Saturday, February 7, 2009

KETIKA NARSIS MENJADI PILIHAN HIDUP KITA

Seolah hari-hari dalam kehidupan kita penting buat diketahui semua orang. Seakan segala sesuatu yang kita kerjakan setiap detik penting buat disosialisasikan ke khalayak ramai. Begitulah wabah yang sekarang lagi ngetren di tanah air dan (mungkin) terjadi di seluruh dunia dan tanpa sadar menjajah hidup kita: Narsis! Sebagai provokator wabah Narsis nggak lain nggak bukan adalah Facebook!

“Lagi nonton film BF di bioskop sama pacar nih.....”

“Jalan-jalan sama Mas ke Komdak beli BH dan CD baru....”

“Lagi mau cebok di WC. Kira-kira ada yang mau cebokin nggak ya?”

“Kepala gw lagi pusing nih. Kira-kira kalo minum Baygon pusingnya hilang nggak ya?”

Kalimat-kalimat narsis itu bisa kita jumpai dengan mudahnya setiap menit setiap detik di Facebook. Tepatnya di fitur Status Updates para anggotanya. Entah siapa yang memprakarsai kalo Status Updates akhirnya akan kayak begitu, menginfokan detik per detik hidup kita agar teman-temannya tahu. Atau memang tujuannya begitu? Apakah semua orang peduli sama aktivitas Anda?



“Ya emang begitu tolol! Namanya juga Status Updates, jadi artinya status kita yang di-update-in,” jelas temen gw panjang lebar. “Karena kudu di-update-in terus, jadi dimana pun elo berada, apapun yang elo lakukan, kudu dilaporkan. Lagi berak kek, lagi kencing kek, lagi cium ketek kek, elo kudu update-in. Ini juga berlaku dengan foto yang juga kudu di-update.”


“….”

Sekali lagi, posisikan gw sebagai mahkluk Tuhan yang paling tolol. Nggak punya ilmu yang banyak sebagaimana Anda semua di dunia ini. Nggak punya pengetahuan yang konprehensif soal tren dunia saat ini. Mohon jelaskan soal Narsisme. Ilmu yang sebenarnya sudah lama muncul dan kini menjadi trensetter warga Indonesia dan warga dunia. Mari kita tengok sejarah kata “Narsis” itu sendiri.

Kata narsis konon berasal dari mitologi Yunani. Yakni dari nama seorang pemuda yang katanya ganteng bernama Narsisus. Gara-gara ketampanannya, banyak gadis-gadis yang ngiler begitu melihatnya. Noraknya lagi, si Narsisus menggagumi bayangannya sendiri yang doi lihat di air sungai. Kok air sungai? Dahulu kan belum ada kaca, jadi kalo ngaca ya lewat air yang tenang yang bisa merefleksikan bayangan kita. Ngerti?

Salah satu pengagum Narsisus adalah Echos. Siapakah dia? Echos adalah seorang Peri yang ternyata jatuh cinta pada Narsisus. Sayang, gayung nggak bersambut. Artinya cinta Echos cuma bertepuk sebelah tangan. Narsisus nggak menyambut cinta Echos. Sekali lagi, Narsisus lebih mengagumi ketampanannya dibanding Echos.

Merasa terhina, Echos menangis. Doi sakit hati. Gara-gara sakit hati, doi mengadu ke Dewi Nemesis. Pengaduan Echos membuat marah Dewi Nemesis pula. Nggak heran, buat mengobati sakit hati Echos, Dewi merencanakan pembunuhan terhadap Narsisus. Caranya? Ketika Narsisus ngaca di air sungai dalam rangka mengagumi dirinya, Dewi menenggelamkannya. Tamat deh!


Is it really a part of social networking? Should be Narsis? Malu, Ah!


Narsis beda dengan percaya diri (PD). Kalo Anda seringkali ngaca berjam-jam, karena mengagumi diri sendiri, lebih baik segera berangkat ke Psikiater buat diperiksa. Periksa kenapa? Anda udah masuk ke golongan manusia Narsis! Lho memang nggak boleh menggagumi ciptaan Tuhan? Ya, boleh. Tapi kalo Anda menggagumi atau mencintai diri sama saja mengkultuskan diri Anda daripada Tuhan.

Penderita Narsis masuk dalam kategori Abnormal Psikolog. Kenapa? Biasanya orang Narsis sensitif terhadap komentar negatif orang lain. Maksudnya, si Narsis nggak boleh dikritik tentang dirinya. Semua komentar soal diri si Narsis kudu yang bagus-bagus.

“Elo marah nggak kalo dibilang wajah loe kok jelek banget sih?”

“Enggak...”

“Yaiyalah! Elo nggak mungkin akan marah juga, wong wajah loe emang jelek sih...”

“Hehehehe. Tahu aja loe..”

Apa ciri-ciri orang Narsis?

• Merasa dirinya sangat penting dan ingin dikenal orang lain. Sebagian besar Selebriti masuk dalam katogori ini. Hal-hal nggak penting, jadi bahan berita. Hal-hal nggak penting itu sebagian besar kadang bukan ciptaan Wartawan Infotainment, lho, tapi hasil kreasi Selebriti itu sendiri. Status updates yang ada di Facebook yang selalu diisi para anggotanya juga begitu. Merasa dirinya penting, sampai-sampai aktivitasnya perlu dibocorkan ke khalayak umum. Padahal nggak semua orang suka, bahkan mayoitas anggota mau muntah membaca Status Updates-nya. Lagian mau nonton televisi aja diinfokan, mau tidur diberitakan, aneh! Is it a social networking via internet? Kayaknya nggak gitu-gitu amat deh!

• Merasa yakin dirinya memiliki keunikan dan keistimewaan dibanding orang lain. Misalnya, gara-gara wajahnya unik kayak jebakan tikus, foto-fotonya dipajang dimana-mana. Nggak cuma di tembok rumah. Tapi di meja kantor, WC umum, dan ruang rias penganten.

• Orang yang Narsis selalu ingin dipuji dan diperhatikan. Kalo dipuji buat hal-hal yang sangat istimewa sekali-sekali sih no problemo. Tapi keinginan dipuji terlalu berlebihan. Ketika pekerjaannya diselesaikan dengan tepat waktu, penderita Narsis minta dipuji. Padahal namanya pekerjaan yang tepat waktu udah sebuah kewajiban, ya nggak? Atau ketika kencingnya udah bisa lurus (sebelumnya bengkok), si Narsis minta dipuji.

• Merasa sombong. Kenapa? Ada sesuatu yang dia ingin sampaikan atau perlihatkan (show off) sekecil apapun, apalagi hal-hal yang besar. Kalo nggak menyampaikan sesuatu, kayaknya belum afdol. Misalnya baru ke Mal beli wardrobe branded diinfokan, baru nonton film terbaru diberitakan, punya pacar baru yang keren dan kaya raya disebarluaskan, sampai-sampai berita nggak penting kayak mau tidur diinfokan. Gokil nggak sih? Blackbarry boleh jadi sumber kesombongan seseorang. Mohon maaf, bukan karena nggak mampu Blackbarry jadi dianggap subjektif, tapi ini kenyataan, kok. Semua hal di-update. Mau hal nggak penting, pokoknya kudu di-update.


• Oleh karena lebih banyak memikirkan diri sendiri, orang yang Narsis jarang mikirin orang. Nah, ini terjadi di kantor gw. Ada orang Narsis yang selalu ingin tampil, padahal wajahnya udah nggak komersil lagi (ini buat menggantikan kata yang menyakitkan: “udah tua bangka”). Doi jadi egois. Nggak peduli dengan partner kerjanya. Nggak peduli sikap atau keputusannya bikin sakit hati everybody. Saking egoisnya, lagaknya kayak Tuhan. Padahal Tuhan aja mau muntah kalo ngelihat muka dan suaranya yang nggak jelas itu.


Sekali lagi, penderita Narsis sangat impulsif. Kala ciri-ciri di atas nggak terpenuhi, maka si Narsis akan marah besar. Bisa-bisa apa yang ada di depan matanya akan dibanting, diobrak-abrik, dihancurkan, dan aktivitas vandal lain. Norak nggak sih? Kayak anak kecil ya? Ya begitulah! Ketika nggak ada pujian buat dirinya, ketika dirinya nggak dianggap penting oleh lingkungannya, ketika dirinya dianggap nggak istimewa, jiwa impulsifnya pun akan muncul sebagai Monster yang menakutkan.

Penderita Narsis katanya manusia-manusia yang berjiwa rapuh. Mereka menutupi diri dari kekurangannya. Kekurangan bukan cuma kekurangan secara fisik, tapi juga mental. Maksudnya, boleh jadi penderita Narsis wajahnya cantik atau tampan. Namun di balik kecantikan atau ketampanannya tersimpan sifat yang negatif, misalnya iri, dengki, mau menang sendiri, nggak boleh ada yang lebih baik darinya, egois, dan lain sebagainya.

“Kalo Caleg yang poster dan spanduknya sekarang ini banyak beredar masuk Narsis nggak?”

“Masuk!”

Kompas pernah menulis dengan judul Narsisme Politik. Maksudnya budaya Narsis sudah masuk ke dunia politik. Semua tampang-tampang jelek jadi cakep di poster dan spanduk. Tiba-tiba semua manusia yang menjadi Caleg itu menjadi Malaikat, karena mengganggap dirinya paling jujur, paling adil, paling bijaksana, paling sosialis, paling demokratis, dan paling-paling lain.

Dengan berbagai cara, Caleg-Caleg ini membuat dirinya sok dikenal. Ini tujuannya nggak lain buat menarik orang, di luar simpatisannya, agar mau memilih dirinya. Iklan caleg yang menjadi fenomena dan jadi pembicaraan adalah iklan Caleg Bapaknya Chinthia Lamusu. Nggak tahu apakah Bapaknya memaksa Cynthia agar fotonya bisa disandingkan bersama-sama? Nggak tahu apakah poster itu atas inisiatif Cynthia sebagai upaya balas budi terhadap orangtuanya yang udah melahirkannya? Nggak tahu juga apakah seluruh keluarganya menyuruh Cynthia agar mau membantu orangtuanya? Yang pasti bukan Surya Saputra yang meminta Cynthia melakukan itu.



“Moga-moga bukan gara-gara poster itu Cynthia harus keluar dari AB Three ya?”

“Moga-moga juga Cynthia nggak nangis tujuh hari tujuh malam gara-gara foto yang dipanjang pake baju seksi yang bikin lelaki ngiler?

Narsisme kini memang udah menjadi bagian hidup kita. Nggak cuma Caleg-Caleg itu tadi. Tapi mereka yang tergabung dalam komunitas Facebook, masuk dalam kategori Narsis. Kenapa? Ya itu tadi, merasa dirinya paling penting dan minta diperhatikan. Ini bisa kita perhatikan di Status Updates yang tiap detik berubah.

“Tapi gw enggak lho?”

“Soalnya elo nggak punya Blackbarry, bro!”

“Ah, yang nggak pake Blackbarry kalo emang dasarnya narsis ya narsis aja kalee...”

“Iya, sih...”

Jangan-jangan kegokilan Narsis ini makin menjadi-jadi. Tanpa sadar, karena jadi udah kebiasaan, hal-hal yang nggak patut diungkap, jadi terungkap. And fitur Status Updates menjadi ajang yang mengerikan, apalagi kalo ditambah dengan foto-foto yang menjelaskan Status Updates itu.

“Habis ML sama Istri gw, nih! Nikmaaaaattttt....”

“Anto is habis main sama cewek tapi kondom gw bocor....”

“Jaya is lagi nunggu Perek di kamar 502. Katanya ceweknya seksi dan toketnya gede...”

“Ternyata cewek Universitas A itu memang mak nyus banget goyangannya! Gw udah ngerasain sendiri. Ada yang mau?”

No comments: