Saturday, May 19, 2012

MENCONTOH SURABAYA MENGHILANGKAN CITRA 'KOTA SEJUTA PSK'


Selama ini dikenal sebagai kota lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) terkenal. Predikat ini tentu bukan sebuah kebanggaan dan inspiratif. Namun itulah kenyataan. Sebab, di kota ini banyak lokalisasi, baik di Bangunsari, Jarak, Dolly, Morosenang, Tambaksari (Kremil), dan Semimi. Bahkan Dolly tersohor sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah PSK saat ini mencapai 1.200 orang.

Menurut data, pada 1970-1980, jumlah PSK di Dolly kalah dibanding dengan lokalisasi Bangunsari. Di tempat ini, terdapat 15 Rukun Tetangga (RT), dimana 90% warga bekerja sebagai PSK. Jika dihitung dengan angka, jumlah PSK pada saat itu mencapai 3.000 orang. Wow!

 Predikat ‘Kota Sejuta PSK’ tentu tidak ingin terus disandang oleh Surabaya. Baik Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, DPRD Jawa Timur (Jatim), dan Pemprov Jatim sepakat untuk terus menjalankan gerakan “sapu bersih” prostitusi di provinsi dengan penduduk 35 juta jiwa ini.
Hasilnya?

Untuk 2011 lalu, lokalisasi PSK di Kota Surabaya yang jumlahnya cukup banyak tinggal 6, bahkan 2012 ini angka ini turun lagi. Di Bangunsari yang dahulu dijuluki “Kampung Seribu Satu Malam” itu, yang sebelumnya terdapat 3000-an PSK, kini tinggal 210 PSK. Itu pun jumlah di 2 RT.

Surabaya memang sangat peduli dengan pengurangan PSK ini. Bahkan Pemprov Jatim sendiri sempat mengalokasikan dana sebesar Rp 2,5 miliar pada 2011 untuk masalah ini. Menurut Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, anggaran itu digunakan untuk modal usaha bagi para mantan PSK yang akan dipulangkan ke kampung mereka.

Modal usaha untuk tiap orang berbeda, sesuai kebutuhan,” ujar Yusuf yang penulis kutip dari Kompas.
Sebelum dipulangkan ke kampung, mereka diberikan pelatihan terlebih dahulu, mulai dari menjahit, bordir, dan salon kecantikan. Meski modal usaha yang diberikan berbeda-beda, tetapi rata-rata mereka mendapatkan Rp 3 juta.

Tentu yang terpenting, Pemprov Jatim menjamin pemasaran hasil karya mereka. Sebab, jika mereka sudah bekerja keras menghasilkan karya, namun karena produk karya mereka sulit pemasarannya, mantan PSK ini putus asa dan kembali ke dunia prostitusi.  

Bloggers, langkah Pemprov Jatim ini jelas patut dijadikan contoh kota-kota lain di Indonesia ini. Sebab, mengurangi dengan cara mengundang penceramah agama dan penyuluhan HIV/ AIDS tetap akan sulit. Namun ketika PSK dilatih dan diberikan pengetahuan enterpreunership plus menjamin pemasaran produk, bukan tidak mungkin mereka lebih suka berbisnis dengan mendapatkan uang halal.


No comments: