Namanya juga pesta, ya semuanya harus serba riang gembira. Ini juga dialami dalam pesta demokrasi. Ada tawa dan teriak-teriak. Mulai dari anak kecil sampai Nenek-Nenek yang jalannya udah 5 km/ jam. Bedanya di pesta demokrasi, nggak ada kue tart atau tiup lilin. Yang ada, bendera-bendera partai, kemacetan dimana-mana, dan banyak Penumpang kendaraan umum yang kehilangan angkutan pujaan hati.
Meski cuma dibagi kaos, mereka ini udah girang bukan kepalang. Nggak perlu ikut masuk ke stadion atau minta tanda tangan segala. Yang penting, bisa ikut meramaikan kampanye Partai idola. Tapi ada juga yang merasakan kenikmatan pijatan seorang juru Pijat panggilan di Lapangan Parkir Senayan. Jarang-jarang, lho melakukan aksi pijat memijat di lapangan terbuka. Padahal boleh jadi, habis dipijat, gantian masuk angin.
Entah mereka benar-benar pemilih asli Partai Demokrat atau cuma ikut-ikutan kampanye supaya dapat duit dan kaos. Yang pasti, mereka ini bahasa politiknya floating mass atau masa mengambang. Maksudnya bukan sohibnya tokai yang juga mengambang. Tapi mereka bukan fans berat salah satu partai, tapi potensi buat menjadi pemilih partai yang mereka rasa cocok. Bisa cocok karena duit yang mereka dapat selama ikut kampanye gede, bisa pula memang karena Calon Presidennya oke banget.
Nggak dulu, nggak sekarang, anak kecil tetap aja ikut kampanye. Padahal KPU udah melarang mengerahkan anak kecil ikut kampanye. Serba salah juga sih kalo ajak Emak-Babenya kampanye yang masih punya anak kecil. Mereka lebih milih nggak ikut kampanye daripada harus ninggalin anak sendirian di rumah, ya nggak? Emangnya ada Ketua RT yang mau dititipin anak? Kalo ada, bisa-bisa Ketua RT punya bisnis penitipan anak-anak selama kampanye...
Setiap kali kampanye, apalagi kalo yang kampanye partai besar kayak Partai Demokrat ini, kendaraan umum kayak Metromini, Kopaja, Mayasari Bakti, PPD, maupun Mikrolet disewa partisan. Nggak heran Parkir Senayan udah kayak terminal baru. Sementara di terminal asli, banyak Penumpang keleleran, alias susah nyari angkutan yang biasa membawa mereka ke tujuan. Buat Penumpang, kondisi ini bikin sengsara. Tapi buat Pengemudi atau Pengusaha Angkutan, keadaan ini jadi nampah rezeki. Daripada narik ber-rit-rit nggak nutup setoran, mending dapat uang sewaan partai yang cuma sekali narik langsung untung.
Perjalanan jauh dari rumah menuju Gelora Bung Karno, membuat badan beberapa Penumpang pegal-pegal. Nggak heran kalo kondisi ini dimanfaatkan oleh Pak Ujang. Seorang Tukang Pijit ini kayak dapat rezeki nomplok selama kampanye. Sambil nunggu SBY pidato, adegan pijat-memijat di halaman rumput Parkir Timur pun terjadi.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
1 comment:
halo mas ini yudi...
Kesan pertama mampir kesini widiwww tulisan mas menarik banget loh.
mungkin yang kurang, cuma harus dirapihin aja lagi biar halamannya gak terlalu panjang ampe bawah ^_^
Terus artikel yang di sidebar knapa gak ditulis di tempat postingan ajah gitu? biar enakan diliatnya ^_^
nah buat pemanis tambahin sedikit pernik di sidebar blog, di buku ada deh ^_^
segitu dulu deh ^_^
cheersss...
Post a Comment