Barangkali saya cukup mengerti kenapa kebanyakan masjid atau musholla
melarang orang tidur di situ. Biasanya kalo tidur, tanpa sadar
seseorang akan mengeluarkan air liur, dimana aliran air liur itu dari
sisi sebelah kanan atau kiri mulut menetes jatuh ke karpet atau lantai
masjid atau musholla tersebut. Yang namanya air liur, pasti menampilkan
bau yang kurang sedap. Bayangkan kalo semua karpet di masjid berisi air
liur para penidur, sudah dipastikan pada saat bersujud di waktu sholat,
jamaah akan mencium hal-hal yang tidak diinginkan.
Karena
takut di-complain, tidur nggak bisa telentang di lantai, tetapi cari
tembok dan bersandar. Kenikmatan seseorang kalo sudah letih, sama aja.
Itu
baru soal air liur, belum soal lain. Mari kita menginjak ke masalah
mimpi. Bayangkan kalo ada orang yang dibiarkan tidur terlelap, sehingga
menyebabkan orang ini bermimpi, maka bisa menimbulkan dua efek. Kalo
efek positif, Alhamdulillah.
Tapi kalo efek negatif, misalnya sampai mimpi basah, dimana basahannya
bisa menetes ke lantai atau karpet masjid atau musholla, dijamin jamaah
yang terkena tetesannya akan mendapatkan najis.
Apapun
alasan orang nggak boleh tidur di masjid, sesungguhnya nggak begitu saya
setujui 100%. Saya tetap mempertanyakan kenapa orang nggak boleh tidur
di masjid atau di musholla? Apakah sekadar memejamkan mata itu dosa?
Apakah tidur tanpa mengeluarkan air liur atau sampai bermimpi-mimpi
basah diharamkan oleh Allah? I don't think so, deh.
Memang
nggak ada yang bisa menjamin, orang yang tidur di masjid atau musholla
akan mengeluarkan air liur atau mimpi basah. Namun hal tersebut bukan
berarti orang nggak boleh tidur di masjid.
Tidur
biasa dengan Ittikaf itu memang beda. Ittikaf lebih sering dilakukan
pada saat puasa. Namun bermalam di masjid, itu juga diizinkan buat
tidur, lalu pada saat tengah malam bangun buat sholat sunnah. Nah, kalo
Ittikaf saja boleh, kenapa hari-hari yang bukan Ittikaf nggak boleh
dilakukan?
Saya justru berpikir, masjid itu tempat
dimana semua orang Islam boleh masuk dan melakukan peribadatan. Semua
orang ini biasanya dari berbagai tempat. Terkadang, mereka butuh "rumah
singgah". Nah, masjid bisa dijadikan "rumah singgah", tempat
beristirahat. Setelah melakukan sholat atau sebelum melanjutkan
perjalanan, orang-orang ini bisa beristirahat terlebih dahulu. Mau cuma
nyeder-nyender di tembok, memejamkan mata, atau tidur beneran, ya monggo
aja.
Saya paling risi kalo melihat di masjid atau musholla ada tulisan: DILARANG TIDUR DI DALAM MASJID. Saya lebih suka memasang tulisan: SILAHKAN TIDUR DI MASJID, KECUALI DI KARPET.
Kenapa? Kalo di karpet, air liur atau air mani hasil mimpi basah sulit
buat dihilangkan, kecuali dicuci. Selama belum dicuci, bisa mengharamkan
sholat kita. Berbeda kalo di lantai. Begitu selesai tidur, pihak
pengelola dengan bantuan cleaning service bisa segera mengepel lantai.
Gara-gara sudah lelah, tanda dilarang tidur pun diacuhkan.
Saya
lebih suka pihak pengelola masjid memikirkan bagaimana masjid itu
makmur. Bukan takut kalo masjid atau musholla-nya ditiduri oleh orang.
Soal memakmurkan masjid, terkadang pengelola atau pemilik masjid masih
ketakutan dengan masjid bakal dicuri atau dirampok. Gara-gara takut,
majid atau musholla nggak dibuka sepanjang hari. Pintu muasjid atau
musholla cuma dibuka satu jam sebelum sholat dan satu jam sesudah
sholat. Di luar jam itu, silahkan sholat di teras. Lah, kok orang mau
sholat dibatasi? Aneh! Ini terjadi di beberapa masjid, salah satunya
masjid di Depok yang banyak emasnya. Ngapain juga memamerkan emas
sebanyak-banyaknya di masjid kalo peribadatan kita dibatasi?
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
No comments:
Post a Comment