Bukan main bahagianya hati gw. Barack Obama (47) akhirnya terpilih juga jadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-44. Hari ini, gw bersama teman-teman seangkatan gw melakukan sholat gaib menyambut rasa suka cita ini.
“Kenapa pake sholat-sholat ghaib segala sih?” kata temen gw.
“Buat menyambut keberhasilan Obama jadi Presiden Amrik kalee. Masa menyambut keberhasilan Dicky Chandra jadi Wakil Bupati Tasik?,” jawab gw seenaknya, yang agak sok tahu soal maksud dan tujuan sholat gaib.
Temen gw geleng-geleng kepala. Nggak tahu doi geleng karena gw hebat atau malah sebaliknya gw rada tolol melakukan sholat gaib. Gw pernah baca sih, sholat gaib buat mensholatkan seseorang yang mayatnya nggak ada di depan mata kita. Selebihnya gw nggak tahu. Karena gw nggak tahu, makanya gw sok tahu. Jadi gw anggap, kemenangan Obama boleh disholatkan. Apalagi doi nggak ada di depan mata kita.
Nan jauh di Menteng sana, ratusan SDN Menteng 01, Jakarta Pusat juga melakukan acara syukuran. Mereka yang hadir adalah rekan-rekan Obama seangkatan di sekolah tersebut, yakni dari tahun 1973-1974. Nggak ketinggalan, Kepala Sekolah tahun dimana Barry (sebutan buat Barack Obama) sekolah, Tine Hahijari (80) hadir. Sama kayak gw, syukuran ini dalam rangka menyambut pelantikan Obama pada Rabu (21/01) di National Mall.
Obama membawa kalungan bunga dalam Hall of Remembrance, Yad Vashem Holocaust Memorial di Jerusalem, pada hari Rabu, 23 Juli 2008
“Kami berharap kenyataan ini akan menginspirasi para siswa kami,” ujar Kepala Sekolah SDN Menteng 01 Hasimah.
Dalam rangka syukuran yang menghabiskan dana sekitar 100 jutaan tersebut, siswa-siswi sekolah menampilkan gambang keromong, menyanyi, pembacaan puisi, dan menari. Sebelumnya, ada potong tumpeng yang disaksikan Duta Besar AS untuk Indonesia, Cameron Hume. Pokoknya seru banget. Bahkan gw sempat menyumbangkan baju-baju bekas, buku-buku bekas, dan kolor-kolor bekasnya. Itu buat menyumbangkan dana syukuran.
“Maklumlah gw kan orang kaya,” kata gw sok kaya. Padahal masih Pegawai kelas rendahan. “Orang kaya biasanya kan selalu ditodong jadi donatur. Mumpung di rumah gw banyak barang-barang bekas, ya gw sumbanglah.”
Gw dan manusia-manusia lain memang lagi deman Obama. Sebenarnya kalo udah dibilang deman, berarti udah masuk kategori sakit. Artinya, kami -para demamers atau manusia-manusia yang deman- adalah manusia sakit. Kalo sakit, harusnya dibawa ke dokter. Terserah nantinya dokter mau ngasih obat atau suntik. Yang pasti demam kudu dibasmi supaya nggak mati. Jangan main-main lho sama deman? Meski dibilang sakit, gw tetap aja akan melakukan sholat gaib.
The demamers Obama juga berlangsung di toko-toko kaos dan souvenir. Di Outlet Rockets di Senayan City, seperti yang dikutip dari Warta Kota (21/01), produk-produk yang ada Obama-nya laris manis bak kacang goreng. Anehnya, menurut Supri, penjaga toko itu, yang beli kebanyakan orang Indonesia. Bule-bule malah nggak banyak yang beli.
“Aneh ya?” kata teman gw.
“Aneh kenapa?” tanya gw.
“Kenapa orang Indonesia gokil-gokil banget. Sampe segitunya sama Obama...”
“Menurut gw sih nggak gokil lah,” kata gw. “Kenapa orang Indonesia tergila-gila sama Obama, karena masih ada ikatan bathin. Maksudnya, kesuksesan Obama ini baru pertama kali daam sejarah Indonesia, bahwa ada bekas anak Menteng yang bisa jadi Presiden negara super power kayak Amrik”.
“Emang loe pikir Obama peduli sama Menteng? Emang loe kira doi care sama SD tempat doi berguru?”
“Hmmm...nggak tahu deh kalo itu..”
Pertanyaan temen gw ada benarnya juga. Obama memang sempat empat tahun tinggal di negara kita yang tercinta ini. Tapi apa doi peduli sama Indonesia? We don’t know for sure. So, ngapain juga sampai syukuran segala yang konon kabarnya menghabiskan dana sekitar 100 jutaan itu? Bukankah lebih baik uang segitu disumbangkan ke mereka yang nggak mampu? Ah, gw rasa sih uang segitu buat anak-anak Menteng cuma recehan kali ya? Wong pajak rumah di Menteng setahun bisa buat beli satu mobil. Tapi tumben-tumbenan temen gw rada pintar pertanyaannya. Sebelumnya, doi rada tolol juga. Entah kenapa pas ngobrolin soal Obama, doi rada jenius.
Obama sedang melakukan ritual Yahudi pada dinding Monument Jew (Perbuatan ini dilakukan oleh orang Yahudi untuk menyampaikan mesej rahasia sesama orang Yahudi saja).
“Elo tahu nggak kalo dalam pidatonya, Obama tetap akan membela Israel?”
“Enggak..”
“Elo tahu nggak kalo dalam pidatonya, Obama akan menjamin keamanan di Israel?”
“Enggak..”
“Elo tahu juga nggak kalo dalam pidatonya, Obama nggak mau berdialog dengan pejuang Hamas?”
“Enggak..”
Pertanyaan-pertanyaan temen gw soal pidato Obama, selalu gw jawab enggak. Gw memang jujur. Kebetulan gw memang nggak tahu isi pidatonya, karena pada saat pelantikan, gw nggak nonton, bo! Pantes kan? Itulah yang menurut temen gw, gw terlalu naik ikut-ikutan demam Obama.
Temen gw nambahin, nggak ada sepotong kalimat pun dari pidato Obama, yang menyinggung soal keadilan dan penegakan hukum dalam krisis antara Israel dan pejuang Hamas di Jalur Gaza. Jadi, kata temen gw, AS di bawah Obama, sami mawon dengan Presiden sebelumnya. Bahkan dari beberapa sumber, komitmen Obama buat menganakemaskan Israel, sangat kuat.
Obama sedang melakukan ritual Yahudi
Sebenarnya soal latar belakang Barack kenapa sampai dekat banget sama Israel pernah gw denger. Sayangnya gw nggak percaya. Gw memang pernah denger, nama Barack adalah nama Yahudi. Asalnya dari ayat "baruch". Kebanyakan ahli ibadat Yahudi menggunakan nama "baruch"sebagai nama pertama mereka. Bekas perdana menteri Israel, Ehud Barak, juga ngambil nama "baruch". Sementara nama kedua Obama, juga mirip sama kata "Ahabah". Bent Ahabah adalah nama buat synagogue (satu upacara multilation untuk bayi-bayi Yahudi).
“Intinya, Obama membeckingi semua kebejatan zionis Israel,” papar temen gw.
Gw bengong dengan paparan teman gw. Kok bisa-bisanya doi ngerti soal Obama? Kok doi ngerti komitmen Obama dengan negara Israel? Antara percaya nggak percaya, temen gw bisa cerita panjang lebar soal Presiden kulit hitam ini. Nggak cuma soal komitmen dengan Israel, doi juga fasih menjelaskan soal mobil kepresidenan yang ditumpangi Obama mirip tank seharga Rp 4,8 milyar itu. Doi juga tahu pelantikan Obama di National Mall itu menghabiskan dana sekitar 150 juta dolar US dan menjadi upacara pelantikan termahal sepanjang sejarah.
“Gw sangat mengerti, temen-temen elo yang anak Menteng itu bangga mereka pernah satu kelas dengan Obama di SD Menteng,” jelas temen gw. “Siapa sih nggak bangga punya teman sekelas yang tiba-tiba jadi Presiden AS?”
“Nah, elo ngerti tuh?!”
“Iya! Tapi kayaknya nggak gitu-gitu amat deh!”
“Maksud loe?!”
“Nggak perlu sampai tumpengan segala dengan menghabiskan dana 100 jutaan itu. Membangga-banggakan Presiden yang punya komitmen gokil dengan Israel. Siap membeckingi Israel. Apa elo nggak sedih ngeliat pembantaian yang dilakukan Israel terhadap Palestina?”
“Sedih juga sih. Bahkan gw sebel banget saudara-saudara gw dibunuh..”
“Nah! Elo baru sadar tuh...”
Tiba-tiba gw sadar. Propaganda temen gw berhasil.
“Sekarang gw mau tanya sama elo. Kalo alumni angkatan 1973-1974 SDN Menteng itu kan gara-gara mereka memang satu angkatan dengan Obama. Jadi masih nyambung kenapa mereka melakukan syukuran. Nah, kalo elo ini bagian dari siapanya Obama? Temen satu RT kah?”
Obama dinasihati Rahm Emanuel, orang Yahudi pas kampanye Presiden bulan November 2008. Waktu itu Rahm Emanuel ditawarkan Obama jabatan menjadi White House Chief Of Staff. Lebih mengagetkan lagi, Mentor Obama: Abner Mikva bilang: "Obama will be the first Jewish President Of USA" (ditulis di Jerusalem Post pada 5 November 2008.
“Bukan..”
“Satu RW kah?”
“Bukan juga...”
“Jadi elo apanya Obama?”
“Gw dulu pernah dikentutin Obama. Jadi gw merasa bangga, orang yang pernah ngentutin gw jadi Presiden Amrik. Makanya gw bikin sholat ghaib...”
“Dasar! Bocah gendeng!”
No comments:
Post a Comment