Thursday, January 15, 2009

SENSE OF URGENCY




“Bagaimana bisa sebuah perusahaan yang membelanjakan 102,34 dolar per saham jika hanya mempunyai pendapatan sebesar 17,92 dolar per saham? Anak kecil mana pun akan bisa mengatakan, membelanjakan 102,34 dolar ketika hanya berpendapatan 17,92 dolar bukanlah manajemen keuangan yang baik”.

Pernyataan Robert T. Kiyosaki soal General Motor (GM) itu membuat saya takjub. Betapa tidak, Kiyosaki yang dikenal sebagai investor, wiraswasta, pendidik, dan penulis buku best seller ini, sudah bisa meramalkan GM akan bangkrut dalam tempo yang tak lama lagi. Padahal, pernyataan Kiyosaki yang tertuang di buku ”Why We Want to Be Rich” itu sudah lebih dulu beredar sebelum GM dinyatakan bangkrut pada pertengahan November lalu.

Masih ingat note saya beberapa waktu lalu dengan judul ”If You don’t change direction You will end up where You headed”? Bahwa perusahaan sekelas GM yang baru merayakan ulang tahun ke-100 saja memiliki potensi bangkrut, apalagi perusahaan yang baru setahun dua tahun. Bahwa dengan kebangkrutan GM, itu artinya perusahaan ini akan mem-PHK karyawan sebanyak 266 ribu orang di seluruh dunia.

Cerita sedih GM sebenarnya bisa menjadi pelajarin kita. Jika Anda berada di posisi pemilik perusahaan, seharusnya sudah lebih dulu memperhitungkan kerugian secara finansial. Lihat lagi contoh GM! Meski sudah membukukan kerugian 38,7 miliar dolar AS sejak tahun 2007, namun banyak jumlah karyawan yang tidak produktif dan juga tidak bekerja masih tetap digaji. Padahal kalau saja GM bisa lebih dulu menawarkan paket golden shake hand atau PHK pada karyawan yang tidak perform (termasuk para GM dan Direksi), kas finansial GMA pasti bisa di-save.

Bodohnya lagi, GM masih membayar para pensiunan. Padahal dana pensiun tidak cukup. Sementara banyak sekali tunggakan dana medis dari Rumah Sakit. Mengertilah, seseorang yang sudah uzur dan pensiun, biasanya sering sakit-sakitan. Oleh karena mendapatkan fasilitas dana pensiun, otomatis para pensiunan memanfaatkan fasilitas tersebut untuk berobat. Bisa dibayangkan orang yang tidak produktif (dalam hal ini para pensiunan), mampu memoroti dana dari kas GM. Sementara itu, profit GM sangat mengawatirkan alias minus. Kondisi tersebut ibarat pepatah: ”Besar pasak daripada tiang”.

Gobloknya, banyak orang tertipu dengan bujukan Pialang. Meski kondisi GM parah, namun jutaan orang tetap berinvestasi ke GM, dalam hal ini membeli saham di Bursa Saham. Pialan tetap mempromosikan GM sebagai saham unggulan. Tak mengherankan jutaan orang tertipu. ”Itu karena orang-orang itu tidak mendapatkan pendidikan finansial secara benar,” kata Kiyosaki.

Yap! Pendidikan finansial! Dua kata itu relatif usang buat kita, apalagi buat mereka yang belajar di jurusan ekonomi. Namun, kata Kiyosaki dan juga Donald J. Trump, pendidikan finansial tidak hanya dipelajari saat kita sudah duduk di bangku kuliah. Pendidikan finansial sudah harus diajarkan sejak usia dini.

”Nggak usah mikir yang ribet-ribet!” jelas salah seorang Finance Advisor. ”Pendidikan financial itu bisa diajarkan dimana aja dan kapan aja”. Kayak slogan Coca-Cola ya? Maksudnya Finance Advisor itu, pas lagi belanja, Anda bisa ajarkan pada anak-anak soal bagaimana belanja secara ekonomis. Dengan budget tertentu, bisa mengakomodir beberapa item barang.

”Anak-anak juga bisa diajarkan bisnis,” terang Finance Advisor. Bisnis yang dimaksud tentu yang bentuknya sederhana. Misalnya, anak-anak kita dibelikan pernak-pernik lucu. Nah, pernak-pernik itu selain buat anak Anda, juga buat dijual. Anak kita diajarkan menawarkan dagangan itu ke teman-temannya di kelas. Dari praktek itu, anak jadi ngerti, dari model beli sekian akan menghasilkan keuntungan sekian.

Inti maksud saya di atas tadi, kita tidak boleh takut akan resiko. Resiko itu pasti akan terjadi. Masalahnya, apakah Anda melakukan resiko itu udah direncanakan sebelumnya atau memang secara gegabah melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Kalo Anda berada di lingkaran kedua, sudah dipastikan hidup Anda akan megap-megap.

Banyak pensehat keuangan cuma mengajarkan hal-hal yang aman. Menabung atau membeli reksadana, sambil terus bekerja dan mendapatkan gaji. Memang aman, tapi kita tidak akan pernah akan kaya. You will be employee forever! Harusnya kita juga punya cukup sense of urgency. Apa maksudnya?

Buku karya Muk Kuang berjudul “Think and Act like a Winner” mengajarkan, diri kita perlu didesak. Desakan dalam hidup akan membuat kita seolah dipecat esok hari. Bahwa besok kita akan kehilangan pekerjaan, namun sayangnya kita belum siap. Sense of urgency akan memaksimalkan potensi diri kita, yang sebelumnya (baca: di perusahaan sekarang) cuma terpakai 50%, tapi berkat desakan yang maha dahsyat, potensi Anda boleh jadi akan terpakai sampai 200%.

Kuang mencontohkan, seorang Pelari yang merasa larinya sudah sangat cepat. Namun si Pelatih justru mengatakan Pelari itu bisa lebih cepat larinya daripada yang ia kira. Untuk membuktikannya, tanpa sepengetahuan Pelari, si Pelatih melepas seekor anjing. Gara-gara dikejar anjing, Pelari itu berhasil berlari sekuat tenaga dan hasilnya memang lebih cepat.

Sense of urgency. Tanpa desakan seekor anjing dalam contoh kasus di atas, tidaklah mungkin si Pelari bisa lari secepat-cepatnya. Jika contoh di atas kita aplikasikan pada kehidupan kita, tentu kita harus mencari ”anjing-anjing” lain yang menjadi urgency kita. Mungkin kita bisa membayangkan kondisi perusahaan yang sudah tidak nyaman lagi. Mungkin kita sudah merasa gondok dengan atasan kita yang tidak mengerti posisi kita. Mungkin juga visi perusahaan sudah tidak sejalan dengan visi kita yang dahulu klop. Intinya, kita harus mencari ”anjing” untuk dapat berlari kencang.

Kasus GM boleh jadi awal konsep kita berpikir soal ”anjing”. Soal sense of urgency. Kasus kebangkutan Lehman Brothers sebenarnya juga sudah bisa mengindentifikasikan contoh nyata, bahwa usia perusahaan belum tentu menjamin eksistensi perusahaan tersebut. Sekadar info, usia Lehman Brothers jauh di atas usia perusahaan GM yang sudah 1 abad. Sekarang pertanyaannya: berapa usia kantor tempat Anda cari duit tiap bulan?

No comments: