholla nggak dibuka sepanjang hari. Pintu muasjid atau musholla cuma dibuka satu jam sebelum sholat dan satu jam sesudah sholat. Di luar jam itu, silahkan sholat di teras. Lah, kok orang mau sholat dibatasi? Aneh! Ini terjadi di beberapa masjid, salah satunya masjid di Depok yang banyak emasnya. Ngapain juga memamerkan emas sebanyak-banyaknya di masjid kalo peribadatan kita dibatasi?

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

No comments: